Erick Thohir: Indonesia Butuh 750 Pesawat Terbang agar Tiket Murah

Mengacu AS, Erick Thohir menyebut kalau industri penerbangan di sana memfokuskan pada penerbangan domestik. Hal ini juga yang perlu dilirik di Indonesia.

oleh Arief Rahman H diperbarui 05 Des 2022, 20:15 WIB
Pesawat milik sejumlah maskapai terparkir di areal Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (16/5/2019). Pemerintah akhirnya menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat atau angkutan udara sebesar 12-16 persen yang berlaku mulai Kamis hari ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir menyebut kalau Indonesia butuh banyak pesawat yang dioperasikan untuk menekan tingginya harga tiket pesawat. Menurutnya, setidaknya Indonesia butuh 750 pesawat yang dioperasikan.

Hingga saat ini, kata Erick Thohir, baru ada sekitar 550 pesawat yang beroperasi. Meski, belum seluruhnya beroperasi secara maksimal. Dengan banyaknya pesawat yang beroperasi, maka akan meningkatkan konektivitas di Indonesia sebagai negara kepulauan.

"750 pesawat yang dibutuhkan di Indonesia. Hari ini kurang lebih masih 550. Artinya ada potensi bagaimana domestik ini harus diprioritaskan, ini memang kita lakukan, apalagi kita negara kepulauan," ujarnya dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin (5/12/2022).

Hitungan ini keluar pasca dia membandingkan dengan jumlah pesawat di Amerika Serikat. AS mencatatkan 7.500 pesawat yang dioperasikan, dengan jumlah penduduk mencapai 306 juta.

Masih mengacu AS, Erick menyebut kalau industri penerbangan disana memfokuskan pada penerbangan domestik. Hal ini juga yang perlu dilirik di Indonesia.

Sebelumnya, Erick pernah berujar Garuda Indonesia direncanakan untuk menambah pesawat menjadi 120 pesawat. Biaya penambahan pesawat salah satunya bersumber dari Penyertaan Modal Negara (PMN) bagi maskapai pelat merah tersebut.

"Kenapa kemarin juga PMN bisa dilakukan tidak lain untuk mempercepat daripada keberadaan pesawat terbang yang memang dibutuhkan selama ini untuk menanggulangi harga tiket yang naik turun," kata dia.

"dan saya rasa akses daripada transportasi kita yang memang merupakan negara kepulauan memang membutuhkan jumlah pesawat yang cukup," tambah Erick Thohir.

 


Utang Garuda Indonesia Turun Hampir 50 Persen

Aktivitas penerbangan di areal Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (16/5/2019). Berdasarkan hasil Rapat Koordinasi antara Kementerian Bidang Perekonomian dan Kementerian Perhubungan memutuskan tarif batas atas tiket pesawat turun sebesar 12 - 16 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Menteri BUMN Erick Thohir menyebut utang PT Garuda Indonesia (Persero) turun hampir 50 persen dari sebelumnya. Capaian ini pasca putusan menangnya maskapai dalam sidang Penundana Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

Penurunan ini dilihat jadi jumlah utang yang sebelumnya sebesar USD 10 miliar menjadi hanya USD 5,1 miliar. Angka ini buah dari kesepakatan resktrukturisasi utang antara Garuda Indonesia dan para kreditor.

"Kita lihat secara equity pun itu tadinya minus 53 (persen) sekarang minus 1,5 (persen). Jadi sudah menurun jauh daripada cengkraman utang dan lain-lainnya," ungkap Erick dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin (5/12/2022).

Buah dari proses restrukturisasi juga, Erick menyebut kalau maskapai pelat merah itu bisa mencatatkan laba. Per Juli 2022, Garuda Indonesia mencatatkan laba bersih senilai USD 3,8 juta.

Atas kinerja yang semakin membaik ini, Erick kembali menyinggung soal penyertaan modal negara (PMN) bagi maskapai tersebut. Dimana dana ini akan dialokasikan untuk menunjang operasional, termasuk penambahan pesawat.

"Kenapa kemarin juga PMN bisa dilakukan tidak lain untuk mempercepat daripada keberadaan pesawat terbang yang memang dibutuhkan selama ini untuk menanggulangi harga tiket yang naik turun," sambung Erick.

 


Utang Garuda Indonesia Turun

Pesawat Airbus A330 Garuda Indonesia mendarat di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda di Blang Bintang, Provinsi Aceh pada 13 Juli 2021. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Diberitakan sebelumnya, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo menyebut utang Garuda Indonesia turun sebesar 81 persen dengan adanya restrukturisasi. Sehingga maskapai hanya perlu melunasi 19 persen utangnya dengan skema yang telah disepakati dengan para kreditor.

Pria yang akrab disapa Tiko ini menyebut, penurunan 81 persen tersebut jika dilihat dari sisi persentase. Sementara dari sisi nilai, penurunannya hanya sekitar 50 persen dari total utang sebelum restrukturisasi.

"Untuk utang ke belakang kita kurang utang sebesar 81 persen, secara percent value ini hingga 81 persen dan sisanya recovery rate 19 persen. Meski kalau secara nilai (neraca utang Garuda) itu turun 50 persen," katanya dalam konferensi pers, Selasa (28/6/2022).

Mengutip bahan paparannya, utang Garuda Indonesia sebelum restrukturisasi adalah sebesar USD 10,1 miliar. Sedangkan setelah restrukturisasi nilai utang Garuda Indonesia tersisa USD 5,1 miliar.

 


Lebih Positif

Tiko menyampaikan, dari berbagai maskapai penerbangan di dunia, dalam kedudukan restrukturisasi, belum ada maskapai dengan pemotongan utang sefantastis ini. Guna bisa kembali membangkitkan keuangan maskapai, pemerintah juga akan menyuntikkan Penyertaan Modal Negara (PMN) Rp 7,5 triliun sekitar triwulan 3 2022.

"Kita ingin ekuitas Garuda ini bisa lebih positif lagi, saya ingin menekankan proses bankruptcy di airline lain jarang ada yang pemotongan utangnya sebesar ini," kata dia.

Masih jadi bagian restrukturisasi utang dan perbaikan kinerja, biaya sewa (lease rate) pesawat yang digunakan Garuda Indonesia juga akan mengalami penurunan. Tiko menyebut Garuda memiliki proporsi biaya sewa pesawat dibanding pendapatan di atas rata-rata airline di dunia.

Maka, negosiasi lease rate sesuai market stand sangat krusial dalam langkah restrukturisasi ini. Setidaknya ada lima jenis pesawat yang biaya sewanya telah dinegosiasikan oleh pihak maskapai.

Infografis Strategi Tekan Harga Tiket Pesawat (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya