Peluang Window Dressing Terbuka, Ini Saham Pilihan Ajaib Sekuritas

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih menuturkan, secara historis dalam tahun 10 terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan di akhir tahun.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Des 2022, 19:16 WIB
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah saham emiten kapitalisasi besar menjadi pilihan pada Desember 2022. Hal itu di tengah sentimen potensi window dressing pada akhir tahun.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih menuturkan, secara historis dalam tahun 10 terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan di akhir tahun khususnya pada Desember dengan probabilitas 100 persen.

“Biasanya saham yang akan mendapatkan euforia window dressing adalah saham dengan kapitalisasi pasar tinggi serta didorong oleh kinerja keuangan yang solid,” tutur dia dalam keterangan tertulis, Sabtu (10/12/2022).

Ia mengatakan, untuk gambaran window dressing pada 2022, sejauh ini Desember IHSG terkoreksi 6 hari beruntun. “Penurunan IHSG salah satunya dipicu oleh terkoreksinya saham GOTO dan perusahaan afiliasi yang memiliki bobot besar di IHSG,” kata dia.

Selain itu, Ratih menambahkan, pergerakan IHSG saat ini juga masih dibayangi oleh kebijakan bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (The Fed). Hal ini tercermin pada capital outflow (jual bersih asing) di pasar reguler mencapai Rp6,6 triliun dalam seminggu terakhir.

“The Fed berpotensi menaikan suku bunga di pekan depan tepatnya pada FOMC 14-15 Desember 2022 yang diproyeksikan meningkat 50 bps. Namun, tidak menutup kemungkinan akan lebih hawkish jika pengumuman inflasi pada minggu yang sama masih tercatat tinggi,” kata dia.

Ratih mengatakan, kekhawatiran akan inflasi yang masih tinggi didorong oleh indikator ekonomi Amerika Serikat pada November, seperti Unemployment Rate sebesar 3,7 persen dan Non Farm Payroll di level 263 ribu (lebih tinggi dari konsensus sebesar 200 ribu) menandakan pasar tenaga kerja masih solid, serta PMI Non-Manufaktur Amerika Serikat yang terakselerasi.

"Jika inflasi dan kebijakan suku bunga The Fed sesuai dengan ekspektasi pasar, maka peluang window dressing di tahun 2022 akan terbuka,” ujar dia.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Saham Pilihan Ajaib Sekuritas

Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham-saham pilihan yang bisa dicermati investor untuk menyambut window dressing di antaranya :

 

1.PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)

(Buy) di area Rp8.450-Rp8.500 dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp8.900 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp8.100.

 

2. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)

(Buy) di area Rp10.000 dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp10.600 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp9.800.

 

3.PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)

(Buy) di area Rp4.350-Rp4.400 dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp4.600 serta pertimbangkan cut loss apabila break support pada area MA-50 nya di level harga Rp4.050.

 

4.PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)

(Buy) di area Rp1.430-Rp1.450 dengan target harga di level Rp1.550 serta pertimbangkan cut loss apabila break support pada area MA-20 nya di level harga Rp1.360.

 

5. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)

(Buy) di area Rp2.050-Rp2.100 dengan target harga pada di level Rp2.300 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp1.940.

 


Menanti Window Dressing 2022

Aktivitas pekerja di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, jelang akhir tahun, pasar modal biasanya akan memasuki musim window dressing. Secara garis besar, window dressing merupakan strategi yang digunakan oleh suatu perusahaan dan manajer investasi untuk menarik investor.

Yakni dengan cara mempercantik laporan atau kinerja keuangan dan portofolio bisnis yang dimilikinya. Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya menyebutkan windows dressing pada 2022 diperkirakan jatuh pada pertengahan Desember. Lebih spesifik, dia menyebutkan window dressing kemungkinan terjadi setelah sentimen saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mereda.

"Masih berpotensi ada window dressing, tapi diperkirakan mulai pertengahan Desember setelah sentimen GOTO mereda,” kata dia kepada Liputan6.com, Jumat (2/12/2022).

Secara fundamental, Cheryl mencermati perekonomian Indonesia relatif kuat dan prospektif. Hal Itu tercermin dari investor asing yang konsisten melakukan akumulasi saham di pasar RI. Mengutip data RTI, sejak awal tahun asing telah melakukan pembelian senilai Rp 1.127,1 triliun atau 16,8 persen dari seluruh transaksi senilai Rp 3.354,4 triliun.

 

 


Peluang 50:50

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Investor asing konsisten akumulasi beli terus. Sentimen pendukungnya karena data-data ekonomi yang baik seperti inflasi yang terus turun, daya beli dan konsumsi rumah tangga kuat serta kasus Covid yang terkendali,” imbuh dia.

Sementara itu, Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, peluang window dressing masih 50:50 pada 2022 meski ada sinyal kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) dalam kebijakan moneternya akan cenderung melambat.

"Namun, dari sisi lain masih merebaknya COVID-19 di Tiongkok menjadi katalis negatif di sisa tahun ini,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Secara teknikal, ia mengatakan pergerakan IHSG masih cenderung sideways dan konsolidasi. “(Ini-red) karena belum mampu break support 6.955 dan resistance di 7.128,” kata Herditya.

Adapun sektor yang dijagokan Cheryl sampai dengan akhir tahun yakni bahan baku, komoditas, bank, konsumen primer. Pilihan sahamnya antara lain TINS, MDKA, BBCA, BBRI, ICBP, UNVR

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya