Inovasi Pendidikan Vokasi untuk Kendaraan Listrik dan Energi Terbarukan Terus Berjalan

Kesuksesan pemerintah Indonesia dalam Presidensi KTT G20 membawa tiga isu prioritas, yaitu infrastruktur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi.

oleh Gilar Ramdhani pada 07 Des 2022, 07:29 WIB
Mobil listrik karya Politeknik Negeri Jember, Jawa Timur.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia dalam Presidensi KTT G20 berhasil membawa tiga isu prioritas. Mulai dari infrastruktur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi. Isu mengenai transisi energi ini sangat relevan karena tantangan dunia menghadapi dampak krisis iklim. Apalagi, Pemerintah Indonesia saat ini menargetkan pengurangan 41 persen jejak karbon pada 2030, dan target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.  

Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim senantiasa konsisten menyuarakan tentang pentingnya pendidikan untuk dapat menjawab tantangan  krisis iklim.

“Untuk menghadapi tantangan dunia terbesar saat ini, yaitu perubahan iklim, kita memerlukan gotong royong dari para ilmuwan, insinyur, aktivis, dan masih banyak pihak untuk bersama bergerak menjemput bola dan mencari solusi dengan cepat," ujarnya. 

Dalam skema kebijakan Merdeka Belajar, Nadiem mengatakan pendidikan vokasi merupakan prioritas  kami untuk bisa menjawab kebutuhan zaman, termasuk di dalamnya mempersiapkan SDM unggul yang mampu  menciptakan solusi akan krisis iklim.

"Misalnya, dalam inovasi kendaraan listrik, kami menilai hal ini prioritas, oleh karena itu skema kebijakan kami di pendidikan vokasi dirancang untuk dapat mendorong inovasi-inovasi penciptaan teknologi terkait baik dari hulu hingga hilirisasi produk," jelasnya. 

Sejalan dengan imbauan Mendikbudristek, inovasi-inovasi nyata karya anak bangsa untuk menangani krisis iklim  semakin terakselerasi cepat. Berbagai upaya nyata muncul pemerintah bersama berbagai insan pendidikan, mulai dari tingkat SMK, dan perguruan tinggi vokasi dalam mendukung upaya penanganan krisis iklim yang berkelanjutan dengan penerapan prinsip green economy di dalamnya.


Pendidikan Vokasi Siapkan Talenta dan Fokus Pengembangan Teknologi Kendaraan Listrik

Mobil Balap dengan daya listrik karya SMK Muhammadiyah Pakem, Sleman, DI Yogyakarta.

Pembelajaran di pendidikan vokasi telah dan terus ditransformasi sesuai arahan Presiden Joko Widodo, salah satunya melalui pelibatan peran industri yang semakin masif, tidak hanya dalam penyiapan kurikulum, tetapi juga penyediaan tempat praktik kerja lapangan/magang, pelibatan praktisi untuk mengajar, dan mengembangkan teaching factory

Semakin banyak kelas industri yang diselenggarakan di SMK dan Perguruan Tinggi Vokasi. Bersama KADIN misalnya,  beberapa politeknik telah menyusun panduan rencana pembelajaran untuk magang industri selama sedikitnya satu  semester, sehingga pelaksanaan magang lebih konsisten, lebih efektif, dan dipahami baik oleh industri maupun  perguruan tinggi.  

Pendidikan vokasi baik SMK dan Perguruan Tinggi juga terus mempersiapkan SDM terampil di sektor industri kendaran listrik atau EV dan energi terbarukan lainnya. Untuk menjawab kebutuhan industri saat ini, ada 4 Program Sarjana Terapan (D4) Spesialisasi 1 Tahun Energi Terbarukan pada 4 politeknik di bawah Kemendikbudristek (Politeknik Negeri Bali, Politeknik Negeri Jakarta, Politeknik Negeri Manado, Politeknik Negeri Ujung Pandang) dan PEM  Akamigas di bawah Kementerian ESDM. Selain itu, pendidikan tinggi vokasi juga dapat mengembangkan program studi yang secara penuh spesifik mengenai energi baru terbarukan, yakni Sarjana Terapan (D4) Teknik Energi terbarukan di Politeknik Negeri Jember yang didirikan sejak tahun 2008 dan Program Magister Terapan Program Studi 

Teknik Energi Terbarukan yang berdiri sejak 2016 di Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang. Pembelajaran seperti ini  mengasah keterampilan siswa dan mahasiswa vokasi dan meningkatkan kebekerjaan mereka.  

Dalam hal pengembangan energi panas bumi, perguruan tinggi juga terlibat intensif mulai dari prospecting, planning, design, hingga pengoperasian. Politeknik juga mengembangkan kerja sama dengan industri dalam mengembangkan  pembangkit listrik Tenaga Bayu (Angin) dan Surya untuk daerah terpencil dari Politeknik Negeri Malang (Polinema),  Pompa air tanah Solar Wind System (SWS) kerja sama Politeknik Negeri Cilacap dengan PT Pertamina dan kerja  sama Solar Home System (SHS), PLTS off-grid, on-grid, dan hybrid antara Politeknik Negeri Ujung Pandang dengan  PT PLN Nusantara Power melalui program matching fund vokasi.  

Penyiapan SDM kompeten bidang EV juga dilakukan pada tingkat SMK. Kontribusi SMK ini tidak lepas dari  pengembangan konsentrasi keahlian yang terus disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan kekinian termasuk  untuk mendukung kebutuhan industri EV. Selain program keahlian Otomotif, beberapa kompetensi keahlian yang  relevan dengan bidang energi terbarukan juga terus dikembangkan antara lain adalah: 1) Teknik Energi Biomasa; 2)  Teknik Energi Surya Hidro dan Angin; dan 3) Teknik Energi Terbarukan, dengan total sekolah sejumlah 46 SMK  dengan 2.745 siswa.

Selain itu pada kompetensi keahlian lainnya juga terus disiapkan untuk semakin relevan dengan kebutuhan industri energi terbarukan, seperti contohnya untuk kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan otomotif yang saat ini kontennya diarahkan untuk juga mempelajari motor listrik.  

Selain itu, pembelajaran di SMK dibarengi dengan inovasi elektrifikasi transportasi melalui teaching factory. SMK  Nasional Malang mengembangkan sepeda motor listrik bernama Cassa Trail dengan sistem project based learning yang melibatkan beberapa konsentrasi keahlian di SMK tersebut. Proses pembuatan sepeda motor listrik ini dimulai  dari pembuatan kerangka atau bodi sepeda motor yang dibuat jurusan teknik kendaraan ringan otomotif (TKRO).  Sedangkan untuk urusan desain dan mesin yang menjadi penggerak sepeda motor dipercayakan pada teknik dan  bisnis sepeda motor (TBSM) dan teknik pemesinan (TPM).  

Pendidikan vokasi hari ini terus diupayakan Kemendikbudristek untuk turut diselaraskan untuk berjalan beriringan  dengan entitas bisnis. Terakhir, contohnya Direktorat SMK menggandeng Schneider Electric menyelenggarakan  Electrical Education Program & Competition (EEPC), yakni program pendidikan dan pelatihan vokasi untuk  pengembangan kompetensi para calon ahli listrik Indonesia yang selama 3 pekan melatih sekitar 7102 siswa/i serta  guru yang berasal dari 103 SMK jurusan kelistrikan pada Oktober 2022 lalu, dan ini telah terlaksana sejak tahun 2019.

Selain pelatihan tersebut, kerja sama pengembangan SMK bidang energi terbarukan ini selama 3 tahun terakhir telah  menyalurkan bantuan senilai total 6,6 Miliar untuk pengembangan bidang kelistrikan di 14 SMK bidang energi  terbarukan, yang dananya selain bersumber dari Schneider juga berasal dari bantuan Pemerintah Perancis.


Dukungan Industri dan Pendidikan Vokasi Bidang Energi Terbarukan 

Pendidikan vokasi mengarusutamakan transformasi pendidikan tidak hanya dari sisi persiapan lulusan yang berbekal  kompetensi siap kerja dan berwirausaha, tetapi juga kompetensi berkreasi dan menghasilkan produk/jasa unggulan  yang ramah lingkungan.  

Pendidikan vokasi berporos pada transformasi kemitraan industri dan satuan pendidikan untuk menyiapkan SDM  kompeten masa depan, yang dikemas dalam 2 kebijakan utama, yaitu SMK Pusat Keunggulan dan Matching Fund Vokasi. Selain itu, Mendikbudristek terus mendorong peningkatan praktisi untuk turut aktif mengajar di SMK dan perguruan tinggi vokasi.  

Program SMK Pusat Keunggulan tahun 2022 diperkuat dengan upaya pemadanan dana industri untuk memperkuat  pembelajaran di SMK melalui teaching factory. Program ini berhasil mendapatkan dukungan dari industri dan mampu  meraih dana kolaborasi sebesar Rp1,065 triliun.  

Sementara di perguruan tinggi vokasi, program matching fund vokasi berhasil meraih total dana kolaborasi sebesar  Rp133,01 miliar, merupakan peningkatan 4 kali lipat jumlah proposal kerja sama industri dan perguruan tinggi vokasi dari tahun sebelumnya.  

Sebagai contoh, dalam program matching fund vokasi, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) bekerja sama  dengan VKTR dari Bakrie Group dalam mengembangkan operating system (OS) dan aplikasi untuk bus listrik dengan  dana sebesar Rp2 miliar. PENS juga bergotong royong dengan UNS dalam pengembangan teknologi baterainya.  Program pengembangan EV pada PENS mewadahi mahasiswa agar dapat mengerjakan proyek bersama dosen dalam skema Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Dari kegiatan ini, PENS akhirnya berhasil membuat motor listrik yang murni buatan sendiri, bahkan untuk komponen yang selama ini masih impor.  

Contoh lain di tingkat SMK, SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi penerima program SMK Pusat Keunggulan memberikan solusi kelangkaan energi dan kerusakan lingkungan akibat gas buang kendaraan. Mereka  mengembangkan mobil listrik tenaga surya yang diberi nama Suryawangsa 2 Arjuna 4.0. Mobil listrik dua penumpang ini membutuhkan waktu pengerjaan hingga 6 bulan.

Melibatkan guru dan siswa serta berkolaborasi dengan Laboratorium Power System Operation and Control ITS. Suryawangsa 2 Arjuna 4.0 telah dijajal oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo saat menghadiri muktamar Muhammadiyah 2022 beberapa waktu lalu.

 

(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya