Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un kemungkinan akan memaparkan rencananya untuk memenuhi tujuan pemerintahnya guna memiliki "kekuatan strategis paling kuat di dunia" pada pertemuan pleno Komite Sentral Partai Buruh Korea yang berkuasa pada akhir bulan ini, demikian menurut para ahli.
Pada tahun ini, Korea Utara telah meningkatkan ketegangan di wilayah Semenanjung Korea dengan meluncurkan sejumlah rudal, termasuk menembakkan beberapa rudal balistik antarbenua (ICBM) dan meluncurkan rudal balistik jarak menengah (IRBM) yang melintas di atas wilayah Jepang.
Advertisement
Pada minggu ini, Pyongyang menembakkan sejumlah artileri ke zona penyangga maritim dengan Korea Selatan, seperti yang dilakukannya pada bulan November.
Para ahli mengatakan, tahun depan, pola peningkatan ancaman ini kemungkinan akan berlanjut karena Korea Utara berupaya memajukan program persenjataannya, dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (9/12/2022).
Bruce Klingner, rekan peneliti senior di The Heritage Foundation, mengatakan, "Tidak ada indikasi bahwa Kim akan mengubah arah pencarian tanpa henti untuk mengembangkan dan meningkatkan kekuatan nuklir dan misil Korea Utara sambil terus mengancam negara tetangganya, mempertahankan kebijakan ekonomi sosialis yang gagal, dan menindas warganya."
Kim pada 1 Desember lalu mengumumkan bahwa Komite Sentral Partai Buruh Korea akan mengadakan rapat pleno pada akhir Desember untuk membahas rencana rezim untuk tahun 2023.
Kim menyebut tahun 2023 sebagai tahun yang "bersejarah" karena menandai peringatan 75 tahun rezim tersebut dan peringatan 70 tahun gencatan senjata yang mengakhiri pertempuran dalam Perang Korea. Kim juga mengatakan 2023 akan menjadi tahun penting dalam mencapai rencana lima tahun yang digariskan pada Januari 2021.
Dalam rencana itu, Korea Utara memaparkan tujuannya untuk mengembangkan persenjataan canggih termasuk senjata hipersonik, kapal selam bertenaga nuklir, senjata nuklir strategis yang dapat diluncurkan di bawah air, serta drone pengintai dan satelit.
3 Pejabat Korea Utara Dapat Sanksi AS Usai Bantu Peluncuran Rudal Balistik
Amerika Serikat, Jepang beserta Korea Selatan memberikan sanksi terbaru untuk sejumlah individu dan entitas di Korea Utara. Langkah ini diberikan setelah Korea Utara baru-baru ini melakukan beberapa uji coba senjata nuklir.
Dikutip dari NST.com, Jumat (2/12/2022), sanksi Washington ini diumumkan pada Kamis 1 Desember dan membekukan aset dari tiga orang pejabat Korea Utara di Amerika Serikat, menjadikannya sebagai upaya melawan negara paling tertutup di dunia tersebut dalam menekan aktivitas senjatanya.
Departemen Keuangan AS juga mengancam pemberian sanksi kepada siapa saja yang melakukan transaksi keuangan dengan sejumlah pejabat yaitu, Jon Il Ho, Yu Jin dan Kim Su Gil yang ketiganya dilaporkan terlibat secara langsung dalam pengembangan senjata.
Baru-baru ini, Korea Utara telah melakukan uji coba senjata nuklirnya, termasuk tes rudal balistik antar benua yang ditargetkan bisa mencapai daratan Amerika Serikat.
"Aktivitas yang bisa menimbulkan risiko keamanan besar bagi kawasan dan seluruh dunia," kata Menlu AS Antony Blinken dalam sebuah pernyataan.
Sanksi tersebut "menggarisbawahi tekad berkelanjutan kami untuk mempromosikan akuntabilitas sebagai tanggapan atas kecepatan, skala, dan cakupan peluncuran rudal balistik Pyongyang."
Blinken menambahkan bahwa tindakan tersebut diambil dengan melakukan koordinasi terlebih dahulu bersama sekutu AS, yaitu Korea Selatan dan Jepang, dan mencatat bahwa Uni Eropa mengeluarkan respons serupa dari ketiga pejabat Korut tersebut pada April 2022.
Advertisement
Jepang dan Korea Selatan Lakukan Hal Sama
Tokyo dan Seoul pada Jumat ini juga mengumumkan sanksi baru.
Korea Selatan mengatakan, akan menargetkan delapan orang, termasuk warga negara Taiwan dan Singapura.
Mereka telah "berkontribusi pada pengembangan nuklir dan rudal Korea Utara serta berupaya menghindari sanksi yang sudah ada," kata kementerian luar negeri Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.
Semua sudah dikenakan sanksi AS, tambah kementerian itu, dan langkah terbaru Korea Selatan diharapkan bisa "memperingatkan komunitas domestik dan internasional tentang risiko transaksi dengan entitas ini".
Dan Jepang mengatakan ini sebagai tanggapan atas "tindakan provokatif" Pyongyang, pihaknya membekukan aset tiga grup Korea Utara -- Korea Haegumgang Trading Corp, Korea Namgang Trading Corp dan Lazarus Group.
Amerika Serikat telah menyuarakan rasa frustrasi karena China, sekutu terdekat Korea Utara, dan Rusia telah memblokir upaya di Dewan Keamanan PBB untuk menjatuhkan sanksi yang lebih keras.
Uji Coba Rudal Korut Sempat Gagal ke Target
Korea Utara telah menembakkan intercontinental ballistic missile (ICBM) atau rudal balistik antarbenua yang dirancang untuk mencapai target di sisi lain benua, kata pejabat Korea Selatan.
Peluncuran ICBM adalah yang ketujuh Pyongyang tahun ini, dan dilakukan di tengah kekhawatiran bahwa mereka akan segera menguji senjata nuklir. Itu terjadi sehari setelah kedua Korea menembakkan rudal dalam eskalasi ketegangan.
Aksi saling balas itu menghasilkan jumlah rudal terbanyak yang diluncurkan oleh Korea Utara dalam satu hari.
Beberapa peluncuran Korea Utara terjadi ketika AS dan Korea Selatan melakukan latihan udara bersama terbesar mereka, yang dikecam keras oleh Pyongyang sebagai "agresif dan provokatif".
Pada Kamis (3/11/2022), Korea Utara menembakkan rudal jarak jauh sekitar pukul 07.40 waktu setempat (23:40 GMT), menurut pernyataan dari Kepala Staf Gabungan Korea Selatan. Sebuah sumber mengkonfirmasi dengan BBC bahwa itu adalah ICBM.
Rudal tersebut terbang sekitar 760 km (472 mil) dan mencapai ketinggian sekitar 1.920 km. Tetapi tampaknya rudal tersebut gagal di tengah penerbangan, menurut kantor berita Yonhap mengutip sebuah sumber.
Pyongyang juga menembakkan dua rudal balistik jarak pendek.
Peluncuran tersebut membuat pemerintah Jepang mengeluarkan peringatan darurat yang langka pada Kamis pagi kepada penduduk di beberapa wilayah utaranya, meminta mereka untuk tetap berada di dalam rumah.
Tokyo awalnya mengatakan rudal itu terbang di atas Jepang, tetapi Menteri Pertahanan Yasukazu Hamada kemudian mengatakan bahwa rudal itu "tidak melintasi kepulauan Jepang, tetapi menghilang di atas Laut Jepang".
Advertisement