Anak Buah Menko Luhut: Ekonomi Indonesia Tak Lagi Seperti Monyet dan Ayam

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi buka suara terkait sikap keras Presiden Joko Widodo atau Jokowi mendorong hilirisasi industri tambang di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Des 2022, 13:11 WIB
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, pamer di depan delegasi yang hadir dalam acara B20 Summit Indonesia 2022, terkait stabilnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dibanding negara lain.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi buka suara terkait sikap keras Presiden Joko Widodo atau Jokowi mendorong hilirisasi industri tambang di Indonesia. Salah satunya hilirisasi industri nikel.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto mengatakan, hilirisasi industri diperlukan untuk meningkatkan nilai tambah. Dia pun menganalogikan sistem perekonomian Indonesia tidak lagi mengandalkan sumber daya alam layaknya ekonomi monyet.

"Kenapa? Monyet kan petik langsung dimakan, petik langsung dimakan. Jadi ini saya kira mindset kita berubah. Bagaimana kita menggunakan sumber daya alam yang mentah itu diolah menjadi sesuatu yang nilai tambahnya lebih tinggi," ujarnya dalam Forum Kemitraan Investasi di Hotel Four Season, Jakarta, Rabu (7/12/2022).

Anak buah Luhut ini juga menganalogikan sistem ekonomi yang hanya mengandalkan SDA dalam bentuk mentah layaknya ayam. Yang mana hanya bergantung pada bahan mentah untuk kehidupannya.

"Kenapa sih ekonomi ayam? Karena ayam itu kalau cari makan dia gali-gali terus. Sama kayak kita. Kita nambang, gali-gali ekspor," ucapnya.

Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen untuk mendorong industri hilirisasi sektor tambang untuk meningkatkan nilai tambah. Termasuk pengolahan nikel menjadi baterai lithium.

"Kita lihat Oktober ini kontribusi turunan ekspor nikel sdh mencapai USD 28,3 miliar. Jadi, kalau sampai akhir tahun kami estimasikan angkanya mungkin bisa mendekati angka USD 33 miliar, ini sesuatu yang sangat signifikan," ucapnya.


2 Hal yang Bisa Jegal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Anak-anak dengan latar gedung bertingkat menikmati minuman di Jakarta, Sabtu (19/3/2022). Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat lebih tinggi, pada kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen, dari pertumbuhan 3,69 persen pada 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi 2023 akan dipengaruhi oleh dua hal. Pertama tekanan inflasi masih akan tinggi, dan kedua kebijakan suku bunga tinggi diperkirakan akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

Dia menjelaskan, untuk melihat prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan semua dilihat dari prospek inflasi di negara maju. Sehingga Pemerintah Indonesia bisa melihat respon kebijakan mereka, dan bagaimana dampak inflasi, suku bunga kepada pertumbuhan ekonomi dan pasar keuangan secara global.

“Kalau kita melihat dari perkembangannya, diperkirakan inflasi yang sebagian besar yang didorong oleh kelangkaan pasokan pangan dan energi, akan mencapai di tahun 2022 ini sebesar 9,2 persen (inflasi) secara global dan itu akan menurun di tahun 2023 ke angka 5,2 persen,” kata Dody Budi Waluyo dalam acara Bank BTPN Economic Outlook 2023, Senin (5/12/2022).

Bank Indonesia memperkirakan inflasi global tembus 9,2 persen sepanjang tahun ini. Namun, menjelang awal tahun 2023 diproyeksikan akan turun ke kisaran 5,2 persen.

Lantaran, sebagian inflasi negara maju yang tinggi sudah mulai mengalami penurunan. Namun, untuk suku bunga globalnya masih diprediksi akan tetap berlanjut dan tinggi.

Adapun suku bunga global yang diprediksi masih berlanjut tinggi, karena kebijakan ini ditempuh berbagai bank sentral di seluruh dunia guna memastikan inflasi kembali turun ke dalam tren jangka panjangnya.

 


Suku Bunga The Fed

Deretan gedung perkantoran di Jakarta, Senin (27/7/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta mengalami penurunan sekitar 5,6 persen akibat wabah Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Disisi lain, Bank Indonesia memperkirakan The Fed masih akan terus menaikkan suku bunga dengan terminal rate di sekitar 4,75 persen hingga 5 persen pada kuartal I-2023.

“Dalam bacaan kami Fed sendiri terminal ratenya masih di sekitaran 4,75 persen – 5 persen pada triwulan I-2023 sebelum nanti bergerak landai. Kita tahu inflasi di berbagai negara sudah mulai pada tahapan menurun,” ujarnya.

Menurutnya, dengan dua poin tersebut yakni inflasi dan suku bunga yang berlanjut tinggi, tentu akan mempengaruhi terhadap pertumbuhan ekonomi.

“Inflasi yang masih relatif tinggi dan suku bunga higher for longer, potensinya kepada pertumbuhan ekonomi,” pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya