Liputan6.com, Jakarta - Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengubah target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir tahun 2022. Sebelumnya, perusahaan memperkirakan IHSG bertengger di posisi 7.400 sebelum direvisi ke posisi 7.200.
Head of Research Mirae Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya menerangkan, revisi ini setali dengan kinerja salah satu sektor, yakni sektor saham teknologi yang mencatatkan kinerja kurang memuaskan pada beberapa waktu terakhir. Sehingga sektor ini menjadi pemberat IHSG.
Advertisement
"Jadi 7.400 waktu itu kita belum memperhitungkan sentimen negatif terhadap sektor teknologi. Kita revisi dari 7.400 jadi 7.200,” ujar Hariyanto dalam konferensi pers Sage Talk & Market Outlook di Jakarta, Selasa (6/11/2022).
Pada perdagangan hari ini, Selasa 6 Desember 2022, sektor saham teknologi melemah 1,54 persen. Selama sepekan, sektor ini amblas 9,74 persen. Adapun sejak Januari 2022 atau secara year to date (ytd), sektor teknologi susut 42,36 persen.
Di sisi lain, Hariyanto cukup optimistis target IHSG itu bisa tembus disokong adanya window dressing yang disebut bakal terjadi pada Desember 2022. Dia menambahkan, window dressing akan berlangsung pada emiten kapitalisasi besar (big cap), sehingga ia yakin IHSG 7.200 bisa dicapai.
"Kita optimis di Desember ini akan ada window dressing. Dan window dressing ini lebih kepada emiten big cap seperti bank. Jadi kami optimis IHSG berpotensi naik ke 7.200,” kata dia.
Penutupan IHSG pada 6 Desember 2022
Laju IHSG tersungkur sepanjang perdagangan saham Selasa, (6/12/2022). Mengutip data RTI, IHSG anjlok 1,36 persen ke posisi 6.892,57.
Sebanyak 461 saham melemah sehingga menekan IHSG. 122 saham menguat dan 123 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.294.007 kali dengan volume perdagangan 32,2 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 15,4 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.611.
Mayoritas indeks sektor saham tertekan, kecuali sektor saham energi naik 0,54 persen. Sektor saham basic merosot 2,61 persen, sektor saham industri merosot 1,41 persen, sektor saham non siklikal turun 0,58 persen, sektor saham siklikal terpangkas 1,54 persen, dan sektor saham kesehatan melemah 1,46 persen.
Selain itu, sektor saham keuangan susut 0,76 persen, sektor saham properti terpangkas 1,62 persen, sektor saham teknologi melemah 1,54 persen, sektor saham infrastruktur terpangkas 2,83 persen dan sektor saham transportasi merosot 0,87 persen.
Advertisement
Top Gainers-Losers pada 6 Desember 2022
Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:
-Saham MMIX melambung 34,74 persen
-Saham AYLS melambung 34,57 persen
-Saham HITS melambung 25 persen
-Saham SINI melambung 24,72 persen
-Saham HELI melambung 19,84 persen
Saham-saham yang masuk top losers antara lain:
-Saham MGLV terpangkas 9,24 persen
-Saham NINE terpangkas 8,7 persen
-Saham EURO terpangkas 8,16 persen
-Saham IDEA terpangkas 7,02 persen
-Saham MINA terpangkas 6,96 persen
Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:
-Saham TLKM tercatat 54.892 kali
-Saham INDX tercatat 53.728 kali
-Saham BBCA tercatat 45.061 kali
-Saham BSBK tercatat 32.759 kali
-Saham PTDU tercatat 25.284 kali
Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:
-Saham BBCA senilai Rp 1,6 triliun
-Saham TLKM senilai Rp 1,5 triliun
-Saham BMRI senilai Rp 733,2 miliar
-Saham BBRI senilai Rp 411,9 miliar
-Saham ASII senilai Rp 395,2 miliar
Imbas Sentimen Global
Investment Analyst dari Infovesta Kapital Advisori, Fajar Dwi Alfian menuturkan, koreksi IHSG sejak Senin, 5 Desember 2022 hingga Selasa, 6 Desember 2022 didorong sentimen global. Namun, ia melihat tekanan IHSG ini masih wajar.
Ia menuturkan, rilis data ekonomi Amerika Serikat antara lain tenaga kerja, tingkat upah yang masih tumbuh tinggi, serta rilis data ekonomi pada Senin, 5 Desember 2022 seputar ISM PMI Sektor Jasa menunjukkan masih cukup positif dikhawatirkan akan membuat inflasi Amerika Serikat sulit dijinakkan lantaran masih tinggi.
"Sehingga ada ekspektasi kalau the Fed akan melakukan kebijakan suku bunga agresif lagi, setelah kemarin sempat memberikan pesan yang lunak,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun juga kembali naik ke atas level 3,6 persen dari akhir pekan lalu di kisaran 3,4 persen.
“Hal ini menandakan ekspektasi kenaikan suku bunga the Fed berpotensi untuk kembali agresif, karena inflasi diproyeksi masih akan tinggi ke depan, setelah rilis data ekonomi yang masih kaut di Amerika Serikat dalam dua hari terakhir,” ujar dia.
Selain itu, bursa saham Asia juga lesu meski ada yang menguat. Hal ini di tengah China melonggarkan kebijakan zero COVID-19. Sedangkan dari domestik, saham kapitalisasi besar seperti PT Telkom Indonesia Tbk dan beberapa saham lainnya tertekan. “Karena mempunyai investasi di GOTO dan saham GOTO juga sedang tertekan. Berdasarkan laporan keuangan TLKM juga menderita rugi investasi di GOTO,” ujar dia.
Advertisement