Gempa Cianjur hingga Erupsi Semeru Disebut karena Maksiat, Begini Kata Buya Yahya

Bencana datang bertubi-tubi menimpa sejumlah daerah di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah gempa Cianjur yang mengakibatkan ratusan orang meninggal dan bangunan-bangunan rusak.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 07 Des 2022, 09:54 WIB
Penduduk desa memeriksa kerusakan saat rumah terlihat terkubur abu vulkanik dari letusan Gunung Semeru di desa Kajar Kuning di Lumajang, Jawa Timur, Indonesia, Senin, 5 Desember 2022. Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru, Mukdas Sofian mengatakan, aktivitas Gunung Semeru pada periode pengamatan 5 Desember 2022 pukul 00.00-06.00 WIB mengalami satu kali awan panas guguran dengan amplitudo 25 mm dan lama gempa 386 detik. (AP Photo/Imanuel Yoga)

Liputan6.com, Jakarta - Bencana datang bertubi-tubi menimpa sejumlah daerah di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah gempa Cianjur yang mengakibatkan ratusan orang meninggal dan bangunan-bangunan rusak. 

Kemudian menyusul gempa lain di sejumlah daerah seperti di Garut dan Tasikmalaya, Jawa Barat. Lalu ada erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur. 

Berbagai bencana yang terjadi di Indonesia disebut-sebut karena banyaknya maksiat dan jeleknya sistem pemerintahan. Namun, hal ini dibantah oleh pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya.

Menurut Buya Yahya, bisa saja Allah SWT menimpakan bencana kepada orang yang tidak bersalah. Bagi orang yang tidak bersalah, bencana datang untuk mengangkat derajatnya. Sementara kepada orang yang bersalah ahli iman adanya bencana untuk diampuni dosanya.

“Tolong jaga lisan. Jangan berkata, ‘wah Cianjur para pendosa semuanya, banyak maksiat’,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Selasa (6/12/2022).

Kendati demikian, Buya Yahya tak menampik jika maksiat mengundang bencana dari Allah. Namun, ketika bencana terjadi cara pandang menilainya harus diubah. Kata Buya Yahya, jangan sampai mengatakan adanya bencana seolah-olah gara-gara maksiat.

“Kita jangan biasa sombong deh. Kalau ada musibah hendaknya kita berbenah semuanya, paling tidak dirimu sendiri koreksi. Kalau seandainya tertimpa musibah di negeri ini jangan sampai dalam keadaan kita yang membuat banyak dosa dan musibah. Semoga Allah menjauhkan kita dari musibah,” tuturnya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Bencana untuk Menguatkan Iman

Seorang pria berjalan melewati masjid yang sebagian tertutup abu vulkanik dari letusan Gunung Semeru di desa Kajar Kuning di Lumajang, Jawa Timur, Indonesia, Senin, 5 Desember 2022. Gunung berapi tertinggi di Indonesia pada hari ini Senin (5/12/2022), masih mengeluarkan awan panas guguran dengan amplitudo 25 mm dan lama gempa 386 detik. (AP Photo/Imanuel Yoga)

Menurut Buya Yahya, orang cerdas akan menanggapi bencana sebagai jalan untuk menguatkan iman. Banyak pelajaran yang dapat dipetik ketika terjadi bencana. Salah satunya membuka kesempatan untuk menolong mereka yang terdampak bencana.

“Jadi, makanya ketika melihat musibah orang lain yang paling penting hatimu hidup atau tidak. Kita itu sering yang dicari adalah pamer, pamer cerita,” ujarnya.

“Hidupkan hati kita. Jangan sombong. Semua koreksi masing-masing,” pesan Buya Yahya.

Buya Yahya kemudian berdoa untuk korban bencana baik yang gempa Cianjur maupun erupsi Gunung Semeru. 

“Yang tertimpa (erupsi) di Semeru semoga Allah angkat derajatnya, yang belum beriman semoga jadi ahli iman. Yang Cianjur juga demikian,” doa Buya Yahya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya