Bertemu Maroko di Piala Dunia 2022, Spanyol Bekali Pemain dengan 1000 Latihan Penalti

Spanyol sudah berlatih penalti sejak dikalahkan Italia di Piala Eropa 2020.

oleh Rangga Ari diperbarui 06 Des 2022, 17:45 WIB
Pemain Timnas Spanyol melakukan sesi foto sebelum pertandingan Grup E Piala Dunia 2022 melawan Timnas Jerman yang berlangsung di Al Bayt Stadium, Qatar, Senin (28/11/2022). (AP Photo/Julio Cortez)

Liputan6.com, Jakarta Timnas Spanyol akan menghadapi Timnas Maroko pada babak 16 besar Piala Dunia 2022 Qatar. Spanyol lolos ke fase knock out sebagai runner-up Grup E setelah kalah dari Jepang 1-2, sedangkan Maroko merupakan juara Grup F di atas Kroasia dan Belgia yang tidak lolos.

Pelatih Spanyol, Luis Enrique memprediksi pertandingan akan berjalan alot karena kedua tim sama-sama bermain bagus di fase grup. Berkaca pada laga Jepang melawan Kroasia yang berakhir dengan adu penalti, bukan tidak mungkin Spanyol vs Maroko juga akan disudahi dengan adu penalti.

Enrique mengaku tidak risau jika laga harus ditentukan lewat adu tendangan 12 pas. Ia yakin para pemainnya bisa mengatasi tekanan adu penalti karena sudah sering berlatih tendangan penalti di Piala Dunia.

"Menurut saya ini bukan lotere. Jika Anda sering berlatih, maka cara Anda mengambil penalti akan meningkat. Jelas, Anda tidak dapat melatih tekanan dan ketegangan, tetapi Anda dapat mengatasinya (dengan berlatih)," ucap Enrique dilansir dari Reuters.

Mantan pelatih Barcelona ini menambahkan, tendanfan penalti tidak bergantung pada keberuntungan, namun penjaga gawang adalah kunci dalam adu penalti. Menurutnya ketiga penjaga gawang Spanyol bagus dalam hal adu penalti.

"Dalam sesi latihan, kami memiliki pemain yang melakukan tendangan penalti, ini pekerjaan rumah yang telah kami perhitungkan," jelas Enrique.

Luis Enrique memberi timnya nilai B+ untuk penampilan Spanyol di penyisihan grup Piala Dunia 2022. Menurut dia, Spanyol seperti "dikukus" oleh Jepang dalam 15 menit terakhir yang menjadikan Spanyol harus puas di posisi kedua klasemen grup.

"Tapi saya sangat puas dengan apa yang saya lihat dalam latihan, saya yakin kami memiliki peluang besar untuk mencapai hasil yang bagus dan maju lebih jauh," ucap Enrique.

 


Belajar dari Piala Eropa

Pemain timnas Spanyol bereaksi setelah kalah atas Rusia pada babak 16 besar Piala Dunia 2018 di Stadion Luzhniki, Minggu (1/7). Rusia memaksa Spanyol pulang lebih awal setelah kalah adu penalti dengan skor 4-3. (AP/Victor R. Caivano)

Pada Piala Eropa tahun lalu, Spanyol dihadapkan dalam dua kali situasi adu penalti, mengalahkan Swiss di perempat final dan melawan Italia di semifinal. La Roja disingkirkan Italia yang akhirnya jadi juara.

Atas kekalahan adu penalti dari Italia itu, Luis Enrique memerintahkan para pemainnya terus berlatih tendangan penalti. Bahkan, kalau perlu mereka harus menendang setidaknya 1.000 tendangan penalti saat berlatih di klub dan pemusatan latihan.

"Ini pekerjaan rumah kami, karena kami tidak bisa hanya melatih mereka ketika mereka bersama timnas. Di klub juga harus belatih," kata Luis Enrique.

Pada saat Piala Eropa 2020 yang dilangsungkan tahun 2021, Spanyol gagal melaju ke babak final. La Roja ditahan imbang 1-1 di waktu normal dan dikalahkan 4-2 saat adu penalti.

Dani Olmo dan Alvaro Morata gagal menendang penalti dari titik 12 pas. Tendangannya berhasil ditepis kiper Italia, Gianluigi Donnarumma yang meraih kiper terbaik di Piala Eropa 2020. Sedangkan dari Italia, hanya Manuel Locatelli yang gagal mengesekusi penalti.

 


Lupakan Catatan Buruk

Selebrasi pemain Timnas Spanyol usai Alvaro Morata (kanan) berhasil menjebol gawang Jerman dalam pertandingan Grup E Piala Dunia 2022 yang berlangsung di Al Bayt Stadium, Qatar, Senin (28/11/2022). (AP Photo/Luca Bruno)

Selain kegagalan di Piala Eropa yang membekas, Spanyol juga dihadapkan pada catatan buruk di 16 besar Piala Dunia. Dalam empat Piala Dunia terakhir, Spanyol hanya sekali melewati babak 16 besar, pada saat itu ketika La Roja dinobatkan sebagai juara Piala Dunia 2010.

Kendati demikian Luis Enrique tidak ambil pusing dengan catatan itu. Dia hanya ingin berusaha keras untuk mendorong para pemain melupakan hasil yang sudah lewat dan tidak terlalu memikirkan hasil yang akan datang.

"Saya tidak peduli dengan hasil sebelumnya, saya ingin mengendalikan apa yang bisa saya kendalikan sebagai pelatih," ucap dia.

"Sepak bola tidak selalu merupakan permainan yang adil. Saya yakin kami memiliki lebih bagus daripada Maroko. Jika tidak, saya juga akan baik-baik saja," imbuh Enrique.

Enrique juga memastikan permainan Spanyol tidak akan ada yang berubah. Spanyol tetap akan bermain dengan menghibur dan permainan cantik.

"Filosofi kami sama. Kami mencoba dan menghibur para penggemar sehingga mereka senang menonton kami. Kami tidak boleh hanya pergi dan meraih kemenangan, kami perlu menghibur penonton," tutur dia.

 


Waspadai Semangat Maroko

Timnas Spanyol mulai dipimpin Luis Enrique sejak tragedi di Piala Dunia 2018 Rusia. Saat itu, Julen Lopetegui dipecat 2 hari sebelum pertandingan pertamanya. Enrique sendiri sudah dikenal baik oleh publik Spanyol. Ia berhasil mempersembahkan 3 musim bersama Barcelona dengan gelar-gelar bergengsi, termasuk Liga Champions. La Furia Roja antinya akan tergabung ke dalam grup E bersama Jerman, Jepang, dan Kostarika. (AFP/Kirill Kudryavtsev)

Luis Enrique mengatakan, pihaknya saat ini mewaspadai semangat dari Maroko setelah menciptakan kejutan dengan lolos sebagai juara grup di atas Kroasia dan Belgia. Sementara Spanyol hanya finis kedua di grup, setelah kalah dari Jepang.

Semangat Maroko juga diprediksi akan bertambah berlipat-lipat karena mereka saat ini merupakan satu-satunya wakil Afrika yang tersisa. Motivasi untuk menunjukkan kemampuan akan bertambah dan menjadi antisipasi Spanyol.

“Maroko berada dalam suasana hati terbaik saat ini, mereka sangat termotivasi setelah babak penyisihan grup yang spektakuler, mereka memuncaki grup yang sulit," beber Enrique.

"Tapi kami memiliki planning yang jelas. Walaupun memang kami tidak harus mendominasi semua lawan selama 90 menit. Di Piala Dunia Anda memiliki tim terbaik, Anda bermain melawan pelatih dan pemain papan atas," tandas Enrique.

 


Hafal Gaya Main Maroko

Gavi. Gelandang tengah Timnas Spanyol yang bermain bersama Barcelona ini menjadi pemain termuda ketiga yang telah melakukan debutnya di matchday pertama fase Grup E Piala Dunia 2022 saat diturunkan pelatih Luis Enrique sebagai starter dan bermain penuh menghadapi Kosta Rika (23/11/2022). Saat itu ia berusia 18 tahun, 3 bulan dan 18 hari. Satu gol berhasil dicetaknya dalam kemenangan 7-0 Spanyol atas Kosta Rika dan sekaligus menjadikannya sebagai pencetak gol termuda Spanyol di ajang Piala Dunia. (AP/Francisco Seco)

Gelandang Spanyol, Pedri mengaku sudah mempelajari dan hafal gaya bermain Maroko. Menurutnya, Maroko memiliki lini tengah yang sangat baik dari sisi fisik dan mampu menutup semua ruang.

"Banyak tim nasional memainkan kami satu lawan satu, kami tahu mereka akan menekan kami dengan keras di lini tengah untuk mendapatkan bola dari kami," kata Pedri.

"Saya yakin Maroko telah menganalisis pergerakan kami. Ada hal-hal yang harus ditingkatkan dan saya pikir kami akan memainkan pertandingan yang hebat. Kami bersemangat untuk bermain dan mengubah kesedihan (dari kekalahan Jepang) menjadi kebahagiaan," tutur dia.

Infografis Piala Dunia 2022 Qatar Babak 16 Besar (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya