Liputan6.com, Jakarta Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi memasang bleketepe di kediaman mereka, di Solo, Jawa Tengah, pekan ini. Bleketepe lengkap dengan tuwuhan yang terdiri dari beragam tanaman kaya manfaat.
Ini menandai awal prosesi pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono yang digelar di dua kota, yakni Yogyakarta serta Solo. Bagi masyarakat Jawa, bleketepe dan tuwuhan bukan sekadar pajangan.
Setiap elemennya menyiratkan doa bagi calon pengantin maupun keluarga. Dokumentasi wawancara jurnalis Showbiz Liputan6.com dengan Taufiq Widodo, penyiar RRI Solo, yang memandu pernikahan Kahiyang Ayu pada 2017 menguak sejumlah makna mendalam.
Baca Juga
3 Doa Erina Gudono Saat Pengajian Jelang Menikah: Sesungguhnya Engkau Maha Menakdirkan, Bukan Aku
11.800 Personel TNI dan Polri Amankan Pernikahan Kaesang Pangarep, Persiapan Sejak 3 Minggu Lalu
Jenderal Andika Perkasa Sidak Lokasi Pernikahan Kaesang Pangarep, Akui Kurang Personel dan Metal Detector
Advertisement
Pertama, pari sawuli atau padi serumpun simbol pangan. Ini yang paling basic, yakni simbol doa agar dalam berumah tangga nantinya, kedua mempelai makmur dalam pangan sebagai kebutuhan pokok.
Pisang Raja, Tebu Wulung
Kedua, pisang raja. Taufiq Widodo menjelaskan, pohon pisang bisa tumbuh di desa, kota, dan pegunungan. Karenanya tuwuhan memfiturkan pisang sebagai doa agar dua mempelai, yakni Kaesang Pangarep dan Erina Gudono, punya semangat bertahan hidup setangguh pisang.
Ketiga, tebu wulung. “Orang Jawa menyebut tebu itu bebakalaning memanis (inti sari manis alami). Saat melihat tebu di pasang di rumah yang punya hajat, diharapkan tamu berdoa agar mempelai berdua mendapatkan manisnya hidup yang mereka jalani kelak,” ia menjelaskan.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Daun Beringin Hingga Keluih
Keempat, daun beringin yang identik dengan citra rindang dan teduh. Saat melihatnya, tamu akan ingat lalu berdoa agar mempelai saling mengayomi dan meneduhkan mengingat rumah tangga tak selamanya berjalan mulus.
Kelima, godong opo-opo atau daun apa-apa. Apa-apa di sini merujuk pada konteks apapun. “Yakni doa agar kedua mempelai dalam berrumah tangga dekat dengan apa pun yang mereka butuhkan, termasuk anak-anak kelak,” papar Taufiq Widodo kala itu.
Keenam, keluih yakni merujuk pada kata luwih. Dalam bahasa Jawa luwih artinya lebih. Ini simbol doa agar rumah tangga pengantin nantinya diberi berkat berlebih oleh Sang Khalik.
Bunga Kemuning, Cengkir Gading
Ketujuh, bunga kemuning yang dikenal harum. “Saat melihat bunga kemuning, para tamu diharapkan mendoakan mempelai punya nama dan reputasi wangi di masyarakat,” urainya.
Terakhir namun tak kalah penting adalah cengkir gading yakni buah kelapa yang masih muda. Bagi masyarakat Jawa, ini lambang rahim. Cengkir gading adalah yang terbaik di kelasnya.
“Cengkir gading istilahnya wajib ada dalam tuwuhan karena simbol doa agar kedua mempelai subur dan melahirkan keturunan pilihan yang membawa manfaat bagi masyarakat sekitar dan negara,” Taufiq Widodo mengakhiri.
Advertisement