Liputan6.com, Jakarta Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengungkap jasa besar usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terhadap perekonomian Indonesia saat krisis moneter tahun 1998 silam.
Bahlil menyebut, saat krisis berlangsung sektor UMKM berperan sebagai benteng ekonomi nasional saat sebagian pengusaha besar banyak yang melarikan diri.
Advertisement
"Boleh lah kita lihat kontribusi UMKM pada tahun 1998 kepada negara kita luar biasa. Saat sebagian pengusaha besar melarikan diri," kata Bahlil dalam Forum Kemitraan Investasi di Hotel Four Season, Jakarta, Rabu (7/12).
Padahal, saat krisis moneter 1998 berlangsung ekonomi Indonesia mengalami penurunan secara signifikan. Bahlil mencatat, saat itu ekonomi Indonesia terkontraksi hingga minus 13 persen.
Selain itu, laju inflasi juga meningkat tajam hingga mencapai 88 persen. Kemudian, cadangan devisa Indonesia juga mengalami defisit USD 17 miliar.
Hebatnya, di tengah situasi ekonomi sulit tersebut bisnis UMKM masih dapat bertahan. Meskipun, banyak usaha besar yang terpaksa gulung tikar.
"Siapakah yang menjaga benteng pertahanan ekonomi kita? UMKM bukan pengusaha-pengusaha besar aja," ucap Bahlil.
Bahlil menambahkan, kondisi tersebut kembali terulang saat krisis keuangan global pada 2007-2008 lalu yang berdampak buruk terhadap ekonomi nasional. Akan tetapi, bisnis sektor UMKM mampu tetap bertahan.
"Bagaimana pada krisis 2008?, Indonesia bisa lolos, survive, itu karena UMKM," jelasnya.
Pandemi Covid-19
Pun, pada saat pandemi Covid-19 berlangsung di awal 2020 yang berdampak buruk terhadap ekonomi Indonesia. Bisnis UMKM mampu berkontribusi terhadap percepatan pemulihan ekonomi nasional.
"UMKM tulang punggung perekonomian nasional, itu bagian terjemahan dari eko koperasi yang dijalankan oleh Bung Hatta," ucapnya.
Oleh karena itu, Bahlil meminta pelaku usaha besar untuk lebih aktif membantu pengembangan bisnis UMKM dalam menghadapi ancaman resesi global di 2023 mendatang. Hal ini sebagaimana arahan dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
"Saya tahu betul kontribusi bapak ibu pengusaha besar, yang sudah memajukan ekonomi di daerah dengan baik. Tapi, alangkah baiknya lakukan kolaborasi," ucapnya
Advertisement
Penyaluran Kredit UMKM Indonesia Terendah di ASEAN
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut realisasi penyaluran kredit UMKM di Indonesia sangat rendah. Bahkan lebih rendah diantara negara-negara anggota ASEAN.
"Indonesia dibandingkan negara-negara ASEAN atau negara lain memang pangsa kredit UMKM di dalam total perbankan kita itu termasuk yang paling kecil hanya 20 persen," tutur Sri Mulyani dalam acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kadin 2022 di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Jumat (2/12).
Sri Mulyani menyebut penyaluran kredit perbankan untuk UMKM tahun ini baru mencapai 21 persen. Angka ini lebih baik dari sebelumnya yang hanya 19 persen.
Dari sisi debitur, total kredit UMKM hanya 1.275 debitur. Sedangkan total kredit perbankan secara keseluruhan telah mencapai 5.981 debitur. Makanya, tahun depan Presiden Joko Widodo ingin realisasi penyaluran kredit ke UMKM meningkat hingga 30 persen dari total kredit perbankan.
"Kepada UMKM bapak presiden meminta 30 persen dan sekarang ini terjadi kenaikan mencapai 21 dari tadinya hanya 19 persen," tuturnya.
Sri Mulyani menekankan, target ini harus bisa direalisasikan. Mengingat ada negara lain yang mampu memberikan kredit kepada UMKM hingga 60 persen dari total debiturnya.
"Nah untuk itu pemerintah memberikan berbagai instrumen termasuk subsidi suku bunga terjadap kredit usaha rakyat. Kalau kita lihat kredit UMKM mayoritas atau dalam hal ini terbagi cukup merata antara kelompokok menengah, mikro, dan kecil," kata dia.
Meski begitu dia menyadari sektor UMKM di Indonesia masih didominasi perdagangan. Berbeda dengan negara lain, UMKM-nya sudah masuk di sektor industri.
"Kalau negara negara yang sudah industrialisasinya matang, UMKM adalah lebih ke produksi dan mereka cukup efisien. Ini adalah tantangan transformasi ekonomi yang harus kita upayakan," pungkasnya.
Teten Masduki Ajak UMKM Berevolusi, Ciptakan Produk Berbasis Sains dan Teknologi
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki, mengatakan perlunya UMKM untuk berevolusi menciptakan produk-produk berbasis sains dan inovasi teknologi agar mampu bersaing di era digital.
“Banyak ide-ide yang keren dengan model bisnis yang bagus, inovatif, dan kekinian, dan saya melihat di era digital model bisnis seperti ini yang nantinya akan tumbuh,” kata MenKopUKM Teten Masduki saat menjadi pembicara di acara Entrepreneur Festival di Jakarta, Rabu (23/11/2022).
Menurut Teten, inovasi di bidang sains dan teknologi akan menjadi keunggulan Indonesia, termasuk agar UMKM tidak melulu bergelut pada teknologi rendah tanpa adanya inovasi.
Apalagi saat ini banyak anak muda yang sudah memiliki inisiatif dalam mengembangkan platform digital, tetapi lupa mengembangkan produknya. Oleh sebab itu, desain making harus dilakukan untuk merespons berbagai masalah yang terjadi di kalangan masyarakat menjadi sebuah inovasi usaha.
“Saya senang hari ini ketika melihat banyak anak muda yang sudah mampu mengembangkan produk dengan menjawab keresahan atau masalah yang terjadi di masyarakat, menjadi inovasi dan mengembangkannya,” kata Menteri Teten.
MenkopUKM mengungkapkan, saat ini Indonesia memiliki market digital terbesar keempat dunia dengan total 270 juta, sekaligus menjadi kekuatan ekonomi terbesar setelah Amerika, China, dan India.
“Peluang tersebut yang mestinya harus mampu kita tangkap, agar pasar digital di tanah air tidak hanya dikuasai oleh produk luar, tetapi bisa diambil alih dan dimaksimalkan oleh produk-produk dalam negeri,” pungkasnya.
Advertisement