Tingkatkan Kapasitas Produksi Udang, LPEI Fasilitasi Desa Devisa di Situbondo

LPEI terus menguatkan komitmennya untuk mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Des 2022, 14:40 WIB
LPEI terus menguatkan komitmennya untuk mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan

Liputan6.com, Jakarta Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank terus menguatkan komitmennya untuk mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan sehingga dapat berkontribusi terhadap peningkatan ekspor nasional.

Untuk mencapai tujuan tersebut, LPEI senantiasa melakukan berbagai upaya melalui program-programnya, salah satunya dengan meresmikan Desa Devisa Klaster Udang di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur beberapa waktu lalu pada tanggal 15 Juli 2022.

Daerah tersebut merupakan salah satu wilayah penghasil udang di Jawa Timur yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi komoditas unggulan ekspor terutama untuk udang Vaname. Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) yang tergabung di dalamnya sebanyak ± 20 petambak udang yang tersebar di 4 kecamatan dan 6 desa di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

Sebagai tindak lanjut dari komitmennya, LPEI memberikan alat produksi berupa kincir air kepada petambak sebagai wujud pendampingan dari aspek produksi dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi Desa Devisa Klaster Udang (5/12).

Adapun alat produksi yang diberikan LPEI berjumlah 10 unit dengan penerima manfaat sebanyak 80 petambak. Kegiatan ini dihadiri secara fisik oleh Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Situbondo beserta perwakilan Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Multi Fishes Bahari dan Alkautsar Bugeman Makmur.

“Kincir air yang diberikan berfungsi untuk meningkatkan kapasitas produksi petambak dengan mengurangi potensi gagal panen udang karena jika satu kincir air rusak akan terdapat kincir air lainnya sebagai back-up, sehingga sirkulasi oksigen dalam tambak masih terjaga,” jelas Kepala Divisi Jasa Konsultasi Gerald Grisanto, Rabu (7/12/2022).

 


Daya Tahan Hidup Lebih Baik

Nelayan saat panen udang di tambak Desa Ketapang, Kabupaten Tangerang (21/01/2022). Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan) bertujuan untuk mempercepat penyediaan infrastruktur dasar pengembangan perekonomian dan wisata masyarakat pesisir.(Liputan6.com/Fery Pradolo)

Ia melanjutkan, dengan pemberian kincir air, Survival Rate (SR) udang dapat meningkat menjadi 80-90 persen dari sebelumnya di kisaran 70-80 persen.

Harapannya, kapasitas produksi udang dapat meningkat sebesar ±30 persen menjadi 40-60 ton dalam setiap siklus produksi. Ke depannya, LPEI akan terus melakukan monitoring bersama PT Panca Mitra Multi Perdana sebagai mitra bisnis para petambak udang atas pendampingan Desa Devisa Klaster Udang yang telah dilakukan.

“Sebagai wujud dukungan untuk mengukuhkan ekspor nasional, LPEI akan giat memberikan pendampingan secara berkesinambungan melalui program Desa Devisa pada daerah dengan komoditas potensi ekspor. Hal ini kami lakukan untuk menciptakan kepastian hasil panen petambak serta mengembangkan kapasitas dan daya saing produk,” ujar Gerald.

Program Desa Devisa merupakan salah satu program pelatihan LPEI yang diberikan kepada klaster penghasil komoditas unggulan yang memiliki potensi ekspor. Tujuan Desa Devisa adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas serta daya saing komoditas yang sesuai dengan standar ekspor dan dapat memberikan dampak bagi kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.


KKP Target Tingkatkan Produksi Tambak Udang 50 Kali Lipat di 2022

Penggunaan teknologi disebut bisa menaikkan produksi tambak udang. (Istimewa)

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) target meningkatkan hasil produksi tambak udang menjadi 50 kali lipat pada 2022. Itu dilakukan melalui program revitalisasi tambak udang tradisional menjadi tambak semi intensif.

Program revitalisasi tambak udang ini menyasar target 45 ribu hektare (ha) tambak udang eksisting yang berada di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya TB Haeru Rahayu mengatakan, program revitalisasi tambak udang tradisional ini selaras dengan target produksi udang 2 juta ton pada 2024.

"Apa yang kita lakukan, ingin meningkatkan produktivitas yang tadinya hanya 0,6 ton per ha per tahun, kita coba pingin angkat paling tidak sekitar 20-30 ton per ha per tahun," terangnya dalam acara Catatan Akhir Tahun 2021 dan Proyeksi 2022 Kinerja Sektor Perikanan Budidaya.

Guna mencapai target 30 ton per ha per tahun tersebut, Ditjen Perikanan Budidaya akan menerapkan program tambak semi intensif dengan melakukan peningkatan teknologi.

Implementasinya dilakukan melalui penerapan tandon, saluran inlet dan oulet terpisah, peningkatan padat tebar 80 ekor per M2, pengaturan petak pemeliharaan, penerapan instalasi pengolahan air limbah (IPAL), mekanisasi kincir 20 unit per ha dan pompa, serta manajemen kesehatan ikan udang.

"Harapannya, kalau pembenahan ini sudah kita sentuh, kita lakukan, maka akan terjadi peningkatan produksi. Saya jamin itu, karena inletnya jelas, ouletnya jelas, tata kelola juga, IPAL-nya juga, sehingga tidak terjadi kerusakan lingkungan dan seterusnya," papar Tebe.

Adapun calon lokasi program revitalisasi tambak udang ini tersebar di empat wilayah, antara lain di Sumatera seluas 10.000 ha, Kalimantan 10.500 ha, Sulawesi 22.500 ha, dan sedikit di wilayah Nusa Tenggara seluas 2.000 ha.

"Kok Jawa tidak? Kita ingin switch ke komoditas yang lain. Karena kalau budidaya udang di Jawa, khususnya di Pantai Utara Jawa, data sudah mulai menunjukan kejenuhan," ujar Tebe.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya