Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid melihat potensi Indonesia masuk ke jurang resesi masih sangat kecil. Dia mengatakan, kalau potensi resesi hanya berada di 3 persen.
Ini juga sejalan dengan beberapa prediksi dari lembaga internasional. Sebut saja Bloomberg pada pertengahan tahun 2022 yang mencatatkan angka yang sama.
Advertisement
"Risiko resesi Indonesia hanya 3 persen. Kita boleh dikatakan di dunia memiliki chance risiko resesi kecil sekali. Pertumbuhan ekonomi juga yang harus diapresiasi bisa bertahan tumbuh 5,72 persen di kuartal III-2022," ujarnya dalam Inspirato Sharing Session Liputan6.com bertajuk 'Jadikan G20 Bali Declaration Pijakan Ekonomi Bangkit', Jumat (9/12/2022).
Mengingat berbagai tantangan di dunia usaha, Arsjad mengaku telah memiliki sejumlah strategi. Salah satunya dengan mengoptimalkan pangsa pasar dalam negeri. Tujuannya, meminimalisasi dampak pelemahan ekonomi global atas permintaan yang menurun.
"Dunia usaha bisa maksimalkan pangsa pasar domestik untuk kembangkan gejolak ekonomi global, termasuk dengan transaksi digital dan penggunaan bahan baku lokal untuk kurangi ketegantungan," bebernya.
Pada saat yang sama, Kadin Indonesia juga mengimbau para pengusaha untuk melirik nilai environmental, governance, dan social (ESG). Pada sisi ini menitikberatkan pada tata kelola perusahaan yang merujuk pada nilai lingkungan dan sosial.
"Di sisi lain perlu dukungan proteksi untuk menaga pasar dalam negeri dari serangan produk impor dan memberikan kemudahan bagi industri domestik," sambung Arsjad.
Tantangan
Arsjad juga menuturkan sejumlah tantangan bagi dunia usaha. Paling tidak, ada 2 tantangan utama, yakni potensi resesi dan pasar domestik.
Dari sisi eksternal, Arsjad melihat ada fenomena berkurangnya permintaan global terhadap produk Indonesia. Dalam jangka pendek, tentunya ini mempengaruhi kinerja perusahaan.
"Lari-larinya, perusahaan harus mengurangi biaya operasi, misalnya dengan PHK (pemutusan hubungan kerja), yang kita juga tak ingin PHK ini terus meluas," terangnya.
Tingginya tingkat inflasi juga ternyata menjadi ancaman bagi perusahaan salah satunya akan berpengaruh pada besarnya biaya operasional perusahaan. Kendati begitu, inflasi Indonesia masih bisa dijaga di bawah 6 persen.
Menurut Arsjad, inflasi yang disikapi bank sentral dengan menaikkan suku bunga akan berdampak pada pengusaha properti di dalam negeri. "(Kemudian) Ada ancaman pelemahan nilai tukar, dan ini berdampak dunia usaha domestik," pungkasnya.
Advertisement
Tetap Sentuh 5 Persen Tahun Depan
Pemerintah masih tetap optimistis Indonesia akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi diatas 5 persen. Mengingat tren pertumbuhan yang terjadi selama 2022 ini.
Sekretaris Kementeria Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijowo Moegiarso mengungkap hal tersebut. Dia melihat juga ada peran dari Presidensi G20 Indonesia yang ikut serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
Susiwijono tak memungkiri ada berbagai tantangan yang perlu diahadapi. Mulai dari berkurangnya permintaan di ranah global, hingga inflasi yang terus meningkat di berbagai negara.
"Menghadapi berbagai tantangan global ini pemerintah siap mengantisipasi, kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi kita di 2022, ini sampai kuartal III sampai 5,72 persen, kita bisa yakin 5,3 5,4 persen (di akhir tahun). Di 2023 mengacu indikator makro dan leading indicator lain, kami masih yakin bisa diatas 5 persen," ujarnya dalam Inspirato Sharing Session Liputan6.com bertajuk 'Jadikan G20 Bali Declaration Pijakan Ekonomi Bangkit', Jumat (9/12/2022).
Bahkan dia meyakini kalau Indonesia bisa mencatatkan pertumbuhan lebih baik dari negara lain. Ini juga sejalan dengan prediksi berbagai lembaga dunia seperti IMF dan Bank Dunia.
Optimismenya ini tak terlepas dari peran Indonesia menjadi presidensi G20 dan ketua ASEAN Summit di 2023 mendatang. Selain Indonesia, dia juga meyakini kalau kawasan Asia akan mencatatkan pertumbuhan yang sama baiknya.
"Prinsipnya, kita jauh lebih baik dari negara lain. Ditengah ketidakpastian global, kita optimis ekonomi kita masih baik," sambungnya.
Inflasi Bisa Terkendali
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, pemerintah juga menjamin bisa tetap menjaga tingkat inflasi. Kendati dalam beberapa waktu belakangan tingkat inflasi Indonesia mengalami sedikit kenaikan.
Susiwijono tak menampik hal itu. Namun, menurutnya ada sederet langkah yang dilakukan pemerintah dalam mengendalikan inflasi. Sebut saja, Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang terus bergerak.
"Inflasi, saya sih sangat yakin di 2023 bisa kembali ke rentang sasaran kita. Mungkin tahun ini kita bisa kejar di bawah 6 persen, tahun depan tetap di kisaran 3 plus-minus 1 persen (2-4 persen)," ujarnya.
Advertisement