Aksi Rebahkan Kursi Penumpang Berujung Tuntutan Pengadilan Senilai Rp10,7 Juta

Insiden merebahkan kursi penumpang berujung tuntutan itu akhirnya dimenangkan oleh penggugat.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 08 Des 2022, 09:01 WIB
Ilustrasi dalam pesawat. (dok. Suhyeon Choi/Unsplash.com)

Liputan6.com, Jakarta - Hak penumpang untuk merebahkan sandaran kursi penumpang menuai perdebatan. Mereka yang mendukung merasa berhak lantaran sudah membayar kursi yang ditumpangi, sedangkan yang kontra adalah penumpang yang merasa terganggu karena ruang gerak menjadi lebih sempit.

Bahkan, isu tersebut sampai masuk ruang pengadilan di China. Dalam dokumen pengadilan yang dirilis pada November 2022, para pejabat mengambil pandangan negatif atas insiden yang terjadi pada Maret 2022 itu. Seorang mahasiswa yang diidentifikasi bermarga Wang mendapati laptopnya rusak saat menumpang kereta ke Kota Wuhan.

Dikutip dari CNN, Rabu, 7 Desember 2022, Wang sedang menggunakan laptop yang baru dibelinya di atas meja lipat saat penumpang pria yang duduk di depannya memundurkan sandaran kursi. Aksinya yang tiba-tiba itu membuat layar laptop Wang pecah.

Wang pun terpaksa memperbaiki laptopnya. Ia lalu menuntut pria bermarga Liu itu sebesar 4.778,50 renmimbi atau sekitar Rp10,7 juta untuk menutupi biaya perbaikan dan perjalanan ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian itu. 

Pengadilan Rakyat Kabupaten Xiangyin di Hunan lalu memutuskan kedua belah pihak ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Menurut hakim, Liu 70 persen bersalah karena merebahkan kursinya, sedangkan Wang dianggap 30 persen bersalah karena seharusnya lebih berhati-hati. Liu pun diperintahkan untuk membayar RMB 3.341,45, yakni 70 persen dari jumlah yang dituntut Wang.

Pengadilan menyertakan pemberitahuan yang dipasang di kereta yang mengingatkan orang untuk memeriksa penumpang di belakang mereka sebelum merebahkan kursi mereka sebagai dasar pengambilan keputusan. Kasus itu menghidupkan kembali etiket memundurkan sandaran kursi yang telah lama diperdebatkan.


Kasus Serupa

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyapa penumpang Kereta Api Blambangan Ekspres dalam pemberangkatan yang perdana (Istimewa)

Kasus serupa juga pernah dialami seorang penumpang pesawat bernama Pat Cassidy pada Maret 2020. Ia misuh-misuh usai laptop mahal kesayangannya, Apple MacBook Pro, rusak parah dalam penerbangan. Pangkal masalahnya terletak pada penumpang pesawat yang berada di depannya, memundurkan sandaran kursi tanpa permisi.

Cassidy terbang menggunakan maskapai Delta dari Austin ke Los Angeles. Insiden tak bisa dihindari saat kursi penumpang di depannya menggencet laptop yang sedang digunakannya.

Lelaki itu kemudian menuliskan keluh kesahnya di Twitter, "@Delta catatan kecil untuk boks saran, mungkin semestinya ada peringatan kecil atau cara lain untuk mencegah laptop saya rusak karena seseorang di depan saya memundurkan sandaran kursinya."

Dikutip dari The Sun, ia menyertakan gambar laptopnya yang menunjukkan layar gawai tersebut tidak lagi berfungsi. Sebagian hanya menampilkan layar hitam, sisanya pecah dan buram. Pat yang berasal dari Texas, Amerika Serikat itu melanjutkan keluhannya. Awak kabin yang dimintai tolong malah tidak membantu.

"Saya sangat menghargai awak kabin Anda mendekat untuk mengatakan kepada penumpang di depanku 'butuh bantuan untuk memuncurkan' dan kemudian ia menanyainya 'apakah dia baik-baik saja' seolah kursinya tidak merusak hidupku," tulis Pat.


Terbelah Dua

Ilustrasi suasana kabin pesawat yang penuh penumpang. (dok. Pexels/Dinny Mutiah)

Warganet terbelah dua menanggapi unggahan tersebut. Ada yang mengatakan orang yang duduk di depan pemilik laptop adalah pihak yang salah. Beberapa menulis, "Tidak seorang pun boleh memundurkan kursinya di dalam pesawat. Itu hanya menimbulkan banyak masalah."

Yang lain menanggapi bahwa dia mengalami insiden serupa. Jud Mackrill membagikan foto layar laptopnya yang pecah gara-gara tergencet kursi penumpang pesawat di depannya.

"Orang di depan saya memundurkan senderan kursi dan membuat layar MacBook Pro saya seperti yang Anda alami. Orang di depan saya memberi dorongan ekstra, merusak layar (laptop) saya," tulisnya.

Lainnya menyatakan kesalahan ada pada Pat. Mereka menyebut tindakan Pat menaruh laptopnya di meja adalah salah. Apa respons maskapai menanggapi keluhan Pat? Ia ternyata hanya ditawari kompensasi gift card senilai 75 dolar AS beserta 7.500 poin miles.

Dalam email yang dikirimkan pihak maskapai tertulis, "Saya turut prihatin karena laptop Anda rusak akibat penumpang lain memundurkan senderan kursinya. Tidaklah adil ketika tindakan seseorang berdampak pada orang lain."


Sandaran Tangan

Perempuan Marah-Marah Duduk Diapit 2 Penumpang Obesitas di Pesawat, Maskapai Buka Suara (Tangkapan Layar Twitter/SydneyLWatson)

Selain sandaran kursi, sandaran tangan juga jadi hal yang kerap diperdebatkan. Tapi, siapa yang paling berhak mendapat sandaran tangan tengah dalam penerbangan sebenarnya?

Melansir The Sun, menurut pakar perjalanan Rosie Panter, orang yang duduk di kursi tengahlah yang harus mendapatkan kedua sandaran tangan tengah. Sandaran tangan ibarat kemewahan bagi penumpang yang duduk di kursi tengah.

Itu karena orang di sebelah jendela memiliki dinding untuk bersandar. Sedangkan, penumpang di sebelah lorong memiliki sandaran tangan luar untuk bersandar. 

"Penumpang kursi lorong memiliki kebebasan untuk meregangkan kaki mereka dan naik dan turun sesuka mereka, sementara penumpang kursi jendela memiliki kemewahan melihat ke luar jendela, melamunkan tujuan liburan mereka, atau meringkuk untuk mengistirahatkan kepala mereka di sisi pesawat untuk menikmati mata tertutup, tanpa risiko penumpang harus memanjat mereka saat mereka tidur," kata Rosie pada Cosmopolitan.

Meski begitu, pakar perilaku Judi James sebelumnya mengatakan pada Sun Online Travel bahwa perebutan sandaran tangan tidak akan pernah berakhir. Pasalnya, pertikaian untuk ruang sudah tertanam dalam diri kita sebagai manusia.

Infografis Strategi Tekan Harga Tiket Pesawat (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya