Jalur Terputus, Pasokan Logistik untuk Pengungsi Semeru di Pronojiwo Dikirim via Malang

Dapur umum beroperasi di beberapa titik pengungsian, salah satunya di Desa Penanggal Candipuro. Dapur umum tersebut menyediakan hingga 600 porsi makanan setiap harinya.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 08 Des 2022, 00:06 WIB
Relawan dari PMI Memasak nasi di dapur umum pos utama APG Gunung Semeru untuk memenuhin kebutuhan para pengungsi (Istimewa)

Liputan6.com, Lumajang - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang bersama tim gabungan mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan warga pengungsi erupsi Semeru pada Minggu (4/12/2022).

Dapur umum beroperasi di beberapa titik pengungsian, salah satunya di Desa Penanggal Candipuro. Dapur umum tersebut menyediakan hingga 600 porsi makanan setiap harinya. 

"Jumlah tersebut akumulatif dari pagi, siang, dan malam. Banyaknya porsi yang dibuat kami sesuaikan dengan jumlah pengungsi yang ada," jelas Petugas BPBD Lumajang Kustari, Rabu (7/12/2022).

Dia menyatakan, dapur umum juga menerima logistik dari warga maupun relawan yang memberikan bantuan.

Sementara itu untuk Desa Pronojiwo yang aksesnya terputus, pengiriman bantuan logistik dilakukan memutar melalui Kota Malang. Pengiriman bantuan didukung oleh personel dari BPBD Kota Malang, TNI, dan juga Polri.

"Jalan yang menghubungkan Desa Curah Koboan dengan Desa Pronojiwo tertimbun material abu vulkanik sehingga tidak bisa dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat. Bantuan logistik ke Pronojiwo dikirimkan melalui Kota Malang," tambahnya.

Hingga Selasa 6 Desember 2022 pukul 18.00 WIB, pengungsian pasca APG Gunung Semeru tersebar di 21 titik dengan jumlah pengungsi sebanyak 781 jiwa. Salah satu titik pengungsian berada di Gedung Serbaguna Balai Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro.

"Setiap harinya kami data ulang. Kebanyakan para warga pulang ke rumah masing-masing pada pagi hingga siang hari, sebelum akhirnya kembali lagi ke pengungsian di sore hari," jelas Kasturi, petugas Pusat Pengendalian Operasi BPBD Lumajang.  

Kebanyakan pengungsi melakukan hal tersebut mengingat ada beberapa pekerjaan yang harus mereka lakukan pada pagi hingga siang hari di sekitar rumah mereka. 

"Ada yang harus memberikan pakan ternak, berkebun, hingga bertani. Jadi sore hari baru ramai lagi di sini (pengungsian)," jelas Kasturi.


Waspadai Lahar Dingin Gunung Semeru

Sementara itu, cuaca di sekitaran Gunung Semeru dan Kabupaten Lumajang terus diguyur hujan sedang hingga deras. Hal tersebut  menyebabkan banjir lahar dingin yang membawa material sisa erupsi. Masyarakat yang berada di daerah aliran sungai diminta untuk mewaspadai hal tersebut.

Saat ini tingkat akivitas Gunung Api Semeru masih pada level IV atau awas. Sebab itu, masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas apapun di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 19 kilometer (km) dari puncak (pusat erupsi).

Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan. Hal ini karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 19 km dari puncak.

Masyarakat agar mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

 

Infografis: Sejarah Erupsi Gunung Semeru (Liputan6.com / Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya