Liputan6.com, Payakumbuh - Sekali air bah datang, saat itu pula tepian berubah. Pepatah Minang itu terasa sangat relevan dengan kondisi saat ini. Sejak datangnya apa yang disebut sebagai era digital, banyak hal telah berubah. Dalam soal tata kelola Kota, misalnya.
Masyarakat kota yang makin terdigitalisasi, membutuhkan tata kelola berbasis digital pula, yang serba cepat, efektif, dan efisien. Tak terkecuali kota kecil seperti Payakumbuh, Sumatera Barat.
Advertisement
Sejak tahun 2022 ini Payakumbuh telah mengambil sejumlah langkah menuju Kota Digital. Kota ini adalah salah satu dari 50 Kota/Kabupaten di Indonesia yang masuk dalam program pendampingan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), yaitu Gerakan Menuju Smart City.
Mimpi menuju Smart City itu mendapat dukungan luas, salah satunya dari Ketua DPRD Provinsi Sumbar Supardi. Legislator kelahiran Payakumbuh ini menyatakan bahwa Payakumbuh punya potensi besar menjadi Smart City atau Kota Digital.
Namun, ia menggarisbawahi bahwa salah satu yang perlu disiapkan untuk mewujudkan mimpi itu ialah tersedianya sumber daya manusia yang kompeten, kreatif, serta mampu mengikuti perkembangan teknologi, termasuk tenaga pendidik sebagai salah satu unsur pentingnya.
"Inilah salah satu tujuan diadakannya Bimtek Digitalisasi Bahan Ajar untuk Guru SMK se-Kota Payakumbuh ini," kata Supardi saat diwawancara di Bukittinggi, pada Kamis (8/12/22), bersamaan dengan penutupan Bimtek tersebut.
Pemerintah Kota Payakumbuh telah menyiapkan sejumlah aplikasi daring untuk mengakomodasi beragam kepentingan masyarakat. Mulai dari literasi, ekonomi digital, hingga pelayanan kesehatan.
Supardi menjelaskan lebih jauh bahwa digitalisasi dunia pendidikan adalah kebutuhan vital pada saat ini. Dengan dibekalinya tenaga pendidik dengan keterampilan mengajar berbasis digital, maka diharapkan akan lahir generasi Payakumbuh yang tidak hanya melek teknologi, namun juga berkontribusi bagi pembangunan kota.
Dalam bahasa lain, ia melihat guru sebagai salah satu unsur penting pembangunan kota.
Menurutnya, sebagai kota non-Industri, Payakumbuh bisa berkembang dengan memaksimalkan potensi sumber daya manusianya. Saat ini ia mengamati bahwa Payakumbuh adalah satu sentra ekonomi kreatif berbasis digital di Sumbar. Situasi positif ini menurutnya mesti terus didorong dengan melahirkan lebih banyak lagi generasi muda yang kreatif lewat sistem pendidikan yang selaras dengan era digital.
Visi tersebut sejalan dengan agenda pemerintah. Saat ini, pemerintah terus berbenah untuk menciptakan sistem pendidikan profesional di era society 5.0, dengan guru sebagai kunci utamanya. Dalam sistem tersebut, guru dituntut untuk bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman serta meningkatkan kompetensi terutama di bidang digital.
Bimtek Digitalisasi Bahan Ajar untuk Guru SMK se-Kota Payakumbuh ini merupakan salah satu program Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat dengan dukungan dana Pokir Ketua DPRD Sumbar, Supardi.
Dilangsungkan di Rocky Hotel Bukittingi, dari 10 November hingga 8 Desember 2022, sebanyak 450 guru serta kepala/wakil kepala sekolah SMK se-Kota Payakumbuh yang terbagi dalam 9 angkatan telah dibekali keterampilan terkait digitalisasi bahan ajar. Mereka dimentori oleh beberapa pakar untuk merancang bahan ajar digital, terutama dalam bentuk video.
Sebelumnya, Dinas yang sama juga mengadakan Bimtek serupa. Pada November lalu, ratusan guru SMA yang ada di Payakumbuh juga telah dibekali sejumlah keterampilan terkait pengembangan bahan ajar berbasis digital.
Dua Bimtek tersebut disatukan oleh satu tema besar yaitu Creative Learning in Digital Age dengan tujuan akhir menciptakan Kota-kota Digital di Sumatera Barat.
Dalam konteks digitalisasi dunia pendidikan, dengan beberapa alasan yang telah disinggung di atas, Kota Payakumbuh merupakan pilot project di Sumbar.
Zaman Berubah, Paradigma Kependidikan juga Berubah
Di samping menekankan pentingnya kompetensi guru di bidang digital, perlunya perubahan paradigma kependidikan juga menjadi isu utama dalam dua Bimtek di atas.
Era digital telah membuat media pembelajaran menjadi tersebar dan beragam. Siswa bisa dengan mudah mengakses berbagai situs dan kanal vidio cara memperbaiki gadget, belajar coding, algoritma media, dsb, tanpa harus bergantung penuh pada pendidikan formal. Sekolah kini bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.
"Kadang anak didik lebih pintar daripada kita, pengetahuan dan wawasannya luas," kata Rizky Rahmayeni, salah satu guru SMK peserta Bimtek saat diwawancara (8/12/22).
Lewat Bimtek tersebut, Rahmayeni tidak hanya memiliki keterampilan baru berupa pembuatan bahan ajar digital, namun juga kesadaran bahwa ia mesti lebih menekankan lagi peran sebagai mediator dalam proses pembelajaran.
“Pengetahuan anak didik yang luas itu, harus bisa kita manage, kita kembangkan bersama, kita tidak bisa lagi jadi pendikte,” kata Novry Rezky, guru SMK lainnya.
Seperti dikatakan juga oleh Supardi, “Jangan anggap murid seperti gelas kosong. Mereka sudah mengisinya dengan cara masing-masing. Sekarang tinggal bagaimana memfasilitasi agar ‘isi’ gelas mereka menjelma kebaikan bagi semua.”
Advertisement