Liputan6.com, Jakarta Ekonom Senior dan Co-Founder Creco Research Institute Muhammad Chatib Basri, mengatakan bahwa Amerika Serikat memerlukan resesi untuk menurunkan inflasi yang tinggi.
Hal itu melihat dari data beveridge curve yakni ketidakseimbangan antara tingkat lowongan pekerjaan yang tinggi, sedangkan tingkat penganggurannya rendah.
Advertisement
“Yang menarik dari beverage curve di Amerika Serikat adalah bahwa lowongan pekerjaannya itu besar sekali walaupun unemployment sudah rendah. Artinya bahwa ada pekerjaan yang ditawarkan tapi orangnya tidak ada,” kata Chatib Basri dalam acara Bank BTPN Economic Outlook 2023, Senin (5/12/2022).
Hal itu bisa terjadi lantaran terjadi ketidakcocokan. Sebab, lowongan pekerjaan tersebut meminta orangnya hadir langsung ke tempat kerja. Sementara, orang itu menginginkan pekerjaan yang remote alias tidak perlu datang ke tempat kerja.
“Yang terjadi akibat dari Mismatch karena yang diminta mungkin pekerjaan yang membutuhkan orangnya hadir in person, tetapi yang bersedia bekerja memilih untuk remote,” ujarnya.
Menurut dia, di dalam kondisi ini maka implikasinya adalah walaupun tingkat pengangguran di Amerika sudah rendah 3,7 persen, tetapi lowongan pekerjaan yang diminta itu masih jauh lebih besar.
“Bisa dibayangkan kalau yang minta tenaga kerja itu banyak sementara supplynya tidak ada, maka akibatnya upahnya akan naik kalau upahnya naik maka inflasi di Amerika akan naik,” ujarnya.
Harus Resesi
Oleh karena itu, kata Chatib, Mantan Menteri Keuangan di Amerika Serikat Larry Summers mengatakan tampaknya Amerika membutuhkan resesi ekonomi untuk menurunkan inflasinya.
“Beberapa bulan lalu di dalam sebuah meeting dia mengatakan bahwa untuk mengatasi inflasi di Amerika dibutuhkan resesi. Karena itu Summers menganjurkan supaya The FED menaikkan bunga dengan agresif, dan inilah yang dilakukan,” ujarnya.
Walaupun lowongan pekerjaan terbuka luas di Amerika Serikat, kata dia, akan menyebabkan upah naik sangat tinggi. Maka, mau tidak mau dibutuhkan pengangguran yang relatif besar untuk membuat inflasinya turun.
“Implikasi yang disampaikan Summers saya kira inflasi di Amerika bakal bertahan untuk periode yang agak panjang. Karena itu kemungkinan yang terjadi adalah bahwa The Fed memang mungkin akan melakukan perlambatan dari kenaikan bunganya, tetapi membutuhkan waktu yang agak panjang sebelum the Fed bisa menurunkan tingkat bunga. Tentu punya implikasi terhadap ekonomi berbagai negara,” pungkasnya.
Advertisement
Lagi-Lagi The Fed Jegal Harga Emas Dunia
Harga emas tergelincir pada perdagangan Jumat dan mundur dari posisi tertinggi dalam hampir empat bulan. Penurunan harga emas dunia ini terjadi setelah data pekerjaan AS yang kuat meningkatkan kekhawatiran bahwa Bank Sentral AS atau the Fed mungkin akan mempertahankan kebijakan moneter yang agresif.
Mengutip CNBC, Sabtu (3/12/2022), harga emas di pasar Spot turun 0,4 persen menjadi USD 1.794,96 per ons, setelah sebelumnya mencapai level tertinggi sejak 10 Agustus di USD 1.804,46 per ons.
Sedangkan untuk harga emas berjangka AS turun 0,31 persen menjadi USD 1.809,6 per ons.
Data menunjukkan pengusaha di AS mempekerjakan lebih banyak pekerja dari yang diperkirakan pada bulan November dan menaikkan upah meskipun ada kekhawatiran resesi yang meningkat.
"Dengan jumlah pekerjaan AS yang datang jauh lebih kuat dari yang diperkirakan, apa yang kami lihat adalah kekhawatiran bahwa Fed mungkin perlu melangkah lebih jauh dengan kenaikan suku bunga yang diharapkan," kata Direktur Perdagangan Logam High Ridge, David Meger.
“Anda akan melihat tekanan pada sebagian besar kelas aset hari ini, bukan hanya komoditas logam mulia.” tambah dia.
Pernyataan The Fed
Selain itu, Presiden Fed Chicago Charles Evans menyatakan dalam sebuah acara bahwa ada kemungkinan puncak suku bunga akan sedikit lebih tinggi dari yang saat ini.
"Meskipun kami juga ada kemungkinan besar untuk menurunkan laju kenaikan suku bunga dari 75 bps," kata dia.
Fed masih menyiratkan peluang untuk menaikkan bunga acuan 75 persen ke kisaran 4,25 persen-4,5 persen pada pertengahan Desember.
Emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS karena ini meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Harga emas masih bersiap untuk kenaikan mingguan kedua berturut-turut, naik 2,2 persen sejauh minggu ini, karena dolar AS turun setelah pidato dovish Ketua Fed Jerome Powell minggu ini.