Badan Pangan Sebut Stok Beras Bulog Tersisa 514 Ribu Ton, Kritis?

Data terbaru menunjukkan stok beras di Perum Bulog saat ini hanya 514 ribu ton. Dari total 1,2 juta ton yang selama ini ditugaskan kepada Bulog.

oleh Tira Santia diperbarui 05 Des 2022, 16:27 WIB
Petugas mendata ketersediaan stok beras di Gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta, Kelapa Gading. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Pangan Nasional (BPN) Arief Prasetyo Adi menyebutkan jika stok beras di Bulog saat ini hanya sebesar 514 ribu ton, sampai 2 Desember 2022. Angka ini di bawah dari jumlah stok penugasan pemerintah sebanyak 1,2 juta ton.

Pemerintah harus melakukan intervensi melalui Perum Bulog. Di mana, kenaikan harga beras saat ini harus menjadi perhatian karena akan menjadi momok inflasi. 

"Fluktuasi harga pangan nasional harian di sini memang kita punya early warning system bahwa untuk gkp, gkg, beras medium, beras premium ini memang saat ini menjadi momok inflasi yang paling besar sehingga suka tidak suka harus ada intervensi dari pemerintah melalui Bulog," jeals dia di Jakarta, Senin (5/12/2022).

Dia menyebutkan data terbaru menunjukkan stok beras di Perum Bulog saat ini hanya 514 ribu ton. Dari total 1,2 juta ton yang selama ini ditugaskan kepada Bulog.

Bulog terus berupaya melakukan menyerapan beras petani. Di mana saat ini penyerapan beras Bulog sudah mencapai 37 persen, dengan jalur komersil.

Artinya untuk penyerapan Bulog saat ini tidak mungkin dikerjakan dengan harga Rp 8.300 lagi tetapi menggunakan komersial sehingga stok bisa tetap dijaga pada posisi 500 ribu ton. 

Sebagai informasi, dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 24 Tahun 2020 tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah untuk Gabah atau Beras, HPP beras di gudang Perum Bulog ditetapkan Rp 8.300 per kilogram (kg).

Adapun rincian stok beras di Bulog yakni, stok komersil sebesar 194.436 ton dan stok CBP sebesar 319.724 ton. "Bulog ini masih bisa kita jaga di 500.000 ton dari 1,2 juta ton yang kita memang tugaskan," jelas dia.

 

 


Jelang Natal dan Tahun Baru, Erick Thohir Jamin Stok Beras Bulog Aman

Aktivitas bongkar muat karung berisi beras di Gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta, Kelapa Gading. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, stok beras di gudang Perum Bulog dalam kondisi aman jelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023.

Hal ini menjawab keresahan masyarakat terkait rencana impor imbas menipisnya cadangan beras nasional.

"Secara keseluruhan, stoknya cukup, termasuk beras Bulog masih aman," ucap Erick saat mengecek ketersediaan dan harga bahan pokok bersama Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan di Pasar Rasamala, Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Jumat (2/12).

Erick telah menginstruksikan BUMN-BUMN pangan yang tergabung dalam Holding BUMN Pangan atau ID Food untuk memonitor perkembangan ketersediaan bahan pokok jelang Nataru. Mengingat, permintaan terhadap kebutuhan pangan diproyeksikan mengalami kenaikan selama Nataru berlangsung.

"Kita tahu tren kebutuhan bahan pokok saat akhir tahun akan mengalami peningkatan. BUMN harus hadir dalam memenuhi kebutuhan masyarakat," ungkapnya.

Dalam pantauannya tersebut, Erick menyebut ketersediaan bahan pokok masih aman. Erick mengatakan Kementerian BUMN akan terus berkoordinasi dengan Kemendag dan pemerintah daerah (Pemda) dalam mengantisipasi kenaikan harga bahan pokok jelang akhir tahun.

"Tadi Pak Mendag sudah sampaikan bahwa harga bawang, cabai merah keriting, tempe, masih tetap, bahkan harga ayam justru turun. Memang ada beberapa yang naik sedikit seperti cabai rawit dan telur. Secara keseluruhan, stoknya cukup, termasuk beras Bulog masih aman," ucap Erick Thohir.

 


Data BPS: Harga Beras Sudah Melonjak Sejak Juli 2022

Pekerja memasukkan beras ke dalam karung di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, Kamis (8/9/2022). Kenaikan harga BBM bersubsidi berdampak pada melonjaknya harga beras di Pasar Induk Cipinang hingga Rp 2.000 - Rp 3.000 per kilogram akibat bertambahnya biaya transportasi. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat beras masih memberikan andil inflasi di bulan November 2022 sebesar 0,37 persen. Berdasarkan data, kenaikan harga beras sebenarnya sudah terjadi sejak bulan Juli lalu.

Beras di bulan Juli memberikan andil inflasi 0,01 persen. Lalu andilnya naik menjadi 0,54 persen di bulan Agustus.

Pada bulan September beras memberikan andil yang tinggi terhadap kenaikan inflasi sebesar 1,44 persen. Kemudian di bulan Oktober andilnya melemah menjadi 1,13 persen.

"Beras masih mengalami inflasi, namun dari grafik yang terlihat terjadi pelemahan," kata Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa, BPS, Setianto dalam konferensi pers, Jakarta, Kamis (1/12).

Meski andil terhadap inflasi melemah di bulan November, namun harga beras masih mengalami peningkatan. BPS mencatat rata-rata harga beras Rp 11.877 per kilogram.

"Dari sisi harga kita lihat menunjukkan harga yang meningkat," kata dia.

Kenaikan harga beras dalam 4 bulan terakhir disebabkan efek musiman. Selama kurun waktu tersebut terjadi penurunan produksi beras menjelang akhir tahun.

Selain itu, kenaikan harga beras ini juga dipicu kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di bulan September lalu. Sehingga tingkat inflasi beras di bulan tersebut juga menjadi yang tertinggi yaitu 1,44 persen.

"Ini memang masih mengalami inflasi namun dengan perkembangan yang semakin melemah," pungkasnya.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

INFOGRAFIS: 5 Negara Pemasok Beras Terbesar ke Indonesia (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya