Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap 1-2 perusahaan startup dari binaan IDX Incubator dapat mencatatkan saham perdana pada 2023.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menuturkan, program inkubasi IPO yang diselenggarakan bursa melalui IDX Incubator merupakan komitmen bursa mempersiapkan perusahaan dalam rangka IPO terutama untuk perusahaan dengan aset skala kecil dan menengah.
Advertisement
Program inkubasi terdiri dari pendalaman materi mengenai peraturan-peraturan baik peraturan IPO dan peraturan pencatatan. Selain itu juga terdapat pendalaman materi terkait persiapan perusahaan dari sisi legal dan akuntansi, struktur penawaran umum dan lain sebagainya yang berkenaan dengan persiapan proses IPO.
"Adapun IDX Incubator ini diharapkan untuk menjadi pool dari perusahaan-perusahaan yang akan IPO," tutur dia seperti dikutip Minggu (11/12/2022).
Ia mengatakan, IPO merupakan strategic decision sehingga untuk IPO dari perusahaan-perusahaan tersebut tidak dapat dipastikan.
"Sedangkan target IPO setiap tahun, kami mempertimbangkan secara holistik termasuk kondisi ekonomi, optimisme dari lembaga profesi penunjang serta pencapaian target tahun sebelumnya," kata dia.
Ia menjelaskan, proses inkubasi IPO yang dilakukan fokus pada persiapan IPO yang mencakup pengetahuan dalam pemakaian dana dan kepatuhannya setelah mendapatkan dana IPO termasuk konsekuensi menjadi perusahaan yang mencatatkan efek di bursa.
Inkubator BEI
"Bursa secara rutin mengedukasi hal-hal yang perlu diperhatikan setelah menjadi Perusahaan Tercatat, dan ini diberikan tidak hanya kepada perusahaan yang sebelumnya menjadi binaan IDX Incubator," ujar dia.
Adapun saat program IDX incubator telah membina 65 perusahaan yang ikuti program tersebut. "Perusahaan yang dibina oleh IDX Incubator merupakan perusahaan yang berencana untuk IPO dalam jangka waktu 2-3 tahun khususnya bagi perusahaan dengan aset skala kecil dan menengah sesuai dengan kriteria POJK 53," kata dia.
Ia menambahkan, selain itu, perusahaan-perusahaan ini juga sudah harus mempunyai pendapatan dari bisnis inti (core business) dan sudah berbadan hukum.
Untuk kurikulum, Nyoman mengatakan, kurikulum program road to IPO dari IDX incubator kurang lebih dilaksanakan dalam satu tahun. "Namun, dalam perjalanannya perusahaan dapat mengikuti program kami sampai dengan perusahaan berhasil IPO," kata dia.
Advertisement
Investor Domestik Kuasai Pasar Modal Indonesia
Sebelumnya, Investor pasar modal masih menunjukan pertumbuhan yang menggembirakan pada 2022. Hingga 23 November 2022, PT Kustordian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat jumlah investor di pasar modal mencapai 10,1 juta SID.
“Sampai dengan 23 November 2022, investor pasar modal tumbuh 35 persen menjadi 10.115.140 SID dari posisi akhir tahun lalu sebanyak 7.489.337 SID,” ungkap Direktur Utama KSEI, Uriep Budhi Prasetyo, Sabtu (26/11/2022).
Rinciannya, untuk investor saham atau C-best sebanyak 4.374.271 juta, naik 26,73 peesen dibandingkan Desember 2021 sebanyak 3.451.513 investor. Jumlah investor reksa dana 9.412.891, naik 37,61 persen dari 6.840.234 investor pada Desember 2021. Sementara investor surat berharga negara 817.226, naik 33,72 persen dari 611.143 pada Desember 2021.
“Yang menarik di sini 99,63 persen itu investor individu. Investor lokal juga sudah mendominasi 99,66 persen dari total SID,” imbuh Uriep.
Adapun investor domestik pada saham mendominasi sebesar 99,56 persen, investor reksa dana 99,88 persen dan investor SBN mendominasi 97,54 persen.
Dari sisi demografinya, investor di pasar modal berusia di bawah 30 tahun mendominasi sebesar 58,79 persen. Disusul investor udia di atas 30 tahun dampai dengan 40 tahun sebesar 22,41 persen. Investor usia 41-50 10,82 persen, usia 51-60 2,51 persen dan sisanya 2,77 persen merupakan investor usia di atas 60 tahun.
Investor Pasar Modal Tembus 10 Juta SID
Sebelumnya, jumlah investor pasar modal Indonesia masih melanjutkan pertumbuhan yang menggembirakan. PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat investor di pasar modal Indonesia telah tembus 10 juta investor.
Berdasarkan data KSEI pada 3 November 2022, jumlah investor pasar modal yang mengacu pada Single Investor Identification (SID) telah mencapai 10.000.628. Jumlah tersebut didominasi oleh investor lokal dengan komposisi jumlah investor lokal sebesar 99,78 persen.
“Selain menandakan bahwa investor lokal semakin percaya dan sadar pentingnya investasi pasar modal, dominasi investor lokal diharapkan dapat memberikan ketahanan bagi pasar modal Indonesia apabila diterpa isu global,” kata Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo dalam keterangan resmi, Senin (21/11/2022).
Jumlah investor pasar modal telah meningkat 33,53 persen dari 7.489.337 di akhir tahun 2021 menjadi 10.000.628 pada 3 November 2022. Tren peningkatan tersebut telah terlihat sejak 2019 ketika investor masih berjumlah 2.484.354. Implementasi simplifikasi pembukaan rekening efek, memberikan dampak cukup besar bagi peningkatan jumlah investor pasar modal terlebih di masa andemic COVID-19.
“Hal itu terlihat dari peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2020-2021, dengan pertumbuhan lebih dari 100 persen. Peningkatan jumlah investor sejak 2019 hingga 2021 merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia,” imbuh Uriep.
Industri reksa dana sebagai penyumbang jumlah investor terbesar di pasar modal memperlihatkan tren peningkatan signifikan yaitu 36,04 persen menjadi 9,3 juta investor. Dari jumlah tersebut, sekitar 80 persen merupakan investor dari selling agent financial technology (fintech), yang 99,9 persennya merupakan investor individu lokal.
Investor retail juga mendominasi transaksi subscription dan redemption yang mencapai lebih dari 80 persen. Reksa dana pasar uang merupakan reksa dana dengan jumlah investor terbanyak yaitu sebesar 2,47 juta, diikuti oleh reksa dana pendapatan tetap dengan jumlah investor sebesar 934 ribu.
Advertisement