Liputan6.com, Jakarta Pemerintah memiliki tujuan transformasi sistem kesehatan yang mencakup inovasi teknologi kesehatan.
Sejalan dengan tujuan tersebut, penyedia produk diagnostik Roche memperkenalkan inovasi diagnostik generasi baru kepada pasar Indonesia, khususnya bagi rumah sakit maupun ahli medis.
Advertisement
Hal ini dilakukan guna mendukung layanan kesehatan yang terpusat melalui peningkatan hasil medis pasien yang lebih cepat dan akurat. Salah satu inovasi solusi tersebut adalah cobas® Pure. Ini adalah alat untuk memeriksa sampel darah pasien secara terintegrasi untuk mengetahui diagnosis penyakit yang lebih cepat.
Alat ini dilengkapi fitur otomatisasi canggih yang cocok untuk laboratorium dengan ruang terbatas. Dengan sistem inovatif ini, laboratorium dapat melayani pasien dengan hasil pengujian yang baik, sekaligus memudahkan proses kerja di laboratorium.
“Sebagai langkah nyata dalam mengembangkan standardisasi sistem kerja laboratorium yang lebih cepat dan akurat, cobas® Pure telah berhasil melakukan penyederhanaan proses serta mengurangi waktu praktik untuk tenaga laboratorium sehingga mereka dapat fokus pada aspek lainnya yang juga penting,” ujar Head of Marketing Roche Diagnostics Indonesia Sara Babar dalam Roche Innovation Day, Sabtu (10/12/2022).
Dengan fitur kalibrasi otomatis, alat ini mampu memproses kalibrasi dengan lebih singkat, serta menghemat biaya dan waktu praktik hingga 105 jam setiap tahun.
Sara berharap, alat ini dapat mempermudah ahli medis berkonsentrasi dalam pengidentifikasian suatu penyakit sejak dini dan pencegahan kematian akibat penyakit yang sebetulnya bisa dicegah.
Dalam acara yang sama Marketing Manager CPS Roche Diagnostic Indonesia Johnson mengatakan bahwa alat diagnostik ini sudah sepenuhnya otomatis untuk pemeriksaan kimia klinik dan imunologi.
Pemeriksaan Darah Sebelumnya
Sebelum teknologi ini berkembang, pemeriksaan darah pasien terbilang rumit dan perlu melalui berbagai langkah. Mulai dari pasien datang ke rumah sakit dan mendapat diagnosis sementara dari dokter.
“Biasanya dokter akan mendiagnosis sebelum dia yakin benar penyakit pasiennya apa agar diminta dulu pemeriksaan laboratorium. Nah pemeriksaan laboratorium itu awalnya sampel darah akan diambil oleh perawat atau biasanya kita akan diarahkan ke suatu laboratorium kemudian sampel darah akan diambil di situ,” kata Johnson.
Mulai dari proses pre-analitik, yakni pengambilan dan pengolahan darah menjadi sampel ini dilakukan secara manual. Setelah menjadi sampel, barulah darah ini dianalisis oleh alat.
“Jadi prosesnya memang sangat banyak langkah yang manual dilakukan. Nah, dengan adanya alat yang terintegrasi dan otomatis ini, kita bisa mampu menghilangkan proses-proses manual tersebut.”
Ada berbagai pemeriksaan yang dapat dites dengan alat ini, termasuk diabetes, asam urat, kolesterol. Bisa juga untuk penyakit infeksi seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, dan lain sebagainya.
“Jadi ini mewakili hampir semua penyakit yang ada.”
Advertisement
Peran Penting Diagnostik
Dalam kesempatan yang sama, Director Diagnostics Division,PT Roche Indonesia Ahmed Hassan mengatakan bahwa pandemi COVID-19 telah membuktikan peran penting diagnostik pada industri kesehatan.
“Dan di masa depan, diagnostik akan terus memainkan peran penting untuk membantu efisiensi dalam pelayanan kepada pasien. Untuk itu, kami terus berupaya dalam meningkatkan teknologi dalam berinovasi dalam rangka menjawab tantangan dan kebutuhan klinis dan pasien,” kata Hassan.
Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dante Saksono Harbuwono menyampaikan, sebagian besar kematian yang terjadi di Indonesia merupakan kasus yang dapat dicegah.
“Pada bayi, 96,8 persen dari total kematian disebabkan oleh neonatal disorder,” kata Dante melalui keterangan video dalam acara tersebut.
Pada anak-anak, 76,4 persen kematian juga disebabkan oleh neonatal disorder. Sedangkan, pada remaja kasus kematian kebanyakan (63,9 persen) disebabkan cedera transportasi. Pada dewasa, 72,6 persen kematian disebabkan kanker dan pada lanjut usia (lansia) kematian terbanyak (73,5 persen) disebabkan stroke.
“Dan kematian-kematian tersebut, terutama pada dewasa dan lansia, seperti stroke, kanker, jantung, dan penyakit degeneratif merupakan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dan dapat diturunkan dengan menggunakan inovasi, transformasi riset, dan teknologi.”
Penyebab Kematian Tertinggi
Dante menambahkan, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian tertinggi. Total kematian akibat PTM adalah 834.312 per tahun dengan rincian penyakit sebagai berikut:
- Stroke 331.349
- Penyakit jantung koroner 245.343
- Penyakit jantung hipertensi 50.620
- Kanker 207.000.
“PTM juga berdampak pada pembiayaan kesehatan yang besar, antara lain adalah penyakit jantung. Pemasangan ring yang banyak, operasi jantung terbuka itu menjadi masalah pembiayaan yang menelan biaya kesehatan nasional yang paling tinggi di Indonesia,” ujar Dante.
“Untuk itu, inovasi dalam pelayanan kesehatan dibutuhkan untuk menekan masalah kesehatan,” tambahnya.
Advertisement