Maroko Tumbangkan Spanyol di Piala Dunia 2022 dan Jejak Kejayaan Islam di Andalusia

Negeri Maghribi mencakup wilayah Afrika Utara yang kini dihuni negara-negara seperti Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya. Penjelajahan dan perluasan dakwah Islam yang dilakukan pada masa Dinasti Umayyah sudah mencapai Eropa, di antaranya menyasar Andalusia, Spanyol

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Des 2022, 08:30 WIB
Bek dan kiper Maroko, Jawad El Yamiq dan Yassine Bounou meraih bola pada babak 16 besar Piala Dunia 2022 di Education City Stadium, Al Rayyan, Rabu (6/12/2022) dini hari WIB. Maroko melewati duel alot 120 menit untuk mengalahkan Spanyol di babak adu penalti dengan skor telak 3-0. (AP Photo/Julio Cortez)

Liputan6.com, Banyumas - Secara mengejutkan wakil Afrika Maroko yang juga negara Islam berhasil menjungkalkan tim kuat Spanyol dalam babak 16 besar Piala Dunia 2022, Qatar.

Singa Atlas membungkam para analis atau penonton yang lebih menjagokan Spanyol melalui adu tendangan 12 pas. Maroko mampu memaksa kandidat juara piala dunia itu angkat koper lebih cepat.

Perlu diketahui, meski berada di benu berbeda, Maroko dan Spanyol sejak masa lalu memiliki pertalian sejarah. Maklum, negara mereka hanya dibatasi selat Gibraltar, yang pada masa kini hanya berjarak selemparan batu.

Maroko berada di negeri Maghribi, sebuah kawasan Afrika Utara dan bertetangga dengan negara Aljazair, Tunisia, dan Libya. Penjelajahan dan perluasan dakwah Islam yang dilakukan pada masa Dinasti Umayyah sudah mencapai Eropa, di antaranya menyasar Andalusia dan Kepulauan Sisilia.

Ekspedisi ke Eropa pada masa Umayyah dikomandoi oleh Gubernur Afrika Utara, Musa bin Nushair pada tahun 710 M. Awalnya, Musa mengutus Tharif, orang kepercayaannya untuk menuju kepulauan paling selatan benua Eropa.

Semenanjung yang menjadi penjelajahan Tharif saat ini disebut Tarifa. Sejak saat itulah kawasan itu disebut Jazirah Tharif.

Keberhasilan Tharif membuat Musa bin Nushair menginginkan penjelajahan dikembangkan sehingga pada tahun 711 M, dia mengutus seorang budak Berber yang sudah dibebaskan, Thariq bin Ziyad. Thariq mendarat di dekat gunung besar yang kelak mengabadikan namanya, Jabal Thariq (Gibraltar). 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Perkembangan Islam di Spanyol

Seorang turis mengunjungi Masjid Katedral Cordoba di kota Cordoba, Spanyol pada 26 September 2018. Masjid peninggalan dinasti Umayah ini menjadi bagian penting dalam perjalanan Islam di Andalusia selama tiga abad. (AFP/JORGE GUERRERO)

Seperti tertulis di laman NU, Islam kemudian berkembang di daratan Andalusia dan memusatkan pengelolaannya di Kordova. Di kota tersebut juga dibangun masjid dan perpustakaan yang kelak menjadi Universitas Kordova yang masyhur hingga sekarang.

Tata pengelolaan pemerintahan Islam di Andalusia pada masa Umayyah runtuh akibat keluarga amir saling menjatuhkan satu sama lain. Secara umum, riwayat tersebut merupakan kebangkitan Dinasti Umayyah II.

Philip K. Hitti dalam History of The Arabs (2014) mencatat bahwa runtuhnya Umayyah di Andalusia memunculkan negara-negara kecil seperti Dinasti Murabithun dan Muwahidun. Kekuasaan Murabithun tidak hanya berkembang di Andalusia, tetapi juga mencakup wilayah Maghribi hingga ke Senegal.

Dari kekuasaan yang luas tersebut, Yusuf Ibnu Tasyfin yang merupakan salah satu pendiri Dinasti Murabithun sekaligus menjadi penguasa atau Raja Maghribi (Maroko, Aljazair, Spanyol). Yusuf Ibnu Tasyfin memerintah pada 1061-1106 M.

Baik Murabithun maupun Muwahidun mengembangkan pusat-pusat kemajuan negara di beberapa kota seperti Granada, Sevilla, dan Murcia, selain Kordova pada masa Umayyah.

Tim Rembulan

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya