Wall Street Tumbang, Indeks Dow Jones Catat Pekan Terburuk Sejak September 2022

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones jatuh 305,02 poin atau 0,9 persen ke posisi 33.476,46.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Des 2022, 07:44 WIB
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan saham Jumat, 9 Desember 2022. Dengan koreksi wall street jelang akhir mendorong rata-rata indeks acuan alami penurunan selama sepekan karena kekhawatiran berlanjut atas kenaikan suku bunga.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones jatuh 305,02 poin atau 0,9 persen ke posisi 33.476,46. Indeks S&P 500 susut 0,73 persen ke posisi 3.934,38. Indeks Nasdaq tergelincir 0,7 persen ke posisi 11.004,62.

Selama sepekan, indeks Dow Jones tumbang 2,77 persen, dan catat mingguan terburuk sejak September 2022. Indeks S&P 500 melemah 3,37 persen, dan indeks Nasdaq turun 3,99 persen.

Pergerakan pada Jumat pekan ini terjadi setelah indeks harga produsen pada November 2022 menunjukkan harga grosir yang lebih tinggi dari perkiraan yang naik 0,3 persen bulan lalu dan 7,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Inflasi inti yang tidak termasuk makanan dan energi juga melampaui harapan.

Data sentimen konsumen yang optimistis meredakan beberapa ketakutan, tetapi perhatian tetap fokus pada kalender ekonomi yang sibuk pekan depan. Perhatian bergeser ke arah indeks harga konsumen yang akan dirilis Selasa pekan ini yang diharapkan menunjukkan apakah inflasi telah mereda.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) diprediksi naikkan suku bunga acuan 50 basis poin (bps) pada akhir Desember 2022. Kenaikan suku bunga lebih kecil tersebut dari empat kenaikan suku bunga sebelumnya tetap mendorong kekhawatiran yang memuncak mengenai apakah bank sentral dapat merancang soft landing dan mencegah resesi.

“Investor telah lama mengharapkan perubahan dari sikap pengetatan agresif the Fed, tetapi data gagal mendukung keinginan itu,” ujar Chief Investment Officer Homrich Berg, Stephanie Lang dikutip dari CNBC,  Sabtu (10/12/2022).

Ia berharap inflasi turun mendekat suku bunga the Fed agar berhenti dongkrak suku bunga. “Masih ada sedikit pekerjaan yang harus dilakukan untuk benar-benar itu melihat sebagai kenyataan,” ujar dia.

Di sisi lain, saham Lululemon jatuh hampir 13 persen setelah perusahaan memberikan prospek kuartal IV 2022 yang lebih lemah dari perkiraan. Sedangkan DocuSign mendapatkan hasil yang kuat.

 


Penutupan Wall Street pada 8 Desember 2022

Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Kamis, 8 Desember 2022. Sementara itu, indeks S&P 500 memecahkan rekor penurunan terpanjang sejak Oktober 2022 dan wall street evaluasi kemungkinan resesi di masa depan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,75 persen ke posisi 3.963,51. Indeks Dow Jones bertambah 183,56 poin atau 0,55 persen ke posisi 33.781,48. Indeks Nasdaq reli 1,13 persen ke posisi 11.082.

Wall street meski menguat pada perdagangan Kamis, 8 Desember 2022, saham sedang alami koreksi. Indeks Dow Jones melemah 1,88 persen. Indeks S&P 500 dan Nasdaq turun masing-masing 2,66 persen dan 3,31 persen.

“Kami mengalami aksi jual yang kuat selama beberapa hari terakhir dan tidak perlu banyak untuk menciptakan dasar-dasar untuk reli sederhana,” ujar LPL Financial Chief Global Strategist, Quincy Krosby seperti dikutip dari CNBC, Jumat (9/12/2022).

Ia merujuk klaim pengangguran terutama klaim yang berlanjut sebagai kemungkinan katalis untuk aksi pasar. Data menunjukkan kenaikan sederhana dalam klaim.

Melanjutkan klaim mencapai level tertinggi sejak Februari, sedikit pergerakan ke arah yang benar bagi ekonomi yang selanjutnya dapat memicu narasi pasar tenaga kerja perlu ditembus agar bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) meredam inflasi.

“Sekali lagi, kami kembali ke berita buruk menjadi kabar baik,” tutur Krosby.

Saham semikonduktor dan teknologi yang mengalami kesulitan selama aksi jual pada 2022 juga naik pada perdagangan Kamis pekan ini. Saham Nvidia dan Amazon masing-masing naik 6,5 persen dan 2,1 persen.

Saham Activision Blizzard jatuh lebih dari dua persen karena FTC menggugat untuk memblokir akuisisi oleh Microsoft. Microsoft setuju belum perusahaan video game tersebut USD 95 per saham pada Januari 2022 meski pasar skeptis dengan kesepakatan tersebut.  Saham GameStop naik 11 persen setelah membukukan laba.

 


Pertemuan The Fed Jadi Fokus Investor

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Perhatian investor tetap fokus pada pertemuan kebijakan the Fed pekan depan. Bank sentral diperkirakan menaikkan suku bunga menaikkan suku bunga 50 basis poin.

Ini adalah peningkatan lebih kecil dari pada empat kenaikan suku bunga sebelumnya, tetapi mungkin tidak banyak membantu mengurangi kekhawatiran resesi karena upaya the Fed menekan harga yang melonjak.

Indeks harga konsumen November 2022 yang rilis pekan depan juga akan memberikan kejelasan lebih lanjut tentang arah inflasi, bersama dengan indeks harga produsen yang dijadwalkan pada Jumat pekan ini.

Sementara itu, menurut Jonathan Krinsky dari BTIG, investor sedang mencari stabilitas setelah pergerakan imbal hasil obligasi baru-baru ini.

“Pasar masih mencoba untuk memutuskan apakah menginginkan suku bunga lebih tinggi dan lebih rendah, tetapi saat ini kemungkinan hanya menginginkan suku bunga yang stabil,” ujar dia.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik 9 basis poin menjadi 3,498 persen. Imbal hasil treasury bertenor dua tahun naik 6 basis poin ke posisi 4,32 persen.

Krinsy menuturkan, saham yang menguat pada perdagangan Kamis pekan ini bukan hal yang aneh, terutama setelah aksi jual baru-baru ini dan menjelang data inflasi.

“Dengan itu, kami akan terkejut jika semuanya berjalan terlalu jauh ke atas, dan berharap 3.985-4.000 untuk membatasi reli lebih lanjut hari ini,” ujar dia.

 


Penutupan Wall Street 7 Desember 2022

Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham, Rabu, 7 Desember 2022. Indeks S&P 500 turun pada hari kelima seiring pelaku pasar mempertimbangkan kemungkinan resesi dan kemungkinan siklus kenaikan suku bunga lebih lama dari perkiraan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 tergelincir 0,19 persen ke posisi 3.933,92. Indeks Dow Jones naik 1,58 poin ke posisi 33.597,92. Indeks Nasdaq melemah 0,51 persen ke posisi 10.958,55.

Imbal hasil obligasi AS juga turun dengan tingkat imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun ke posisi titik terendah 3,402 persen. Saham bergejolak antara keuntungan dan koreksi dengan indeks S&P 500 naik 0,41 persen. Sedangkan pada posisi terendahnya, indeks tersebut melemah 0,47 persen.

"Pasar agak terombang-ambing dan menemukan nafas setelah reli besar dari posisi terendah pada Oktober 2022,” ujar Chief Market Strategist Carson Group, Ryan Detrick seperti dikutip dari CNBC, Kamis (8/12/2022).

Ia berharap pasar melanjutkan tren ini hingga investor menerima lebih banyak kejelasan dari pertemuan kebijakan the Fed pada Desember dan laporan indeks harga konsumen pada November 2022.

Pekan depan, bank sentral AS akan memberikan kenaikan suku bunga 50 basis poin. Sementara, langkah itu akan lebih kecil dibandingkan dengan empat kenaikan suku bunga sebelumnya, kekhawatiran mengenai apakah the Fed dapat merekayasa apa yang disebut soft landing hingga berhasil menekan inflasi.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya