Untung Sangaji, Polisi Penembak Teroris Thamrin, Beri Pesan Manis untuk Para Teroris

Polisi penembak teroris Jakarta pada peristiwa teror di Sarinah-Thamrin, Untung Sangaji, meluapkan kegeramannya atas aksi terorisme yang terjadi di Indonesia.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 09 Des 2022, 15:03 WIB
AKBP Untung Sangaji saat diwawancara sejumlah media usai memaparkan kronologis pelumpuhan dua pelaku teror yang terjadi di Sarinah (14/1) lalu, Jakarta, Sabtu (16/1/2016). Untung melumpuhkan pelaku teror di Sarinah. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Polisi penembak teroris Jakarta pada peristiwa teror di Sarinah-Thamrin, Untung Sangaji, meluapkan kegeramannya atas aksi terorisme yang terjadi di Indonesia. Yang terbaru, bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Bandung, Jawa Barat.

Melalui akun sosial media Instagram, dia menunjukkan kegeramannya.

"Pesan manis buat para teroris dan kita jangan lengah dan meremehkan kejahatan mereka dimanapun bahkan bisa terjadi disekitar kita, karna dgn membunuh Sebanyak2nya itulah keyakinan mereka utk masuk surga, sedangkan kita harus melindungi orang Sebanyak2nya," tulis Untung seperti dikutip Liputan6.com, Jumat (9/12/2022).

Unggahan itu juga disertai dengan video berisi pesan 'manis' tersebut.

"Kalian kelompok penjahat, kelompok penyamun, dan kelompok-kelompok lain yang mengatasnamakan garis suci, kelompok jihad, kalian memalukan. Kalian punya keberanian hanya untuk melakukan kejahatan untuk saudara-saudaramu sendiri. Agama Kristen, Konghucu, Hindu, Budha Islam, semua itu saudara kita. Mau apa kalian," kata dia. 

Untung juga menyinggung soal doktrin hasil aksi teror yaitu pahala dan surga. Termasuk adanya hadiah para bidadari yang mengelilingi para pelaku nanti di akhirat kelak.

"Pingin ketemu bidadari 40 di surga? Sana kalau mau naik ke surga nggak usah nembak orang-orang tidak berdosa. Kalau ingin tujuan yang tidak berdosa banyak ya, keluargamu. Ya keluargamu, ke surga kan? kenapa tidak membunuh keluargamu?" tutur Untung.

 


Sadis

Untung menegaskan aksi teror yang dilakukan segelintir kelompok tersebut tidak manusiawi dan sadis. Dia pun mengancam dapat melawan dengan lebih kejam lagi.

"Tapi untuk apa dengan kesadisan kalian itu. Kalian pikir dengan kesadisan kalian itu bisa buat orang lain tertawa dan bahagia? Kau merusak dan caramu itu membuat kita jadi tidak suka. Kita lakukan kebaikan, tidak meminta surga, tidak meminta rezeki dan pahala, kita hanya ingin tunjukkan kita mencintai semua lapisan, siapapun, agar mereka bisa hidup layak, teratur, normal, manusiawi, saling mencintai, walaupun ingat kita bisa berbuat lebih jahat dan sadis dari kamu, tapi bukan itu tujuan kita," kata Untung.

Untung menyatakan, kebaikan terhadap sesama di dunia adalah segalanya. Bahkan lebih penting dibandingkan melakukan segala dengan iming-iming surga, yang bahkan jalannya pun dapat disesatkan pemuka agama.

"Tapi bukan itu tujuan kita. Sepanjang hidup kita ini ingin menerjemahkan kebaikan untuk bahkan dunia bukan hanya indonesia, agar dunia tahu kebaikan itu segala-galanya, bukan surga segala-galanya. Kalian belajar bodoh dari ustad yang bodoh, pengajar agama yang tolol, kalian merusak masa depan siapapun dan kali ini kalian berhadapan dengan orang-orang yang bisa lebih jahat daripada kalian, camkan itu," Untung menandaskan.


Aksi Berani Untung Sangaji

Untung Sangaji hadir di tengah-tengah teror bom dan baku tembak di kawasan Sarinah-Thamrin pada 14 Januari 2016 lalu. Dengan kemeja putih, dia gagah berani berjalan sambil memegang senjata dan menembaki para teroris yang menyimpan bom di tubuh mereka.

Untung yang dulu adalah Perwira Menengah (Pamen) Pusdik Polisi Udara dan Air (Polair), memang tengah menjalankan tugasnya untuk berjaga di luar ring Istana Kepresiden. Bersama 3 rekannya -- termasuk Komisaris Besar Polisi Urip Widodo, Untung kala itu tengah ngopi-ngopi di Kafe Walnut -- tak jauh dari lokasi.

"Saya minum kopi di kafe Walnut. Lagi berempat," cerita Untung kepada Liputan6.com ketika dihubungi lewat telepon di Jakarta, Jumat (15/1/2016).

"Saya ditugaskan di seputaran luar ring Istana, Sarinah, nggak boleh sampai HI (Hotel Indonesia), terlalu jauh," sambung dia.

Tiba-tiba dia mendengar bunyi tembakan. Untung pun keluar dari kafe untuk mengecek situasi.

"Yang pertama saya lihat di pos polisi. (Setelah dicek) Wah ini teroris, ini bukan kecelakaan," ujar dia.


Bidikan Untung

Untung pun berteriak melaporkan kondisi yang dilihatnya kala itu kepada pemimpinnya. Pria yang pernah bertugas di Satgas Bom (sebelum Densus 88) itu lalu diperintahkan untuk mengambil inisiatif sebelum pasukan datang.

"Diperintahkan begitu, saya harus tahu diri."

Dia pun 'angkat senjata'. Bersama rekannya, Ipda Tamat, mereka merangsek ke arah Starbucks di gedung Djakarta Theater. Waktu itu, ada 2 teroris yang menembaki mereka.

Seorang teroris, kata Untung, tengah memegang bom di tangan kiri dan kanannya. Dia pun menembaki lengan kanan sang teroris. Kebetulan bom dalam pegangan itu jatuh dan meledakkan tubuh para penebar teror itu.

"Terus saya tembak untuk melumpuhkan. Kebetulan ada bom jatuh," tutur dia.

"Sialnya mereka, bom jatuh meledak, lalu satu lagi meledak. Jadi 2 kali ledakan."

Sementara Untung membidik tangan teroris, Ipda Tamat menembaki kaki 2 orang itu supaya mereka tak ke mana-mana. Para polisi ini yakin, masih ada bom yang lebih besar dari yang meledak sebelumnya di pos polisi.


Tak Mau Aksinya Disebut Heroik

Setelah para teroris lumpuh dan memastikan situasi aman, Untung pun mendekati pelaku.

"Tangan saya ke atas lalu teriak 'minggir'. Begitu nggak gerak, saya hajar (tembak) di dada. Pas saya hajar sampai mati, ternyata benar (ada bom yang lebih besar)." ujar Untung.

"Momen itu paling penting. Karena kalau itu meledak, paku-paku sudah nancep kiri-kanan."

Namun dia tak mau jika keberaniannya ini dikatakan sebagai aksi heroik. Bagi Untung, hal itu sudah menjadi tugasnya. Apalagi atasannya, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian yang berbintang 2 saja turun ke lokasi.

"Apalagi saya anak buahnya."

"Bukan gila, kita harus berani. Dia berani membunuh banyak orang, ya saya harus berani menghabisi dia. Biasa saja kalau dibilang heroik. Karena kita mencintai tugas kita, kita harus nekat," pungkas Untung.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya