Liputan6.com, Banyumas - Secara umum, orang lebih mengenal Firaun sebagai musuh Nabi Musa AS. Fir'aun adalah penguasa yang kaya, namun tamak dan menyatakan dirinya sebagai Tuhan.
Fir'aun berpikir demikian karena kekayaan, kekuasaan, dan didukung oleh kesaktian dan para ahli sihirnya. Karena itu, Fir'aun merasa dirinya mampu memutuskan sesuatu hal, mati dan hidup makhluk misalnya, semau dia.
Nasib Fir'aun berakhir tragis. Dia ditelan laut saat mengejar Nabi Musa dan pengikutnya.
Nah, sebenarnya, di masa yang sama, ada satu lagi tokoh antagonis. Namanya Qarun. Dia adalah orang yang kaya raya, boleh dibilang orang terkaya di dunia, setelah Fir'aun, kala itu.
Baca Juga
Advertisement
Setelah membaca tulisan ini, mungkin saja nanti jadi paham, kenapa di harta peninggalan yang ditemukan disebut harta karun. Karun merujuk kepada sosok dan kisah si Qarun ini.
Dilansir dari suaramuhammadiyah.id, semula Qarun termasuk kaum Nabi Musa. Dalam catatan kaki nomor 1138, Al-Qur’an dan Terjemah terbitan Kementerian Agama disebutkan bahwa Qarun adalah salah seorang anak paman Nabi Musa.
Qarun menyeberang ke pihak Fir’aun mendekati pusat kekuasaan dan tentu saja mendapatkan banyak fasilitas sehingga dengan cepat menjadi seorang konglomerat.
Kekayaan Qarun yang melimpah digambarkan oleh Allah SWT dengan menyebutkan bahwa kunci-kunci gudangnya saja tidak mampu dipikul oleh seluruh orang yang kuat-kuat. Allah berfirman:
۞إِنَّ قَٰرُونَ كَانَ مِن قَوۡمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيۡهِمۡۖ وَءَاتَيۡنَٰهُ مِنَ ٱلۡكُنُوزِ مَآ إِنَّ مَفَاتِحَهُۥ لَتَنُوٓأُ بِٱلۡعُصۡبَةِ أُوْلِي ٱلۡقُوَّةِ إِذۡ قَالَ لَهُۥ قَوۡمُهُۥ لَا تَفۡرَحۡۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡفَرِحِينَ ٧٦
“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. Ingatlah ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”. (Q.S. Al-Qashash 28:76).
Saksikan Video Pilihan Ini:
Gemar Pamer Harta dan Menafikan Karunia Allah SWT
Sekalipun Qarun mengkhianati Musa dan kaumnya sendiri (Bani Israil) tapi kaumnya tetap berusaha mengingatkannya untuk tidak lupa diri dengan kekayaan yang dimiliki. Kaumnya juga menasehati bagaimana seharusnya sikap seseorang terhadap harta benda dan kehidupan ini.
Jagalah keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat. Berbuat baiklah dan jangan merusak di permukaan bumi. Nasehat-nasehat yang sangat berharga itu tentu saja menjadi pegangan hidup yang sangat bernilai bagi kita semua. Allah SWT berfirman:
وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ٧٧
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. “(Q.S. Al-Qashash 28:77)
Qarun ternyata tidak dapat menerima nasehat-naehat itu. Bahkan ia tidak mengakui bahwa segala kekayaan yang dimilikinya adalah karunia Allah SWT. Allah SWT berfirman:
قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلَىٰ عِلۡمٍ عِندِيٓۚ أَوَ لَمۡ يَعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ قَدۡ أَهۡلَكَ مِن قَبۡلِهِۦ مِنَ ٱلۡقُرُونِ مَنۡ هُوَ أَشَدُّ مِنۡهُ قُوَّةٗ وَأَكۡثَرُ جَمۡعٗاۚ وَلَا يُسَۡٔلُ عَن ذُنُوبِهِمُ ٱلۡمُجۡرِمُونَ ٧٨
“Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.“ (Q.S. Al-Qashash 28:78)
Dengan sombongnya dia mengklaim bahwa semua kekayaannya itu didapat karena usaha sendiri, karena ilmu bisnis yang dimilikinya. Dia menafikan faktor izin dan karunia Allah. Semestinya dia sadar bahwa kekayaan dan kekuasaannya itu tidak akan sanggup menyelamatkannya dari siksaan Allah karena kekufurannya.
Harusnya Qarun dapat belajar dari sejarah, betapa banyaknya umat-umat sebelumnya yang dibinasakan oleh Allah karena kedurhakaan mereka, sekalipun harta kekayaan dan kekuatannya jauh melebihi apa yang dimiliki Qarun.
Walaupun sudah dinasehati untuk tidak berbangga dan bergembira secara berlebihan dengan harta kekayaannya, tapi Qarun tidak peduli, bahkan dia dengan sengaja memamerkan kekayaannya kepada masyarakat. Pada suatu hari dia mengadakan pawai keliling kota mempertontonkan kepada kaumnya segala kekayaannya dan kemegahannya.
Dia tidak sadar bahwa tindakannya itu akan mengundang kecemburuan sosial dan menyakitkan hati orang-orang miskin yang hidup dengan penuh penderitaan. Sampai sekarang sikap Qarun memamerkan kekayaan tanpa menghiraukan perasaan orang lain yang tidak berpunya itu diwarisi oleh sebagian orang-orang kaya.
Advertisement
Qarun dan Hartanya Tenggelam ke Dasar Bumi
Segala kekayaan dan kemegahan Qarun dan anak buahnya itu memang membuat titik air liur orang-orang yang memang punya orientasi dunia. Mereka ingin menikmati kemewahan hidup seperti Qarun, tapi tidak berhasil mencapainya. Mereka hanya dapat mengigit jari sambil berkhayal alangkah enaknya kalau dapat hidup seperti Qarun. Allah SWT berfirman:
فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوۡمِهِۦ فِي زِينَتِهِۦۖ قَالَ ٱلَّذِينَ يُرِيدُونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا يَٰلَيۡتَ لَنَا مِثۡلَ مَآ أُوتِيَ قَٰرُونُ إِنَّهُۥ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٖ ٧٩
“Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. (Q.S. Al-Qashash 28:79)
Tapi orang-orang yang punya ilmu pengetahuan tidak terpengaruh seperti kelompok di atas, karena mereka mengerti bahwa harta hanyalah alat, bukan tujuan. Apalah artinya harta kekayaan yang melimpah-limpah kalau tidak ada iman dan amal saleh. Untuk itu mereka menasehati kelompok masyarakat yang terpengaruh dan berangan-angan ingin seperti Qarun. Allah SWT berfirman:
وَقَالَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ وَيۡلَكُمۡ ثَوَابُ ٱللَّهِ خَيۡرٞ لِّمَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗاۚ وَلَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلصَّٰبِرُونَ ٨٠
“Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar”. (Q.S. Al-Qashash 28:80)
Selanjutnya Allah menghukum Qarun dan anak buahnya karena keangkuhan dan kesombongan mereka. Qarun bersama rumahnya dan segala kemegahan dan kekayaannya dibenamkan oleh Allah ke dalam perut bumi. Tak ada yang dapat menyelamatkannya dari azab Allah itu, baik perorangan maupun golongan secara bersama-sama. Allah SWT berfirman:
فَخَسَفۡنَا بِهِۦ وَبِدَارِهِ ٱلۡأَرۡضَ فَمَا كَانَ لَهُۥ مِن فِئَةٖ يَنصُرُونَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُنتَصِرِينَ ٨١
“Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (Q.S. Al-Qashash 28:81)
Setelah Qarun dapat azab dari Allah seperti itu, segara saja golongan masyarakat yang tadinya berangan-angan ingin mendapatkan kekayaan dan kemegahan seperti Qarun mengurungkan keinginannya. Mereka sadar bahwa harta kekayaan yang melimpah-limpah bukanlah jaminan untuk selamat dari siksaan Allah. Hanya keridhaan-Nyalah yang bisa menyelamatkan. Mereka juga menyadari bahwa manusia tidak dapat menafikan izin dan restu Allah dalam mendapatkan harta kekayaan, sebab Allah-lah yang melapangkan dan menyempitkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki. Kalau bukan karena lindungan Allah, kata mereka, tentu mereka akan ikut binasa seperti Qarun tersebut. Allah SWT berfirman:
وَأَصۡبَحَ ٱلَّذِينَ تَمَنَّوۡاْ مَكَانَهُۥ بِٱلۡأَمۡسِ يَقُولُونَ وَيۡكَأَنَّ ٱللَّهَ يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦ وَيَقۡدِرُۖ لَوۡلَآ أَن مَّنَّ ٱللَّهُ عَلَيۡنَا لَخَسَفَ بِنَاۖ وَيۡكَأَنَّهُۥ لَا يُفۡلِحُ ٱلۡكَٰفِرُونَ ٨٢
“Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu, berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah)”. (Q.S. Al-Qashash 28:82)
Demikianlah akhir kehidupan yang tragis dari Qarun, mudahan-mudahan kita dapat belajar dari kisah ini. (sumber: Suaramuhammadiyah.id).
Tim Rembulan