Liputan6.com, Jakarta Bank sentral Amerika Serikat, The Fed diperkirakan kembali menaikkan suku bunga acuannya. Bank Indonesia memperkirakan suku bunga The Fed akan naik lagi 50 basis poin (bps) di penghujung tahun ini.
"Kita masih lihat penguatan dolar luar biasa, dan suku bunga Amerika masih akan naik lagi Desember diperkirakan 50 bps atau 0,5 persen," kata Deputi Senior BI, Destry Damayanti dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Wilayah Bali Nusra di Bali, Jumat (9/12).
Advertisement
Kenaikan tingkat suku bunga di bulan Desember ini dilakukan dalam rangka meredam tingginya angka inflasi di Negeri Paman Sam. Sebab ketegangan politik global terus berlanjut dan memicu fragmentasi ekonomi, perdagangan, hingga investasi.
Destry menilai, situasi global di tahun 2023 tidak bisa diprediksi. Bahkan di tahun 2023 mendatang, Destry memproyeksi The Fed masih tetap agresif.
"Jadi ini kondisi yang memang global kita enggak bisa berharap banyak. Kekuatan kita di domestik," terang dia.
Dia menjelaskan kekuatan domestik Indonesia berasal dari pangsa pasar yang besar. Tercermin dari tingkat konsumsi yang masih tinggi yakni 55 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Kemudian peluang investasi yang sangat tinggi, hingga sektor ekspor yang masih menjanjikan.
"Tuhan masih sayang dengan kita, harga komoditi naik, kita ikut naik. Ekspor kita naik juga," kata dia.
Pengembangan Hilirisasi
Tak hanya itu, pengembangan hilirisasi juga diperkirakan bakal menjadi sumber pertumbuhan baru ekonomi Indonesia. Lewat hilirisasi, Indonesia meraup untung dari nilai tambah hasil perut bumi.
Mengolah kekayaan alam Indonesia bisa mendatangkan banyak keuntungan. Tak hanya secara pendapatan, tingkat serapan tenaga kerja hingga nilai ekspor yang bisa berlipat ganda karena adanya nilai tambah produk yang dijual ke negara lain.
"Pengembangan hilirisasi industri yang tadinya mengekspor bahan mentah nikel, kemudian diolah jadi biji besi dan baja itu menghasilkan penerimaan ekspor kita berkali lipat," pungkas dia.
Advertisement
The Fed : Laju Suku Bunga Bisa Diperlambat pada Desember 2022
Tumbuhnya perekonomian Amerika Serikat yang melebihi perkiraan pada kuartal ketiga tahun ini semakin memberikan dukungan pada Federal Reserve (The Fed) untuk mulai melunakkan kenaikan suku bunga.
Dilansir dari Channel News Asia, Kamis (1/12/2022) Federal Reserve mengatakan bahwa pihaknya sudah dapat mengurangi laju kenaikan suku bunga dengan segera pada bulan Desember ini.
Hal itu diungkapkan langsung oleh Ketua The Fed, Jerome Powell pada Rabu (30/11).
"Waktu untuk memoderasi laju kenaikan suku bunga mungkin datang segera setelah pertemuan di bulan Desember" kata Powell dalam pidato di think tank Brookings Institution.
Dia menambahkan bahwa efek penuh dari langkah bank sentral AS tersebut belum dirasakan, tetapi juga memperingatkan bahwa kebijakannya kemungkinan harus tetap ketat "untuk beberapa waktu" guna memulihkan stabilitas harga.
"Kebijakan moneter mempengaruhi ekonomi dan inflasi dengan kelambatan yang tidak pasti," katanya.
"Dengan demikian, masuk akal untuk memoderasi laju kenaikan suku bunga kami saat kami mendekati tingkat pengekangan yang cukup untuk menurunkan inflasi," tambah Powell.
Tetapi Powell juga menekankan bahwa The Fed akan "bertahan sampai upaya mereka mebuahkan hasil, mencatat bahwa sejarah sangat memperingatkan terhadap pelonggaran kebijakan sebelum waktunya.
Seperti diketahui, ketika rumah tangga di Amerika yang berjuang dengan melonjaknya biaya konsumen, The Fed telah melakukan berbagai upaya untuk menjinakkan inflasi yang telah mencapai tingkat yang tidak pernah terlihat sejak tahun 1980-an, tetapi juga berusaha mencegah AS jatuh ke dalam resesi.
The Fed Sebelumnya Sudah Isyaratkan Segera Kendurkan Suku Bunga
sebuah risalah rapat kebijakan moneter edisi November 2022 para pejabat The Fed menunjukkan sepakat untuk segera mengendurkan laju kenaikan suku bunga.
"Sebagian besar partisipan menilai pelambatan laju kenaikan kemungkinan dapat segera dilakukan," tulis risalah tersebut, dikutip dari CNBC International.
"Keterlambatan dan besaran yang tidak pasti terkait dengan efek tindakan kebijakan moneter pada aktivitas ekonomi dan inflasi adalah salah satu alasan yang dikutip mengenai mengapa penilaian semacam itu penting," terang risalah The Fed.
Risalah itu juga mencatat bahwa kenaikan kecil akan memberikan pembuat kebijakan kesempatan untuk mengevaluasi dampak dari kenaikan suku bunga.
Beberapa anggota The Fed juga mengindikasikan bahwa "memperlambat laju kenaikan dapat mengurangi risiko ketidakstabilan dalam sistem keuangan".
Sementara itu, pasar memperkirakan The Fed masih akan melakukan beberapa kenaikan suku bunga lagi pada tahun 2023, menjadi sekitar 5 persen, dan kemudian mungkin beberapa pengurangan sebelum tahun depan berakhir.
The Fed akan kembali mengadakan rapat kebijakan moneter pada 14 Desember mendatang.
Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah pejabat The Fed mengatakan sudah mengantisipasi kemungkinan pergerakan suku bunga setengah poin pada bulan Desember 2022.
"Mereka mencapai titik di mana mereka tidak harus bergerak begitu cepat. Hal itu dapat membantu karena mereka tidak tahu persis berapa banyak pengetatan yang harus mereka lakukan," kata Bill English, mantan pejabat The Fed yang sekarang bekerja di Yale School of Management.
"Mereka menekankan kebijakan bekerja dengan kelambatan, jadi sangat membantu untuk bisa berjalan sedikit lebih lambat," sebutnya.
Diketahui bahwa The Fed sebelumnya sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin sebanyak empat kali berturut-turut hingga suku bunga saat ini menjadi 3,75 persen - 4 persen.
Advertisement