Ketua MPR soal Bom di Polsek Astana Anyar: Masyarakat Tenang, Percayakan ke Polri

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengutuk keras tindakan bom bunuh diri yang terjadi di Polsek Astana Anyar, Bandung pada Rabu pagi (7/12/22). Ia meminta semua pihak untuk tenang.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 07 Des 2022, 16:41 WIB
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo memberikan sambutan pada Focus Group Discussion (FGD) bekerjasama dengan Brain Society Centre di Ruang Delegasi Lantai 2 Gedung Nusantara IV MPR, Jakarta, Kamis (1/12/2022). Diskusi tersebut bertema "Kebijakan Bank Tanah Dalam Perspektif Konsep dan Implementasi Untuk Mewujudkan Keadilan Sosial Berdasarkan UUD 1945." (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengutuk keras tindakan bom bunuh diri yang terjadi di Polsek Astana Anyar, Bandung pada Rabu pagi (7/12/22).

Ia meminta semua pihak untuk tenang dan mempercayakan ini kepada pihak kepolisian.

"Terlepas apapun motif pelaku melakukan tindakan bunuh diri, masyarakat diharapkan tetap tenang dan mempercayakan sepenuhnya kepada Polri untuk menuntaskan peristiwa ini. Tindakan bom bunuh diri tidak dibenarkan dari sudut pandang manapun, baik dari sudut pandang konstitusi kewarganegaraan maupun dari sudut pandang ajaran agama," kata pria yang akrab disapa Bamsoet dalam keterangannya, Rabu (7/12/22). Politikus Golkar ini menyatakan kasus bom ini menjadi peringatan bagi semua bahwa upaya mengganggu keamanan, masih belum berhenti dilakukan oleh berbagai pihak.

“Jika terkait tindakan radikal dan teror, melawannya tidak cukup hanya sekadar dengan melakukan penangkapan dan penegakan dari sisi hukum. Mengingat yang kita lawan bukan orang ataupun kelompok, melainkan ideologi," jelas Bamsoet.

Bamsoet juga mengingatkan, secara khusus di Asia Tenggara dan Indonesia, saat ini terdapat tiga tren transisi terorisme.

Yakni pelibatan kelompok perempuan dan anak-anak, menurunnya kapasitas destruksi aksi teror dan penggunaan media internet sebagai komunikasi dan penyebaran terorisme.

"Khusus penggunaan media, Laporan Global Terrorism Index 2022 menekankan bahwa salah satu penyebabnya adalah pandemi Covid-19. Kondisi sosio-kultural yang serba terbatas di seluruh dunia membuat masyarakat menghabiskan waktu lebih banyak di dunia maya. Ideologi harus dilawan dengan ideologi," pungkasnya.

 


DPR Evaluasi

Sebelumnya, Pimpinan Komisi III DPR menyoroti program deradikalisasi napi teroris BNPT pasca adanya bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Bandung.

"Korban ini diduga itu adalah mantan napiter yang sudah terkena hukuman empat tahun di Nusakambangan toh, kalau keluarnya begini, berarti kan ada dugaan belum sembuh, maka ini harus dilakukan peningkatan lagi Deradikalisasi," kata Ketua Komisi III DPR RI Bambang Wurianto alias Bambang Pacul saat dihubungi, Rabu (7/12/2022).

Dia meminta program deradikalisasi dicek ulang dan ditingkatkan. Tidak hanya bagi napi teroris tapi juga kelompok yang telah mendapatkn cuci otak dari para kaum ekstremis.

"Program deradikalisasi ini harus dicek ulang," kata Politikus PDIP ini.

Selain menjelang natal dan tahun baru, Pacul meminta Polri, BNPT, hingga BIN meningkatkan kewaspadaan pada semua ancaman keamanan.

"Pada jangka pendek tentu peningkatan keamanan harus dinaikkan. Tingkat Kewaspadaan harus dinaikkan, ini menyangkut penegak keamanan yang didalamnya ada BNPT, kepolisian, intelejen. Enggak hanya Polri," kata Bambang Pacul.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya