Saham Teknologi Rontok, Mirae Asset Revisi Target IHSG ke 7.200 pada Akhir 2022

Revisi IHSG ini setali dengan kinerja salah satu sektor, yakni sektor teknologi yang mencatatkan kinerja kurang memuaskan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 06 Des 2022, 21:09 WIB
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengubah target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir tahun 2022. Sebelumnya, perusahaan memperkirakan IHSG bertengger di posisi 7.400 sebelum direvisi ke posisi 7.200.

Head of Research Mirae Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya menerangkan, revisi ini setali dengan kinerja salah satu sektor, yakni sektor saham teknologi yang mencatatkan kinerja kurang memuaskan pada beberapa waktu terakhir. Sehingga sektor ini menjadi pemberat IHSG.

"Jadi 7.400 waktu itu kita belum memperhitungkan sentimen negatif terhadap sektor teknologi. Kita revisi dari 7.400 jadi 7.200,” ujar Hariyanto dalam konferensi pers Sage Talk & Market Outlook di Jakarta, Selasa (6/11/2022).

Pada perdagangan hari ini, Selasa 6 Desember 2022, sektor saham teknologi melemah 1,54 persen. Selama sepekan, sektor ini amblas 9,74 persen. Adapun sejak Januari 2022 atau secara year to date (ytd), sektor teknologi susut 42,36 persen.

Di sisi lain, Hariyanto cukup optimistis target IHSG itu bisa tembus disokong adanya window dressing yang disebut bakal terjadi pada Desember 2022. Dia menambahkan, window dressing akan berlangsung pada emiten kapitalisasi besar (big cap), sehingga ia yakin IHSG 7.200 bisa dicapai.

"Kita optimis di Desember ini akan ada window dressing. Dan  window dressing ini lebih kepada emiten big cap seperti bank. Jadi kami optimis IHSG berpotensi naik ke 7.200,” kata dia.

 

 

2 dari 4 halaman

Penutupan IHSG pada 6 Desember 2022

Karyawan melintasi layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Laju IHSG tersungkur sepanjang perdagangan saham Selasa, (6/12/2022). Mengutip data RTI, IHSG anjlok 1,36 persen ke posisi 6.892,57.

Sebanyak 461 saham melemah sehingga menekan IHSG. 122 saham menguat dan 123 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.294.007 kali dengan volume perdagangan 32,2 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 15,4 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.611.

Mayoritas indeks sektor saham tertekan, kecuali sektor saham energi naik 0,54 persen. Sektor saham basic merosot 2,61 persen, sektor saham industri merosot 1,41 persen, sektor saham non siklikal turun 0,58 persen, sektor saham siklikal terpangkas 1,54 persen, dan sektor saham kesehatan melemah 1,46 persen.

Selain itu, sektor saham keuangan susut 0,76 persen, sektor saham properti terpangkas 1,62 persen, sektor saham teknologi melemah 1,54 persen, sektor saham infrastruktur terpangkas 2,83 persen dan sektor saham transportasi merosot 0,87 persen.

 

3 dari 4 halaman

Top Gainers-Losers pada 6 Desember 2022

Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:

-Saham MMIX melambung 34,74 persen

-Saham AYLS melambung 34,57 persen

-Saham HITS melambung 25 persen

-Saham SINI melambung 24,72 persen

-Saham HELI melambung 19,84 persen

 

Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

-Saham MGLV terpangkas 9,24 persen

-Saham NINE terpangkas 8,7 persen

-Saham EURO terpangkas 8,16 persen

-Saham IDEA terpangkas 7,02 persen

-Saham MINA terpangkas 6,96 persen

 

Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:

-Saham TLKM tercatat 54.892 kali

-Saham INDX tercatat 53.728 kali

-Saham BBCA tercatat 45.061 kali

-Saham BSBK tercatat 32.759 kali

-Saham PTDU tercatat 25.284 kali

 

Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:

-Saham BBCA senilai Rp 1,6 triliun

-Saham TLKM senilai Rp 1,5 triliun

-Saham BMRI senilai Rp 733,2 miliar

-Saham BBRI senilai Rp 411,9 miliar

-Saham ASII senilai Rp 395,2 miliar

4 dari 4 halaman

Imbas Sentimen Global

Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Investment Analyst  dari Infovesta Kapital Advisori, Fajar Dwi Alfian menuturkan, koreksi IHSG sejak Senin, 5 Desember 2022 hingga Selasa, 6 Desember 2022 didorong sentimen global. Namun, ia melihat tekanan IHSG ini masih wajar.

Ia menuturkan, rilis data ekonomi Amerika Serikat antara lain tenaga kerja, tingkat upah yang masih tumbuh tinggi, serta rilis data ekonomi pada Senin, 5 Desember 2022 seputar ISM PMI Sektor Jasa menunjukkan masih cukup positif dikhawatirkan akan membuat inflasi Amerika Serikat sulit dijinakkan lantaran masih tinggi.

"Sehingga ada ekspektasi kalau the Fed akan melakukan kebijakan suku bunga agresif lagi, setelah kemarin sempat memberikan pesan yang lunak,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun juga kembali naik ke atas level 3,6 persen dari akhir pekan lalu di kisaran 3,4 persen.

“Hal ini menandakan ekspektasi kenaikan suku  bunga the Fed berpotensi untuk kembali agresif, karena inflasi diproyeksi masih akan tinggi ke depan, setelah rilis data ekonomi yang masih kaut di Amerika Serikat dalam dua hari terakhir,” ujar dia.

Selain itu, bursa saham Asia juga lesu meski ada yang menguat. Hal ini di tengah China melonggarkan kebijakan zero COVID-19. Sedangkan dari domestik, saham kapitalisasi besar seperti PT Telkom Indonesia Tbk dan beberapa saham lainnya tertekan. “Karena mempunyai investasi di GOTO dan saham GOTO juga sedang tertekan. Berdasarkan laporan keuangan TLKM juga menderita rugi investasi di GOTO,” ujar dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya