Bagaimana Terapi Hewan Bisa Bantu Kondisi Psikologi Pasien Penyintas Kanker?

Seorang pemiliki kucing bercerita bagaimana hewan kesayangannya bisa menyelamatkan hidupnya dari penyakit kanker payudara yang dideritanya.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 15 Des 2022, 04:02 WIB
Cindy Cheng, seorang penyintas kanker bersama kucing kesayangannya. (Dok: Cindy Cheng)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang psikolog penyintas kanker, Cindy Cheng menceritakan kisah bagaimana kucing peliharaannya membuat dirinya merasa diterima, terutama di hari-hari terburuknya. "Saya mencurahkan isi hati saya kepada mereka dan mereka membalas cinta," ujarnya dikutip dari South China Morning Post, Senin (12/12/2022).

Pada Maret tahun lalu, selama pandemi virus corona, Cindy Cheng didiagnosis menderita kanker payudara stadium 2B. Dia menghadapi depresi saat merenungkan apa yang akan terjadi di masa depan. Selama 12 bulan berikutnya, Cheng menjalani kemoterapi, operasi untuk mengangkat benjolan di payudara kirinya dan terapi target, serupa dengan kemoterapi tetapi kurang invasif.

Selama ini, dia khawatir tentang bagaimana perawatan kanker akan mempengaruhi dirinya dan apakah kondisinya akan memburuk. "Saya tahu kanker itu bisa diobati, tapi saya masih takut dengan apa yang akan terjadi pada saya," kata dosen paruh waktu dan guru bahasa Inggris, yang tinggal di distrik Tuen Mun Hong Kong itu.

Dia juga menghadapi masalah pribadi dan mengalami masalah dengan perusahaan asuransinya, membuatnya frustrasi serta marah. Terlepas dari keadaan emosionalnya yang rapuh, dia mengatakan pada dirinya sendiri untuk tetap kuat saat melewati masa-masa sulit.

"Saya mendapat dukungan dari suami, keluarga, teman, dan pembantu rumah tangga saya, tetapi saya juga mendapat penghiburan dari keempat kucing saya Yeung Yeung, yang baru saja meninggal, Cha Cha yang kini berusia 15 tahun, Sun Sun, yang berusia 11 tahun, dan Gay masih aktif kini berusia lima tahun," paparnya. 

Cheng tidak tahu bagaimana dia bisa bertahan tanpa kucing-kucingnya. Mereka tidak hanya memberinya kekuatan untuk mengalahkan penyakitnya, tapi juga memotivasi dia untuk berjuang sembuh. "Rasa sakit setelah kemoterapi tak tertahankan, saya memiliki lebih dari 30 bisul di mulut dan persendian saya sakit. Saya juga.. merasa lemas, lelah dan mual. Melalui itu semua, kucing saya selalu ada," cerita Cheng.

"Memegang, mencium, dan memeluk mereka menenangkan saraf saya, mengurangi stres saya, dan meredakan rasa sakit fisik saya," sebutnya.


Bukti Ilmiah Terapi Hewan

ilustrasi dokter/Photo by rawpixel.com from Pexels

Ketika rambut Cheng rontok selama kemoterapi, ia menangis karena selalu suka memiliki rambut panjang tapi kucingnya tidak peduli seperti apa penampilannya. Suatu kali, setelah sesi kemoterapi Cheng sangat kesakitan sehingga berharap hidupnya berakhir saat itu juga. Tapi Yeung Yeung sepertinya merasakan perasaannya dan mulai mengeong.

"Ketika saya memeluknya, air mata mulai mengalir di pipi dan saya merasa jauh lebih tenang. Saya kemudian bersumpah untuk tidak pernah menyerah pada diri saya sendiri dan untuk terus berjuang, tidak peduli betapa sulitnya situasi saya."

Kini, Cheng merasa bertanggung jawab untuk tetap hidup demi kucingnya, terutama Yeung Yeung, yang juga didiagnosis menderita kanker pada waktu yang hampir bersamaan dengannya. "Saya tahu saya harus ada di sekitar untuk memberinya makan dan memberikan obatnya," katanya.

Di sisi lain, ada bukti bahwa hewan peliharaan atau hewan pendamping dapat membantu selama penyakit serius atau kronis. Sebuah studi besar di Swedia, yang diterbitkan pada 2019 dalam jurnal Circulation: Cardiovascular Quality and Outcomes, menemukan bahwa kepemilikan anjing dikaitkan dengan hasil yang lebih baik setelah kejadian kardiovaskular utama.

Para peneliti menyatakan bahwa kepemilikan anjing memberi pasien dukungan sosial dan motivasi untuk aktivitas fisik. Sebuah penelitian kecil di Kanada, yang diterbitkan pada 2018 di jurnal Ilmu Sosial, menyimpulkan bahwa berpelukan dengan hewan peliharaan dapat membantu orang dengan nyeri kronis untuk tidur lebih nyenyak dan membangun rutinitas tidur yang lebih sehat. 

 


Dari Sisi Psikologis

Ilustrasi Penyakit Kanker Credit: pexels,com/Tom

Terapi hewan telah terbukti sangat bermanfaat bagi pasien kanker. Sebuah studi 2015, yang diterbitkan dalam Journal of Community and Supportive Oncology, mengikuti pasien yang dikunjungi oleh anjing terapi saat menerima perawatan kemoterapi dan radiasi untuk kanker gastrointestinal atau kanker kepala dan leher. Para peneliti melaporkan bahwa kunjungan ini meningkatkan kualitas hidup pasien dan "memanusiakan" perawatan mereka.

Studi lain pada 2015 dari Kanada, yang diterbitkan dalam jurnal Integrative Cancer Therapies, menetapkan bahwa terapi hewan peliharaan dapat membantu meredakan stres dan kecemasan pasien kanker payudara dan "mempromosikan peningkatan komunikasi dengan profesional kesehatan".

"Orang yang didiagnosis dengan penyakit serius mungkin mengalami banyak sekali emosi, seperti kesedihan, keterkejutan, kecemasan, kemarahan, frustrasi, dan rasa kehilangan," kata Dr Joyce Chao, seorang psikolog klinis di Dimensions Center di Hong Kong.

Kebanyakan bergumul dengan menerima diagnosis dan melewati masa penyangkalan, banyak juga yang akan merasa tertekan. Suasana hati tentunya memengaruhi hubungan antarpribadi mereka dan mungkin juga merasa sulit untuk berada dalam situasi sosial.

"Semua ini dapat memengaruhi kualitas hidup mereka. Tentu saja, tidak semua orang yang didiagnosis dengan penyakit serius atau penyakit mematikan bereaksi dengan cara yang sama, tergantung pada kepribadian dan pandangan individu," jelas Chao. 


Pengakuan Pasien

Kucing warna oranye cenderung dikaitkan pada perilaku ramah (dok. Pexels/Pixabay/Brigitta Bellion)

Chao menambahkan, hewan peliharaan dapat membantu pasien yang sakit parah atau terminal merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri, memberi mereka tujuan, menghibur mereka, dan membuat mereka merasa hidup mereka lebih bermakna terlepas dari apa yang mereka alami.

"Hewan tidak menghakimi, dan beberapa, seperti anjing, cukup peka terhadap emosi pemiliknya," sebutnya.

Beberapa pasien merasa lebih mudah untuk berbagi perasaan mereka dengan hewan peliharaan daripada ke anggota keluarga atau pengasuh. Membawa hewan peliharaan membuat pemiliknya keluar rumah dan olahraga dikenal sebagai penguat suasana hati dan baik untuk kesehatan fisik dan sistem kekebalan seseorang.

Selain itu, orang yang sakit parah mungkin tidak ingin berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain. Tetapi jika pasien memiliki seekor anjing, mereka mendapat kesempatan untuk berbicara dengan pemilik anjing lain saat mereka berjalan-jalan dengan hewan peliharaannya.

"Umumnya, kepemilikan hewan peliharaan memiliki efek moderat pada siapa saja yang mengalami masa sulit dan stres secara emosional," tukasnya lagi.

Cheng sekarang dalam masa pengobatan kanker terakhirnya. Dia mengambil suplemen untuk memperkuat sistem kekebalan tubuhnya dan menemui seorang praktisi pengobatan tradisional Tiongkok untuk perawatan herbal dan untuk membantu agar tetap sehat. 

Infografis 4 Tips Pakai Hand Sanitizer untuk Jaga Kebersihan Tangan Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya