Liputan6.com, Jakarta Ketika bicara tentang varises dan diabetes, sebenarnya adalah dua jenis penyakit yang berbeda. Faktor penyebabnya berbeda, pun dengan gejala yang dialami penderitanya.
Namun kedua jenis penyakit tersebut dapat memicu terjadinya luka yang sama, terutama di bagian kaki. Bukan sekadar mengganggu penampilan, varises dan diabetes tentunya dapat menurunkan kualitas hidup, jika tidak segera diatasi dengan tepat.
Advertisement
Dokter Spesialis Bedah Toraks dan Kardiovaskuler yang praktek di RS EMC Pekayon dan RS EMC Cikarang, dr. Marolop Pardede, Sp.BTKV(K), MH menjelaskan bahwa varises merupakan pelebaran pembuluh darah vena di kaki. Penyebabnya karena rusaknya katup pembuluh darah vena yang mencegah refluks atau aliran darah balik menuju jantung.
"Jadi intinya, varises itu adalah pembuluh darah yang berkelok di bawah permukaan kulit akibat kerusakan katup pembuluh darah vena," jelas dr Marolop saat berbincang dengan tim Liputan6.com, Rabu (19/10).
Varises memang tak terjadi begitu saja. Faktor yang memicu terjadinya varises karena sedentary lifestyle. Ya, lantaran jarang bergerak, maka otot tidak tumbuh dengan baik.
"Umumnya memang terjadi pada wanita yang menggunakan hak tinggi. Untuk sedentary lifestyle yang kurang bergerak atau terlalu banyak diam. Faktor lainnya karena obesitas, dan kehamilan dapat memicu munculnya varises," kata dr Marolop.
Ketika terjadi varises, lanjutnya, gejala tahap awal adalah kaki pegal dan bengkak. Semakin lama, rasa pegal di kaki intensitasnya meningkat. Gejala lain yang dapat terlihat, ketika melepas sepatu, ada cetakan kaki akibat tekanan.
Sementara untuk diabetes, dalam pembahasan ini, penyakit gula tersebut lebih ditekankan pada penyakit kaki diabetik yang disebabkan karena gangguan aliran darah arteri, sehingga jaringan (lunak dan tulang) kekurangan nutrisi dan oksigen, akibat komplikasi yang berlangsung lama atau menahun.
"Orang yang kadar gulanya tinggi, sistem kekebalan tubuhnya rusak, fungsi imunitasnya terganggu," jelas dr Marolop.
Untuk penyakit ini, sayangnya masih banyak orang yang abai mengontrol kadar gulanya. Gejala umumnya di antaranya seperti sering haus, mudah lelah, lemas, mudah lapar. Kondisi tersebut muncul karena adanya peningkatan kadar gula darah hingga membuat darah mengental.
Lalu pertanyaannya sekarang, siapa saja yang berpotensi mengalami varises dan kaki diabetik? Lebih lanjut dokter lulusan Universitas Indonesia ini mengungkapkan, dibandingkan beberapa tahun terakhir, kaum muda cenderung dapat mengalaminya.
"Lagi-lagi karena orang cenderung malas bergerak, obesitas yang bisa bikin diabetes dan varises," katanya.
Penanganan Luka di Kaki Secara Komprehensif
Jika varises disebabkan karena rusaknya pembuluh darah vena, diabetes dapat terjadi karena adanya kerusakan di pembuluh darah arteri.
Untuk diagnostik awal varises dan kaki diabetik tentunya berbeda. Untuk kaki diabetik ketika gula darah tinggi dan tak dikontrol, kerusakan yang paling awal terjadi di bagian ujung hari kaki.
Daerah paling ujung tersebut mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga lebih cepat mati. Jika kondisi tersebut terjadi, luka di kaki sulit sembuh, bernanah, hingga akhirnya menyebabkan infeksi dan parahnya menghitam.
Sementara varises, kerusakan terlihat di bagian tungkai bawah (di atas tumit) karena tersumbatnya pasokan darah ke luar. Lantaran adanya penumpukan darah di dalam pembuluh vena, sehingga muncul garis biru dan berkelok di bawah permukaan kulit.
"Jadi untuk mendiagnosa, dengan melakukan USG vaskular untuk melihat struktur pembuluh darah, sumbatan, dan kebocorannya seberapa besar, parah dan tidaknya terlihat dengan USG Doppler. Sementara untuk diabetik diagnostiknya membutuhkan alat yang lebih canggih, seperti masuk ke kamar kateterisasi atau CT Scan pembuluh darah," jelasnya.
Nah, meskipun kedua penyakit tersebut memiliki penyebab, gejala, dan faktor risiko yang berbeda, namun penanganannya sama. Hanya saja, untuk pasien diabetes, sebelum tindakan, akan dilakukan pengontrolan gula darah untuk menuju normal dan merawat luka.
"Kalau ada jaringan mati dan nanah, dibersihkan dulu. Baru dilakukan terapi yang definitif yang tujuannya supaya aliran pembuluh darah jadi lebih baik lagi. Sehingga tidak mengecilkan dokter penyakit lain, misalnya penyakit dalam, rehab medik untuk membantu mobilisasi, dan dokter diet untuk mengedukasi diet yang harus dikerjakan," jelasnya.
Sementara untuk varises, lanjut dr Marolop, penanganan disesuaikan dengan melihat kondisi pasien. Setelah dilakukan USG untuk melihat bagian pembuluh darah yang rusak dan melihat jumlah titik yang bocor, dapat dilakukan ke tahap ablasi atau menghilangkan penyebab pembuluh vena bocor.
"Biasanya pembuluh vena bocor dari dalam ke arah permukaan. Dari bagian arah permukaan tersebut, titik mana saja yang harus dibuang. Jika dulu harus disayat dan dibuang pembuluh darahnya, sekarang hanya cukup di laser."
Proses tersebut dilakukan dengan membuat lubang sebesar isi pulpen, untuk memasukkan kateter. Kemudian laser tersebut membakar bagian pembuluh darah yang bocor. Bisa juga dilakukan glue injection, Radio Frequency (RF).
Salah satu keunggulan laser, seperti dijelaskan dr Marolop adalah minimal invasif, tanpa sayatan, dan pulih lebih cepat. Artinya pasien dapat kembali beraktivitas secepat mungkin sekitar 1-2 hari pasca tindakan.
"Di saat awal 2-3 minggu pertama, pasien wajib pakai stocking hampir setiap saat. Setelah itu bisa dilepas pasang," ujarnya.
Pasca tindakan, lantas hal apa saja yang harus dilakukan pasien? Menurut dokter yang pernah menjadi pembicara Pertemuan ACTSA, bagi pasien kaki diabetik misalnya, tetap harus menjaga gula darah agar tidak berada di angka 200.
Sementara untuk pasien varises, harus rajin berolahraga melihat faktor risikonya karena kurang bergerak. Tujuannya tak lain untuk melatih otot agar daya pompanya menjadi lebih baik.
Dengan melihat gejala awal, baik untuk varises atau kaki diabetik, dr Marolop berharap, agar masyarakat lebih aware dengan kondisinya. Jika kamu mengalami gejala varises/kaki diabetik atau ada anggota keluarga yang mengalami kondisi tersebut, segera datang ke rumah sakit yang memiliki fasilitas memadai dan tenaga ahli (dokter spesialis) terpercaya.
Kamu dapat berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Bedah Toraks dan Kardiovaskuler yang praktek di RS EMC Pekayon dan RS EMC Cikarang, dr. Marolop Pardede, Sp.BTKV(K), MH. Kamu juga bisa mendapatkan informasi terkait kardiovaskuler lainnya dengan mengikuti akun Instagram @marolop.btkv.
(*)
Advertisement