Liputan6.com, Jakarta - CEO Bank Sampah Digital (BSD), Desty Eka Putri Sari mengungkapkan alasan dirinya memutuskan bergabung dengan komunitas Bank Sampah Digital yang berada di kota Cilegon setelah pulang dari Belanda sejak 2015.
Menurutnya, ketika masih di Negeri Kincir Angin tersebut, dia merasa bingung mau buang sampah di mana, karena asal membuang sampah akan berdampak pada lingkungan dan masyarakat sekitar hingga dapat melanggar aturan berlaku di sana sehingga setelah kembali ke Indonesia, bertemu dengan komunitas Bank Sampah Digital pada 2020.
Advertisement
“Saya masuk pada 2020 setelah pulang dari Belanda ketika memutuskan untuk tinggal di pedesaan. Saya merasa bingung buang sampah di mana, buang sampah ke tanah orang lain tak sanggup karena itu bukan tanah saya," kata CEO Bank Sampah Digital, Desty Eka Putri saat ditemui tim Citizen6-Liputan6.com, di Cilegon, Jawa Barat, Jumat (10/12/2022).
Desty merasa tak tega membakar sampah sembarangan karena akan mengganggu lingkungan sekitarnya.
"Entah itu ada lansia sedang sakit maupun bayi yang baru lahir bisa menyebabkan kesesakan. Ini lah alasan saya tertarik bergabung dengan Bank Sampah Digital (peduli lingkungan),” lanjutnya.
Bank Sampah Digital merupakan salah satu lembaga pengelola sampah kering dan juga sosial enterprise serta berkonsep mengelola sampah kering menjadi bahan jadi yang bernilai tinggi.
Lembaga itu berdiri sejak 2020, dan BSD sudah mendampingi 150 titik unit di Serang Raya, mencangkup Kota Cilegon, Kota Serang, dan Kota non Serang. Selain itu, nasabah BSD juga telah mencapai 3549 terdiri dari anak muda hingga lansia.
Ajak Masyarakat Ikut Aktif Kelola Sampah
Desty mengajak masyarakat untuk turut ikut serta secara aktif dalam mengelola sampah dari rumah agar sampah yang berada di hilir, misalnya tempat pembuangan akhir Bantar Gebang tidak menumpuk seperti gunung.
“Bank Sampah Digital mengajak masyarakat turut ikut serta secara aktif mengelola sampah dari rumah untuk mengantisipasi atau meminimalisasi sampah di tingkat hilir,” ujar Desty.
“Jika masyarakat tak di edukasi dan juga tidak diajak ikut sertakan peduli sampah milik mereka sendiri niscaya hilir bakal penuh,” sambungnya.
Advertisement
Tiga Misi
Desty menjelaskan, BSD mempunyai tiga misi dan misi ini tak bisa di cerai beraikan. Misi itu di antaranya pelestarian lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan ekonomi.
“Tiga misi yang terdiri dari pelestarian lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan ekonomi. Kalau berbicara pelestarian lingkungan tanpa pemberdayaan masyarakat maka saya selalu percaya bahwa itu cuma formalitas saja. Tetapi masyarakat di pemberdayaan maka akan tumbuh akses-akses lainnya termasuk sikular dan peningkatan ekonomi,” ungkapnya.
10 Program Bank Sampah Digital
Awalnya BSD hanya memiliki lima program sejak 2020. Seiringnya waktu, CEO mengungkapkan BSD kini punya 10 program. Berikut ini beberapa programnya.
- Titik unit Bank Sampah Digital
- Rumah edukasi
- Sekenitas sampah (jantung penggerak-penggerak sosial sampah)
- Lubung pangan
- BSDMart sebagai wadah atau tempat berjualan masyarakat ketika sampah itu jadi benda jadi sehingga menghasilkan uang
- Bekerja sama dengan kafe wirawise
- Pemodalan bergulir bebas bunga dan riba
- Support pemerintah di sisi peningkatan APBD dan APBN
- Program sampah yang dapat membuka akses-akses lainnya yang menjadi solusi progresif dalam pemberdayaan masyarakat
- Berobat dengan tabungan sampah
Advertisement