Tunda Tur Konser karena Stiff Person Syndrome, Celine Dion: Yang Aku Tahu Hanyalah Bernyanyi

Bernyanyi adalah hal yang paling disukai oleh Celine Dion. Ia dikenal sebagai penyanyi kenamaan di kancah internasional lantaran suara khasnya yang penuh power.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 09 Des 2022, 17:00 WIB
(Foto: © AFP via Kapan Lagi)

Liputan6.com, Jakarta - Bernyanyi adalah hal yang paling disukai oleh Celine Dion. Ia dikenal sebagai penyanyi kenamaan di kancah internasional lantaran suara khasnya yang penuh power.

“Yang saya tahu hanyalah bernyanyi, itu yang saya lakukan sepanjang hidup dan itu adalah yang paling saya sukai,” ujar Celine melalui video yang diunggah di akun Instagram-nya pada 8 Desember 2022.

Dalam setiap pertunjukkan, ia selalu memberikan performa terbaik. Namun, untuk sementara performa yang dirindukan para penggemar itu tak dapat disuguhkan. Kenyataan itu menjadi salah satu hal terberat yang harus dihadapinya saat ini. 

Dalam video tersebut, pelantun My Heart Will Go On membawa kabar menyedihkan. Dengan mata yang berkaca-kaca ia mengatakan bahwa kondisinya tidak sedang baik-baik saja.

“Baru-baru ini saya didiagnosis dengan gangguan saraf yang sangat langka, yang disebut Stiff Person Syndrome (SPS). Ini memengaruhi satu dari sejuta orang,” katanya

SPS menjadi alasan mengapa Celine Dion mengalami kejang akhir-akhir ini. Kejang ini memengaruhi setiap aspek dari kehidupan sehari-hari. Kadang, menyebabkan kesulitan saat berjalan. Bahkan, kondisi ini memengaruhi pita suara, membuatnya tak bisa menggunakan nada yang biasanya digunakan saat bernyanyi.

Hal ini juga memaksanya untuk menunda bahkan membatalkan jadwal manggung. Termasuk menunda pertunjukan musim semi 2023 ke 2024 dan membatalkan delapan pertunjukan musim panas 2023 miliknya.

“Artinya, saya tidak akan siap untuk memulai pertunjukkan di Eropa, Februari ini (2023).”


Fokus Penyembuhan

Penyanyi kelahiran 30 Maret 1968 ini pun menjelaskan bahwa kini ia ingin fokus pada penyembuhan. Ada tim dokter yang setia melayaninya, anak-anaknya pun selalu memberi dorongan positif.

“Saya bekerja keras dengan dokter terapis setiap hari untuk membangun kembali kekuatan dan kemampuan untuk tampil kembali. Tapi saya harus mengakui, ini adalah perjuangan.”

Ia pun mengungkapkan rasa rindunya pada para penggemar, ia ingin segera bernyanyi kembali di atas panggung seperti sedia kala. Dan tetap memiliki harapan besar untuk sembuh dengan melakukan berbagai upaya medis yang ada.

Menurut laman Cleveland Clinics, stiff person syndrome adalah kelainan gerakan autoimun langka yang memengaruhi sistem saraf pusat, yakni otak dan sumsum tulang belakang.

Individu dengan stiff person syndrome, pada awalnya mengalami kekakuan otot-otot tubuh yang seiring waktu diikuti dengan perkembangan kekakuan pada kaki serta otot-otot lainnya.

Sindrom yang juga disebut sindrom Moersch-Woltman juga menyebabkan kejang otot yang menyakitkan. Kejang terjadi secara acak atau bisa dipicu oleh kebisingan, tekanan emosional sentuhan fisik ringan.


Bisa Menyebabkan Perubahan Postur Tubuh

Selain mengganggu pita suara seperti yang dialami Celine Dion, seiring waktu, stiff person syndrome bisa menyebabkan perubahan pada postur tubuh.

Pada kasus yang berat, bisa membatasi kemampuan berjalan dan bergerak. Beberapa individu yang mengalami gangguan ini memerlukan pengobatan berkelanjutan selama bertahun-tahun guna mengelola gejala dan menjaga kualitas hidup.

Stiff person syndrome dianggap sebagai bagian dari berbagai macam penyakit serupa yang melibatkan satu area tubuh dan lalu menyebar keseluruh tubuh.

Para peneliti tidak yakin apa penyebab pasti dari stiff person syndrome. Namun, mereka percaya itu adalah gangguan autoimun, suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat.

Banyak orang dengan kelainan ini membuat antibodi yang menyerang enzim yang disebut glutamic acid decarboxylase (GAD).

GAD berperan dalam membuat neurotransmitter yang disebut gamma-aminobutyric acid (GABA), yang membantu mengontrol pergerakan otot. Diperkirakan bahwa imunitas pada orang dengan SPS secara keliru menyerang enzim GAD, sehingga menurunkan jumlah GABA dalam tubuh.


Gejala SPS

Gejala SPS bisa memakan waktu berbulan-bulan hingga beberapa tahun untuk berkembang. Beberapa pasien tetap stabil selama bertahun-tahun, sementara pasien lainnya perlahan mengalami perburukan kondisi.

Pada kebanyakan individu dengan SPS, otot tubuh dan perut adalah yang pertama menjadi kaku dan membesar. Gejalanya meliputi nyeri, kekakuan otot, dan rasa tidak nyaman yang menyakitkan.

Pada awalnya, kekakuan dapat datang dan pergi tetapi pada akhirnya kekakuan bertahan konstan. Seiring waktu, otot kaki menjadi kaku dan lebih banyak otot di seluruh tubuh menjadi kaku, termasuk lengan dan bahkan wajah.

Ketika kekakuan meningkat, beberapa orang mengembangkan postur membungkuk. Dalam kasus yang parah, kekakuan ini bisa membuat pasien sulit berjalan atau bergerak.

Kejang otot yang menyakitkan juga terjadi. Kejang ini bisa berlangsung beberapa detik, menit atau kadang-kadang beberapa jam. Terkadang, kejang bisa cukup parah hingga anggota tubuh menjadi terkilir, patah tulang, atau menyebabkan jatuh yang tidak terkendali.

Kejang biasanya memperburuk kekakuan otot. Kejang dapat terjadi tanpa alasan atau dapat dipicu saat terpapar pada suara yang tidak terduga atau keras, sentuhan fisik, lingkungan yang dingin, atau peristiwa stres yang menyebabkan respons emosional. Kejang otot dapat melibatkan seluruh tubuh atau hanya area tertentu. Tidur biasanya mengurangi jumlah kejang.

Infografis Yuk Tetap Aman dengan Jaga Jarak Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya