Tekanan Saham GOTO Bakal Terbatas terhadap IHSG

Sejumlah faktor menyebabkan IHSG alami tren koreksi, salah satunya tekanan saham GOTO.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Des 2022, 22:50 WIB
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berupaya bertahan di level psikologi 7.000 pada pekan ini. Namun, IHSG kembali koreksi selama sepekan pada 28 November-2 Desember 2022.

IHSG merosot 0,48 persen ke posisi 7.019,63 pada 28 November-2 Desember 2022. Pada pekan lalu, IHSG berada di posisi 7.053,15. Pada pekan ini, IHSG berupaya bertahan di level psikologis 7.000 beberapa kali. Demikian mengutip dari riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, Minggu (4/12/2022).

Sejumlah faktor menyebabkan IHSG alami tren koreksi, antara lain aktivitas investor yang merealisasikan keuntungan terutama di sektor bank.

Sejumlah saham bank mencapai level tertinggi sepanjang masa. Selain itu, berakhinya periode penguncian atau lock up saham seri A PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) pada 30 November 2022 turut menekan IHSG.

“Harga saham GOTO merosot dalam dua hari dan sentuh level terendah sepanjang masa,” demikian mengutip dari riset Ashmore.

GOTO bebani laju IHSG signifikan seiring kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat dan menekan saham teknologi.  Pada 2 Desember 2022, bobot saham GOTO tidak lagi lima besar di IHSG yang hanya sekitar 3,8 persen dari periode 31 Oktober 2022 sebesar 4,4 persen. "Oleh karena itu, dampak negatifnya tetap ada tetapi terbatas,”.

 

 


Prediksi IHSG pada Desember

Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berdasarkan kinerja IHSG secara historis dalam 12 tahun terakhir, pasar cenderung reli pada Desember 2022 dengan tingkat pengembalian rata-rata 3,26 persen.

Sementara itu, koreksi harga meski menyakitkan tetapi memberikan peluang bagi investor. Di sisi lain, pihaknya tetap cermati obligasi sebagai antisipasi puncak tingkat bunga pada 2023. “Dan untuk itu alasan, kami terus memiliki pandangan yang kuat saham sebagai aset lindung nilai inflasi,” demikian mengutip riset Ashmore.

Ashmore juga menyoroti tren tingkat inflasi. Pekan ini rilis sejumlah inflasi dari kawasan Eropa, Jerman, Korea Selatan dan Indonesia. Kebanyakan negara tersebut melaporkan inflasi yang sama dan lebih rendah dari sebelumnya. Indonesia catat inflasi 5,42 persen pada November 2022 dari Oktober 2022 sebesar 5,7 persen. Namun, inflasi itu masih di atas target Bank Indonesia 2-4 persen. Dengan melihat kondisi itu, ini mendukung pandangan puncak inflasi sudah tercapai untuk sebagian besar perekonomian.

“Laju inflasi melambat jadi sinyal positif bagi kepentingan global dalam beberapa bulan mendatang. Pasar mengantisipasi pergerakan suku bunga AS pada Desember menjadi naik 50 basis poin dari sebelumnya 75 basis poin,"


Kinerja IHSG pada 28 November-2 Desember 2022

Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih lesu pada perdagangan 28 November-2 Desember 2022. Sentimen global seperti kebijakan bank semtral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (3/12/2022), IHSG merosot 0,48 persen ke posisi 7.019,63 pada 28 November-2 Desember 2022. Pada pekan lalu, IHSG berada di posisi 7.053,15.

Sementara itu, kapitalisasi pasar menguat 0,30 persen menjadi Rp 9.512,96 triliun pada pekan ini. Kapitalisasi pasar naik Rp 28,3 triliun dari posisi pekan lalu Rp 9.484,63 triliun. Adapun peningkatan tertinggi selama sepekan terjadi pada rata-rata volume transaksi bursa 75,18 persen menjadi 31,50 miliar saham dari penutupan pekan lalu 17,98 miliar saham.

Rata-rata nilai transaksi harian bursa bertambah 68,46 persen menjadi Rp 17,52 triliun dari Rp 10,40 triliun pada pekan lalu. Selain itu, rata-rata frekuensi transaksi harian bursa naik 13,36 persen menajdi 1.205.337 transaksi selama sepekan dari 1.063.305 transaksi pada pekan lalu.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG masih didominasi oleh sentimen global di antaranya kebijakan moneter the Fed yang masih cenderung agresif hingga 2024. Di sisi lain, dari China dengan merebaknya kasus COVID-19 dan kebijakan zero COVID-19 yang kembali diterapkan.

Untuk pekan depan, ia perkirakan IHSG masih dipengaruhi oleh sentimen global seiring perkembangan kebijakan moneter AS. Ditambah beberapa rilis data ekonomi Indonesia. Herditya menuturkan, pada pekan depan ada sejumlah rilis data ekonomi antara lain rilis data cadangan devisa yang diperkirakan turun tipis. Kemudian indeks harga keyakinan konsumen yang diprediksi naik dan penjualan ritel.

"IHSG pekan depan kami perkirakan masih cenderung sideways dengan support 6.955 dan resist 7.080,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

 


Penutupan IHSG pada 2 Desember 2022

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah hingga penutupan perdagangan saham Jumat, (2/12/2022). Sektor saham industri dan teknologi menekan laju IHSG.

Mengutip data RTI, IHSG ditutup turun tipis 0,02 persen ke posisi 7.019,63. Indeks LQ45 terpangkas 0,64 persen ke posisi 989,59. Sebagian besar indeks acuan tertekan. Pada Jumat pekan ini, koreksi IHSG menjadi terbatas. IHSG bergerak di posisi tertinggi 7.021,81 dan terendah 6.967,95. Sebanyak 330 saham melemah dan 213 saham menguat. 169 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.081.310 kali dengan volume perdagangan saham 49,2 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 15,7 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.441.

Mayoritas indeks sektor saham tertekan yang dipimpin sektor saham industri. Sektor saham industr merosot 1,76 persen, diikuti sektor saham teknologi terpangkas 1,24 persen. Diikuti sektor saham keuangan susut 0,46 persen, sektor saham transportasi melemah 0,18 persen, sektor saham basic turun 0,16 persen dan sektor saham properti melemah 0,04 persen.

Sementara itu, sektor saham energi menguat 1,51 persen, dan pimpin penguatan. Diikuti sektor saham infrastruktur bertambah 0,16 persen, sektor saham siklikal naik 0,11 persen, sektor saham nonsiklikal mendaki 0,09 persen dan sektor saham kesehatan bertambah 0,03 persen. Jelang akhir pekan ini, saham GOTO tertekan lagi dan kembali auto rejection bawah (ARB). Saham GOTO turun 6,38 persen ke posisi Rp 132 per saham. 

"Kami mencermati IDX Techno masih menjadi sektor pemberat laju IHSG dan dipimpin oleh GOTO yang masih ARB. Namun, IDX Energy diakhir sesi menjadi pendorong laju indeks sehingga pelemahan IHSG menjadi tipis,” ujar Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana saat dihubungi Liputan6.com.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya