Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sedang gencar mendorong pembangunan destinasi wisata kesehatan dan kebugaran atau health and wellness tourism. Wisata Kesehatan Indonesia merupakan salah satu strategi pengembangan pariwisata nasional karena sangat berpotensi dalam “menahan” kepergian orang Indonesia ke luar negeri, maupun mendatangkan wisatawan mancanegara.
Menurut Kemenparekraf/Baparekraf RI, istilah yang mereka gunakan adalah wisata ksehatan, yang terbagi ke dalam empat pilar, yaitu Wisata Medis, Wisata Kebugaran, Wisata Olahraga Kesehatan (berbasis Event Olahraga), dan Wisata Ilmiah Kesehatan (berbasis MICE).
Pada 2020, berdasarkan kajian Roland Berger Consultant terdapat 8 (delapan) layanan kesehatan unggulan yang paling diminati orang Indonesia di luar negeri. Layanan unggulan tersebut adalah Kosmedik, Onkologi, Ortopedi, Perawatan Gigi, Operasi Tulang Belakang, Optalmologi, Operasi Penurunan Berat Badan, dan Kardiologi.
Baca Juga
Advertisement
"Akibat banyaknya orang Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri tersebut, Kementerian Kesehatan RI mencatat bahwa pada 2021, Indonesia menjadi kontributor terbesar untuk kunjungan medis ke luar negeri dengan total pengeluaran mencapai Rp161 triliun dan 80 persennya dilakukan ke Malaysia," terang Rizki Handayani Mustafa selaku Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kemenparekraf lewat pesan pada Liputan6.com, Jumat, 9 Desember 2022.
"Hal ini merupakan economic leakage bagi Indonesia, oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk menahan orang Indonesia agar tetap memilih untuk melakukan pelayanan kesehatan di Indonesia saja," lanjutnya. Dari sisi ketersediaan produk, Indonesia memiliki fasilitas layanan kesehatan (Rumah Sakit/Klinik/Puskesmas/Griya Sehat) yang secara eksisting telah ada, berkembang, dan juga memiliki berbagai layanan unggulan kesehatan maupun Center of Excellent (COE) dengan fasilitas prima dan lengkap.
Selain itu, Indonesia juga dikenal memiliki keberagaman bumi (geodiversity), keberagaman hayati (biodiversity) dan keberagaman etnik (ethno-cultural diversity), serta pengetahuan berbasis kearifan lokal atas keseimbangan tubuh, pikiran, dan jiwa yang telah menjadi tradisi pemeliharaan kesehatan yang holistik dan diwariskan oleh nenek moyang
Antara layanan kesehatan unggulan dengan layanan kesehatan tradisional tentunya dapat saling melengkapi sehingga dapat menjadi solusi komprehensif mulai dari pemeliharaan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan penyakit (curative), dan pemulihan Kesehatan (rehabilitative).
Semenjak pandemi Covid-19 melanda dan border keluar masuk negara kita ditutup, Pemerintah Indonesia semakin sadar bahwa orang-orang Indonesia yang “misstrust” terhadap pelayanan kesehatan khususnya wisata medis di Indonesia menjadi “sangat penting” untuk dapat dilakukan upaya sehingga menjadi kembali percaya dengan pelayanan medis di Indonesia. Beberapa quick win wisata medis yang telah dilakukan oleh Kemenparekraf/Baparekraf RI seperti:
1. Diseminasi informasi yang positif terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia melalui Word of Mouth (WOM).
2. Mendorong terbentuknya badan entitas bisnis kolaborasi pada masing-masing wilayah di Indonesia.
3. Diversifikasi produk Wisata Kesehatan dengan mempertemukan antara Health Provider dengan Tourism Provider agar tercipta ragam paket-paket wisata kesehatan.
4. Menetapkan logo branding “Indonesia Health Tourism” dan melakukan kampanye #SehatdanBugardiRumahSendiri. Logo dan tagar kampanye ini ditujukan untuk digunakan oleh seluruh pemangku kepentingan wisata kesehatan Indonesia, sehingga seruan untuk mengajak seluruh masyarakat Indonesia agar tetap berwisata dan berobat di Indonesia dapat lebih masif tersosialisasi.
KEK Kesehatan Sanur
Selain itu sedang dibangun KEK Kesehatan di Sanur, Bali yang merupakan program KemenBUMN RI yaitu PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau Injourney melalui anak perusahaan, PT Hotel Indonesia Natour (HIN), bekerja sama dengan Indonesia Healthcare Corporation (IHC).
Menurut Rizki, kawasan yang sifatnya sudah lebih terpadu ini akan dikerjasamakan dengan RS Internasional dan diharapkan dapat mengembangkan ekosistem yang mendukung pengalaman pasien yang paripurna, yang dilengkapi dengan adanya fasilitas-fasilitas yang mendukung kenyamanan bagi pasien dan keluarga pasien melalui beberapa Center of Excellence (CoE).
Selaras dengan konsep Pariwisata Kesehatan di Indonesia, baik fasilitas layanan kesehatan Eksisting maupun KEK Kesehatan Sanur diharapkan dapat saling melengkapi dan memberikan pelayanan mulai dari proses awal tindakan sampai dengan pasien sembuh (promotive, preventive, curative, dan rehabilitative).
"Bali dipilih untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan kelas dunia, sekaligus menikmati keindahan alam di Bali sebagai pilihan berwisata," jelas Rizki.
“Untuk diketahui, Bali berpotensi besar menjadi pusat wisata medis di Asia Tenggara. Jadi, pemerintah berharap, KEK Sanur dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, mulai dari menjadi lokasi investasi baru hingga menyerap tenaga kerja,” tambahnya.
Advertisement
Upaya Kemenparekraf
“KEK Kesehatan di Sanur – Bali merupakan pilot project yang diharapkan pembangunanya dapat selesai tahun depan serta bisa menjadi contoh bagi 2 wilayah Hub Wisata Medis (Champion Cities) lainnya, yaitu Jakarta dan Medan,” terang Rizki. Pada Wisata Kebugaran (Wellness Tourism), upaya yang dilakukan oleh Kemenparekraf/Baparekraf RI berdasarkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Wisata Kebugaran (Wellness Tourism) 2022 - 2026, adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan efektivitas kebijakan yang mendukung pengembangan wellness tourism melalui sinergitas dan kolaborasi.
2. Pengembangan destinasi wellness tourism yang memiliki unique selling point.
.3. Penguatan industri pendukung untuk mewujudkan iklim bisnis yang kondusif.
4. Pengembangan kapasitas dan keterampilan masyarakat, pelaku usaha dan industri pendukung wellness tourism.
5. Penguatan branding dan promosi untuk menguatkan posisi Indonesia sebagai destinasi wellness tourism di ASEAN dan global.
Pengembangan wisata kesehatan di Indonesia merupakan pekerjaan besar yang membutuhkan partisipasi aktif dan kontribusi positif seluruh pihak. Rizki mengatakan, kita punya harapan besar agar Indonesia dapat menjadi tuan rumah bagi wisatawan Indonesia/domestik yang membutuhkan layanan kesehatan, sekaligus mendorong Indonesia sebagai destinasi Wisata Kesehatan bagi wisatawan mancanegara.
Menurut pengamat pariwisata sekaligus akademisi, Robert Alexader Moningka. potensi wisata kesehatan termasuk sangat besar di Indonesia. "Khusus buat wellness tourism, pemerintah melihat bahwa begitu besar potensinya sehingga di tahun 2023 dibentuk tim untuk menyusun Rancangan Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI), Rancangan Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (RKKNI), dan Skema Okupasi di bidang Wellness," kata pria yan akrab disapa Bob ini pada Liputan6.com, Jumat, 9 Desember 2022.
Meningkatkan Kualitas Hidup
Bob mengingatkan, Wellness Tourism berbeda dengan wisata kesehatan. "Wellness Tourism befokus peningkatan kualitas mind, bodyand soul. Jadi wisatawan relatif secara fisik dalam kondisi sehat dan ingin meningkatkan kualitas hidupnya. Sedangkan wisata kesehatan lebih kepada pengobatan karena penyakit tertentu," terangnya. Untuk itu, ia pein mendukung pembangunan KEK yang saat ini sedang fokus dikembangkan di Sanur, Bali.
"Menurut saya pencanangan itu bagus. Artinya orang Indonesia tidak perlu lagi ke Singapura, Malaysia, ataupun Tiongkok dan negara-negara lainnya untuk berobat. Bahkan bila kualitasnya setara, tidak kecil kemungkin mereka yang sakit dari luar negeri bisa berobat juga ke Bali. Selain untuk pengobatan, bisa juga menikmati daya tarik wisata yang ada di Bali," jelas Bob.
Ada sejumlah faktor pendukung pengembangan wellness tourism, dimulai dari potensi yang melimpah di Indonesia. Faktor penghambatnya, adalah pemahaman akan wisata wellnes yang masih disamakan dengan wisata kesehatan. "Jadi perlu diperkenalkan serta disosialisasikan kepada masyarakat, jika perlu sejak dunia pendidikan," pungkas. Bob.
Advertisement