Liputan6.com, Jakarta Holding BUMN Farmasi Bio Farma mendapatkan pendanaan sekitar Rp 1,86 triliun untuk mengembangkan industri kesehatan dalam negeri. Salah satunya sebagai upaya meningkatkan kelas industri kesehatan.
Dana ini, didapatkan pasca BUMN Farmasi PT Bio Farma (Persero), PT Kimia Farma Tbk, dan PT Kimia Farma Apotek telah menandatangani kerja sama strategis dengan Indonesia Investment Authority (INA) dan didukung oleh Silk Road Fund (SRF) pada 13 November 2022 di Hotel Indigo Seminyak, Bali.
Advertisement
Total investasi yang digelontorkan oleh INA dengan dukungan SRF sekitar Rp 1.86 Triliun untuk 40 persen kepemilikan di KFA. Hal ini tergantung kepada closing account mechanics berdasarkan laporan keuangan pada saat Completion.
Investasi ini akan digunakan untuk mendanai ekspansi bisnis strategis KFA, kebutuhan modal kerja serta inisiatif untuk lebih meningkatkan efisiensi operasional.
Kedua investor juga akan berpartisipasi dalam rencana transaksi Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) yang telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 14 Oktober 2022 di Jakarta.
KAEF akan mendapatkan dana untuk mendukung modal kerja dalam rangka ekspansi Perusahaan dan peningkatan pelayanan kesehatan yang lebih baik kepada masyarakat Indonesia.
Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir, menyampaikan bahwa kerja sama investasi ini menjadi landasan bagi grup Biofarma dalam meningkatkan kontribusi lebih besar lagi terhadap kemajuan industri healthcare Indonesia.
“Kami percaya bahwa dengan peningkatan kelas industri healthcare maka berdampak positif pula terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Indonesia,” jelasnya dalam keterangan resmi, Rabu (7/12/2022).
Untuk diketahui, Investasi dari INA akan digunakan untuk pengembangan bisnis Kimia Farma dan Kimia Farma Apotek . Hingga triwulan 2 tahun 2022, ekonomi Indonesia mampu tumbuh impresif sebesar 5,44 persen year on year (yoy) kendati menghadapi tekanan inflasi global dan ancaman resesi. Kondisi positif tersebut turut mendorong pertumbuhan industri healthcare sebesar 6,45 persen hingga Juni 2022.
Upaya Konkret
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury mengatakan, kerjasama ini bentuk upaya konkret dari Kementerian BUMN dalam hal ini holding farmasi untuk bisa mengembangkan sektor kesehatan.
"Indonesia setelah melewati pandemi, tantangannya adalah bagaimana sektor kesehatan ini bisa diakses dan dijangkau, masyarakat. Tentunya, juga kerjasama ini mendorong kita lebih mandiri," kata Pahala.
Pahala tidak memungkiri, Indonesia dalam bidang healthcare masih didominasi produk impor. Dengan kerjasama ini, Pahala berharap, Kimia Farma dan Kimia Farma Apotek tidak hanya dapat melakukan distribusi produk namun juga dapat mengembangkan dan riset produk secara mandiri.
"Yang terpenting adalah meningkatkan kualitas pelayanan healthcare untuk masyarakat di Indonesia yang lebih baik," ujarnya.
Pahala menuturkan, selain mengenai energi transisi dan digitalisasi untuk pertumbuhan, di G20 dibahas pula mengenai bagaimana membangun sistem healthcare yang lebih baik ke depannya.
"Utamanya, kita harus belajar banyak dari Pandemi Covid-19," ujarnya lagi.
Advertisement
Buka Peluang Pasar
Ditektur Utama Kimia Farma David Utama menyebut kalau masuknya investor akan membuka peluang bisnis perusahaan. Sehingga bisa meningkatkan kualitas.
“Masuknya investor akan membuka peluang pasar, meningkatkan performa operasional serta kualitas layanan pada ritel dan layanan kesehatan. Selain itu, kolaborasi tersebut juga dapat meningkatkan struktur permodalan Perseroan sehingga mampu melakukan pengembangan usaha,” ujar David.
Sementara itu Chairwoman of the Board of Directors SRF, Zhu Jun, menuturkan, dengan dukungan Pemerintah Indonesia yang kuat dan upaya bersama INA, SRF berharap dapat bekerja sama dengan manajemen Kimia Farma dan KFA dalam fase pengembangan perusahaan selanjutnya.
Adapun Chief Executive Officer Indonesia Investment Authority (INA), Ridha Wirakusumah, menggarisbawahi, Kimia Farma Group merupakan perusahaan yang secara mumpuni memiliki kapasitas dari hulu ke hilir di seluruh rantai nilai sektor farmasi, dengan lebih dari 1.100 outlet, 400 klinik, dan 70 laboratorium diagnostik.
“Kami percaya kerjasama dengan SRF yang dituangkan dalam perjanjian ini akan mendukung ekspansi perusahaan guna meningkatkan akses layanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia yang kurang terlayani,” tandasnya.
Sesuai dengan mandatnya, INA berperan untuk menarik investor, baik domestik maupun internasional, untuk mendukung pengembangan bisnis kesehatan berkelanjutan di Indonesia. Sebagai salah satu sumber pembiayaan alternatif, keterlibatan SRF dan INA mendukung perwujudan kemakmuran jangka panjang bagi seluruh masyarakat Indonesia.