Liputan6.com, Jakarta- Setelah bertahun-tahun melakukan penelitian ekstensif, bersamaan dengan bukti arkeologi baru dan penelitian DNA, Christos A. Djonis mengungkapkan bahwa teori Plato tentang Atlantis berdasar pada latar prasejarah.
Meskipun sebagian besar orang setuju dengan hipotesis Santorini, tetapi, ada beberapa kelemahan yang membuktikan hipotesis tersebut hanyalah mempertahankan cerit sebagai mitos dan menguatkan teori Plato tentang keberadaan Atlantis.
Advertisement
Melalui bukunya, Djonis mendasarkan bukti-bukti keberadaan Atlantis mengikuti kronologi sejarah sejak 9600 SM.
Hasilnya, mengutip Greek Reporter, Minggu (11/12/2022), semua kronologi adalah kunci untuk memecahkan teka-teki Atlantis yang hingga kini masih dipertanyakan.
Ia melakukan penelitiannya selama 6 tahun dan membawa kita pada sebuah konklusi keberadaan Atlantis yang memang benar terletak 400 kaki di bawah lautan.
Berbagai studi oseanografi menunjukkan bahwa lautan dan Mediterania saat itu lebih rendah 400 kaki dan pulau Atlantis yang hilang berada di sana.
Seraya dengan Santorini adalah pulau yang potensial dari Atlantis, maka daerah sekitar Laut Aegea menjadi tempat potensial Atlantis berada.
Kepulauan potensial lain terletak di Cyclades yang pernah dihubungan oleh dataran tinggi yang kini terletak 400 kaki di bawah air (the Cyclades Plateau) dan the Cyclades. The Cyclades yang kita kenal hari ini adalah puncak gunung seluas 5.283 km yang mencakup pulau prasejarah.
Teknologi Geospasial Pesisir dan Kelautan pernah menunjukan bahwa hilangnya Atlantis mungkin tidak disebabkan oleh alasan tektonik atau alasan penenggelaman tiba-tiba. Tapi, karena alasan eustatik atau transgresi laut.
Banjir dan Kenaikan Permukaan Laut
Teori Gesopasial tersebut sejalan dengan apa yang ditunjukan Plato bahwa akhir dari Atlantis adalah pada waktu setelah serangkaian gempa bumi dan banjir yang berkepanjangan datang.
Mengikuti deskripsi Plato tentang akhir peradaban, ia mengungkapkan seolah-olah gempa bumi yang kuat dan banjir yang sering terjadi (terkait dengan naiknya lautan) mulai memakan korban di pulau itu selama beberapa dekade.
Pada akhir Zaman Es terakhir, sekitar 8.000 SM, tepat sebelum banjir Laut Hitam dan permukaan laut mulai naik semakin drastis, permukaan air laut di Mediterania tiba-tiba naik cukup tinggi untuk membanjiri lembah-lembah dan dataran yang lebih rendah dari Atlantis.
Plato juga dalam teorinya menyebut bahwa kenaikan permukaan laut adalah banjir yang dapat merenggut sebuah pulau. Pulau tersebut kemudian tidak dapat dilewati dan tidak dapat ditembus.
Plato menggambarkan peristiwa tersebut sebagai kekuatan alam yang membuat penurunan permukaan pulau.
Advertisement
Studi DNA Terbaru
Studi DNA baru-baru ini yang dilakukan oleh Universitas Washington menyimpulkan bahwa seiring permukaan laut di Mediterania mulai naik, beberapa orang bermigrasi ke pulau Kreta dan memulai kehidupan sebagai peradaban Minoan.
Sementara, yang lainnya bermigrasi ke Peloponnese di dekatnya yang kemudian mengidentitaskan dirinya sebagai bangsa Myceneans.
Mereka yang tertinggal di puncak gunung pulau prasejarah (sekarang pulau-pulau kecil) akhirnya berkumpul kembali dan sekarang dikenal sebagai peradaban Aegean.
Seperti yang kita ketahui, tentu saja, bangsa Minoa pada akhirnya merebut kembali Santorini dan pulau-pulau Aegea, dan saat ini sebagian besar sejarawan beranggapan bahwa peradaban Aegea dan Minoa adalah satu dan sama.
Studi DNA menunjukkan bahwa Minoa dan Mycenean memiliki kesamaan dalam seni, arsitektur, adat istiadat dan tradisi karena hubungan keturunan.
Studi DNA terbaru juga menunjukkan bahwa orang-orang yang muncul di Mediterania beberapa saat setelah letusan gunung berapi Santorini pada 1646 SM sebenarnya adalah leluhur Minoa.
Studi
Dari semua analisis di atas, Plato mendasarkan ceritanya pada latar yang nyata. Kesimpulannya, Plato mendasarkan ceritanya tentang Atlantis pada latar nyata dan peradaban prasejarah yang dikenal oleh Yunani Kuno.
Plato mendasarkan teorinya pada orang Minoa yang merupakan keturunan dari orang-orang Atlantis. Plato mendeteksi kehidupan mereka pada 9.600 SM yang akhir peradabannya pada 1.500 SM.
Ia menggambarkan pulau dari Dataran Tinggi Cyclades sebagai Atlantis yang berada di dekat Mediterania. Plato juga menggunakan kronologi waktu yang lebih lambat yaitu pada era Minoan untuk menggambarkan orang-orang Atlantis.
Di juga dengan tept melaporkan kontribusi genetik dari orang yang menyeberangi Atlantik melalui Island-hopping. Hal tersebut menunjukkan bagaimana gen Mediterania ini berhasil melakukan perjalanan pulau demi pulau dan menetapkan dirinya di sekitar Great Lakes lebih dari 12.000 tahun yang lalu.
Studi DNA ini juga mengkonfirmasi teori Plato bahwa peradaban Mediterania kuno mencapai Amerika Utara selama kronologi waktu yang diberikan Plato.
Advertisement