Liputan6.com, Jakarta - Tak seperti rasa emosional biasa, borderline personality disorder atau gangguan kepribadian ambang adalah gangguan kesehatan mental yang memengaruhi cara Anda berpikir tentang diri sendiri dan orang lain, yang mana menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Ini termasuk masalah citra diri, kesulitan mengelola emosi dan perilaku, juga pola hubungan yang tidak stabil.
Advertisement
Dilansir melalui Mayo Clinic, Senin (5/12/2022), gangguan kepribadian ambang biasanya dimulai pada awal dewasa muda. Kondisi ini tampaknya menjadi lebih buruk di masa dewasa muda dan secara bertahap menjadi lebih baik seiring bertambahnya usia.
Orang dengan BPD sering memiliki kondisi kesehatan mental lainnya, seperti gangguan kecemasan, gangguan makan, dan lain sebagainya.
Penelitian memang masih belum meyakini apa penyebab BPD ini. Tetapi, ada beberapa faktor tertentu yang dapat meningkatkan risiko BPD, salah satunya adalah trauma.
Banyak pengidap BPD yang telah melewati peristiwa kehidupan yang traumatis, terutama pelecehan seksual masa kanak-kanak atau memiliki hubungan yang tidak sehat atau kasar.
Namun, beberapa pengidap BPD tidak memiliki riwayat trauma, dan banyak orang yang pernah mengalami trauma tidak memiliki BPD.
Faktor lainnya, yakni riwayat keluarga. Secara genetik, jika Anda memiliki orang tua atau saudara kandung dengan BPD, maka Anda kemungkinan besar juga dapat mengembangkan BPD.
8 Gejala Borderline Personality Disorder
Gangguan kepribadian ambang memengaruhi perasaan Anda tentang diri sendiri, cara Anda berhubungan dengan orang lain, dan cara Anda berperilaku. Berikut delapan tanda dan gejalanya, antara lain:
- Ketakutan yang kuat akan pemisahan, bahkan melakukan tindakan ekstrem untuk menghindari pemisahan atau penolakan yang dibayangkan.
- Pola hubungan intens yang tidak stabil, seperti mengagungkan seseorang pada suatu saat dan kemudian secara tiba-tiba percaya bahwa orang tersebut tidak peduli atau jahat.
- Perubahan cepat dalam identitas diri dan citra diri yang mencakup perubahan tujuan dan nilai, serta memandang diri Anda sebagai orang yang buruk.
- Mengalami fase paranoia terkait stres yang berlangsung dari beberapa menit hingga beberapa jam.
- Ancaman atau perilaku bunuh diri atau melukai diri sendiri, seringkali sebagai respons terhadap rasa takut akan perpisahan atau penolakan.
- Perubahan mood yang berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari, yang dapat mencakup kebahagiaan, emosi, malu, atau cemas.
- Perasaan kesepian yang berlebihan.
- Kemarahan yang intens dan tidak pantas, seperti sering kehilangan kesabaran, bersikap sarkastik, atau berkelahi secara fisik.
Advertisement
Mitos: Tidak Dapat Diobati
Gangguan ini disalahpahami oleh banyak orang, termasuk beberapa praktisi kesehatan mental. Kelabilan ini dapat berdampak dan memengaruhi cara orang diperlakukan.
Lebih buruknya lagi, mitos yang sudah lama ada dapat membuat orang enggan mencari bantuan untuk kondisi tersebut, terutama jika mereka merasa pengalamannya disalahpahami.
Ya, kenyataannya gangguan kepribadian ambang sangat bisa diobati.
Di masa lalu, karena BPD mempengaruhi kepribadian seseorang, banyak yang menyimpulkan bahwa BPD tidak dapat diobati karena kepribadian seseorang tidak dapat diubah.
Baru-baru ini, banyak terapi telah terbukti efektif sebagai pengobatan, termasuk terapi perilaku dialektis (DBT), pengobatan berbasis mentalisasi (MBT), dan psikoterapi yang berfokus pada transferensi (TFP).
Diagnosis BPD bukan berarti seseorang akan hidup dengan gejala selamanya. Dengan pengobatan, gejalanya surut dan mengalir. Banyak orang dengan kondisi tersebut dapat memiliki kehidupan yang berfungsi dengan baik.
Mitos Lainnya: Hanya Memengaruhi Wanita
Orang dengan gangguan kepribadian ambang berjuang dengan pengaturan diri. Pengaturan diri adalah kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku dengan cara yang memiliki hasil positif, seperti harga diri dan hubungan yang baik.
Mengutip dari Mcleanhospital, diperkirakan lebih dari 14 juta orang Amerika memiliki BPD. Seringkali didiagnosis pada wanita, studi terbesar yang dilakukan pada gangguan kejiwaan menunjukkan bahwa hal itu terjadi sama seringnya pada wanita dan pria.
Satu pernyataan dalam hal memengaruhi lebih banyak wanita adalah bahwa wanita lebih cenderung mencari perawatan kesehatan mental daripada pria.
Karena penelitian tentang BPD sering dilakukan dalam pengaturan kejiwaan, yang mana lebih sering wanita dengan gangguan kepribadian ambang untuk dimasukkan dalam upaya penelitian ini dibandingkan pria.
Advertisement