Liputan6.com, Jakarta - Bek Arsenal Takehiro Tomiyasu kecewa lantaran Jepang tersingkir dari babak 16 besar Piala Dunia 2022. Penggawa Samurai Biru mengaku tak puas dengan penampilannya di laga kontra Kroasia, Senin (5/12/2022) malam WIB.
Seperti diketahui, Jepang kalah dramatis dalam fase knock-out FIFA World Cup edisi ini. Meski menyandang status sebagai juara grup usai menaklukkan Jerman dan Spanyol, Samurai Biru justru harus mengakui keunggulan Vatreni saat keduanya bersua.
Advertisement
Anak-anak asuh Hajime Moriyasu sejatinya mampu mengimbangi perlawanan Kroasia di duel tersebut. Mereka bahkan unggul lebih dulu lewat Daizen Maeda (’43), sebelum Ivan Perisic mencetak gol penyama kedudukan pasca turun minum.
Samurai Biru dan Kroasia bermain imbang 1–1 sampai pengujung babak kedua. Laga pun mau tak mau harus berlanjut ke perpanjangan waktu (extra time).
Tambahan durasi dua kali 15 menit rupanya belum cukup untuk mengubah posisi Jepang dan Kroasia. Drama adu penalti menjadi tak terhindarkan. Vatreni berhak atas tiket perempat final usai unggul 3–1 atas Samurai Biru.
Dalam sesi wawancara selepas pertandingan, Tomiyasu mengeklaim tak bisa berbangga dengan pencapaian Jepang di Piala Dunia 2022. Ia juga menyayangkan dirinya yang dianggap gagal memberi bantuan berarti bagi tim dalam kompetisi sepak bola empat tahunan.
“Tentu saja kami sangat kecewa dengan hasilnya. Penampilan saya seperti bencana hari ini, jadi saya meminta maaf kepada tim,” ujar pesepak bola berusia 24 tahun tersebut, seperti dilansir dari laporan Daily Mail, Selasa (6/12/2022).
“Saya perlu menjadi jauh lebih baik agar bisa membantu tim. Itu masih belum cukup, kami belum layak untuk menang,” sambung eks pemain Bologna.
“Saya tidak bisa bangga. Saya tidak puas dengan apa yang terjadi. Ini sepak bola dan kami harus menjadi lebih baik agar bisa menang melawan tim yang lebih kuat,” pungkas Tomiyasu.
Butuh Istirahat
Usai menunaikan tugas internasional, Tomiyasu harus kembali bersiap membela Arsenal di level klub. Adapun The Gunners saat ini masih perkasa bertengger di puncak klasemen sementara Liga Inggris dengan torehan 37 poin.
Penggawa Timnas Jepang bisa saja bergabung dengan tim racikan Mikel Arteta dalam kamp pelatihan di Dubai. Namun, Tomiyasu nampaknya tak yakin bisa segera mengalihkan fokus ke klub. Ia mengaku butuh istirahat demi melupakan kegagalannya di Piala Dunia 2022.
“Saya tidak tahu (apakah bisa bergabung dengan Arsenal di Dubai). Semoga saya bisa mendapat istirahat sejenak. Saya butuh waktu untuk melupakan sepak bola. Saya perlu sedikit ruang,” ungkap pemain kelahiran 1998.
Advertisement
Sepak Terjang Jepang
Terlepas dari kekalahan di fase 16 besar, tak dapat dimungkiri Jepang memiliki sepak terjang menakjubkan di Piala Dunia 2022. Samurai Biru sanggup menciptakan kejutan, meski mereka tergabung dalam grup neraka bersama Spanyol, Jerman, dan Kosta Rika.
Kejutan besar pertama Jepang tersaji saat mereka menghadapi Jerman di laga pembuka grup E. Samurai Biru comeback mengesankan setelah tertinggal 0–1 dari Tim Panser berkat penalti Ilkay Gundogan pada babak pertama.
Pasukan Hajime Moriyasu mampu mencuri poin penuh lewat dua gol yang dilesakkan di 15 menit terakhir waktu normal. Aksi Ritsu Doan (’75) dan Takuma Asano (’83) mengantar Samurai Biru berbalik unggul dengan 2–1.
Kemenangan Jepang bukanlah keberuntungan semata. Taktik jitu pelatih dalam perdana pergantian pemain menjadi faktor yang melatarbelakangi kesuksesan di duel pembuka.
Sayangnya, dominasi mereka terputus saat melawan Kosta Rika. Samurai Biru kalah tipis dengan 0–1 berkat gol Keysher Fuller pada menit 81.
Bangkit Lawan Spanyol
Jepang langsung bangkit saat melawan Spanyol. Walau lagi-lagi tak terlalu diunggulkan, skuad Samurai Biru kembali membuat kejutan dengan menggasak La Furia Roja 2–1.
Skenarionya mirip dengan laga kontra Jerman. Jepang sempat tertinggal di babak pertama akibat gol cepat Alvaro Morata. Namun, posisi minor itu hanya bertahan sampai Ritsu Doan mencatatkan nama di papan skor pada menit 48.
Tiga menit berselang, Samurai Biru balik memimpin. Gol Ao Tanaka yang sempat mengundang kontroversi membawa Jepang menyandang predikat sebagai juara Grup E.
Dengan hasil itu anak-anak asuh Moriyasu mencetak rekor baru. Mereka menjadi tim dengan tingkat penguasaan terendah (17,7 persen) yang mampu memenangkan pertandingan dalam ajang Piala Dunia.
Advertisement