Liputan6.com, Jakarta - FIFA mengkonfirmasi kematian seorang pekerja migran di resor yang digunakan oleh Arab Saudi selama babak grup di Piala Dunia 2022 pada Kamis (8/12/2022) waktu setempat.
Insiden itu terjadi di dekat sebuah resor yang digunakan sebagai basis pelatihan Piala Dunia untuk Arab Saudi. Kini insiden tersebut sedang diselidiki oleh otoritas Qatar.
Advertisement
"FIFA sangat berduka atas tragedi ini dan doa serta simpati kami bersama keluarga pekerja tersebut," kata juru bicara badan sepak bola dunia itu kepada CNN dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip Jumat (9/12/2022).
“Ketika FIFA mengetahui insiden tersebut, kami menghubungi pihak berwenang setempat untuk meminta rincian lebih lanjut,” ujar juru bicara FIFA, menambahkan.
FIFA juga mengatakan akan memberikan keterangan lebih lanjut setelah proses penanganan terkait meninggalnya pekerja migran tersebut selesai dilakukan.
Hingga kini, CNN melaporkan masih belum ada kejelasan terkait apa yang sedang dilakukan pekerja tersebut atau bagaimana keadaan pekerja tersebut sebelum atau saat kematiannya. Namun, The Atlantic melaporkan, pekerja tersebut tewas dalam kecelakaan forklift.
Resor Sealine Beach adalah pusat pelatihan FIFA yang diperuntukkan bagi Arab Saudi sebelum tim tersebut tersingkir di babak grup turnamen Piala Dunia Qatar 2022.
Dalam sebuah pernyataan resmi, pihak Qatar juga menyatakan bahwa kompensasi akan dibayarkan melalui Dana Bantuan dan Asuransi pekerja, saat ada seorang pekerja terluka atau meninggal dunia karena insiden terkait pekerjaan. Kompensasi juga akan dibayarkan ketika pemberi kerja tidak dapat membayar gaji.
Tahap Tindak Lanjut
Dalam sebuah pernyataan kepada CNN, Komite Tertinggi Qatar untuk Delivery & Legacy (SC) mengatakan masalah ini sedang ditangani otoritas pemerintah terkait.
"Karena insiden yang dimaksud terjadi di properti yang tidak berada di bawah yurisdiksi SC dan almarhum bekerja sebagai kontraktor yang tidak berada di bawah pengawasan SC, masalah ini sedang ditangani oleh otoritas pemerintah terkait,” ungkapnya kepada CNN.
Komite Tertinggi Qatar atau SC masih menindaklanjuti masalah ini bersama otoritas yang sama, guna memastikan berbagai perkembangan yang berkaitan dengan penyelidikan.
“Kami juga telah berkomunikasi dengan keluarga almarhum untuk memastikan beberapa informasi relevan dapat disampaikan,” kata pihak SC.
Seorang pejabat pemerintah Qatar mengkonfirmasi bahwa insiden tersebut sedang diselidiki oleh pihak berwenang.
"Jika penyelidikan menyimpulkan bahwa protokol keselamatan tidak diikuti, perusahaan akan dikenakan sanksi hukum dan mendapatkan hukuman finansial yang berat," kata pejabat itu.
Advertisement
Kematian, Bagian Dari Kehidupan
Selain FIFA, pada Kamis kemarin, kepala eksekutif Piala Dunia Qatar Nasser Al Khater mengatakan kepada Reuters bahwa, "Kematian adalah bagian dari kehidupan," menanggapi pertanyaan tentang kematian pekerja migran itu.
"Kami berada di tengah-tengah Piala Dunia. Dan kita memiliki Piala Dunia yang sukses. Dan ini adalah sesuatu yang ingin Anda bicarakan sekarang?" Kata Al Khater.
"Maksud saya, kematian adalah bagian alami dari kehidupan, entah itu di tempat kerja, entah itu dalam tidur Anda. Tentu saja, seorang pekerja meninggal dunia. Belasungkawa kami sampaikan kepada keluarganya. Namun, maksud saya, aneh bahwa ini adalah sesuatu yang ingin Anda fokuskan sebagai pertanyaan pertama Anda," tambah Al Khater.
Qatar Ungkap Jumlah Pekerja yang Meninggal Akibat Proyek Piala Dunia 2022
Sementara itu, sekitar dua minggu yang lalu, seorang pejabat tinggi Qatar yang terlibat dalam organisasi pelaksana Piala Dunia 2022 memberikan pernyataan terkait jumlah kematian pekerja untuk persiapan turnamen untuk pertama kalinya, yaitu antara 400-500 orang.
Tanggapan ini disampaikan oleh Hassan al-Thawadi, sekretaris jenderal Supreme Committee dari Qatar untuk Delivery and Legacy. Pernyataan ini keluar ketika ia melakukan wawancara dengan jurnalis Inggris, Piers Morgan.
Melalui wawancara yang diunggah sebagian oleh Piers Morgan, jurnalis asal Inggris tersebut bertanya kepada Hassan al-Thawadi, mengenai total pekerja migran yang meninggal akibat pekerjaan yang mereka lakukan untuk mempersiapkan Piala Dunia secara totalitas.
"Perkiraannya sekitar 400, antara 400 dan 500. Saya tidak memiliki angka pastinya. Itu adalah sesuatu yang telah didiskusikan," jawab Hassan al-Thawadi.
Angka tersebut nyatanya belum pernah dibahas secara terbuka oleh pejabat Qatar sebelumnya. Sebelumnya, laporan dari Komite Tertinggi (Supreme Committee) yang berasal dari 2014 sampai pada akhir 2021 hanya merangkum jumlah kematian pekerja yang terlibat dalam pembangunan dan perbaikan stadion yang saat ini dipakai untuk Piala Dunia 2022 Qatar.
Isu ini pun menghidupkan kembali kritik dari kelompok-kelompok Hak Asasi Manusia atas korban meninggal dunia akibat negara Timur Tengah tersebut menjadi tuan rumah pertama Piala Dunia.
Kritik-kritik ini tak ayal akan menyasar topik tenaga kerja migran yang bekerja membangun stadion senilai lebih dari $200 miliar, jalur metro, dan infrastruktur baru yang dibutuhkan untuk mendukung berlangsungnya pesta sepak bola akbar empat tahunan tersebut.
Advertisement