Liputan6.com, Yogyakarta: Warga Jlagran dan Gandekan Lor, Yogyakarta, baru-baru ini, mengeluh tak dapat lagi menggunakan air sumur mereka untuk kebutuhan rumah tangga. Betapa tidak, air sumur milik mereka nampak hitam, berminyak, dan berbau solar. Mereka menduga limbah solar Stasiun Tugu Yogyakarta yang tak tertampung dengan baik menjadi penyebab.
Kini, setelah tak dapat menggunakan air sumur lagi, mereka menutup sumur dengan kayu atau jaring kawat. Warga setempat mengaku pencemaran tersebut sudah berlangsung sejak beberapa pekan terakhir. Sementara untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari, mereka harus berjalan lebih dari setengah kilometer.
Menanggapi hal itu, PT Kereta Api Indonesia membenarkan bahwa ada kebocoran tangki solar berkapasitas 35.000 liter pada lima tahun silam. Meski kebocoran telah diperbaiki, PT KAI mengakui ada sejumlah besar solar yang merembes ke dalam tanah. Dengan munculnya keluhan warga di sekitar Stasiun Tugu, PT KAI berjanji melakukan survei dan berdialog dengan penduduk setempat.(ANS/Wiwiek Susilo)
Kini, setelah tak dapat menggunakan air sumur lagi, mereka menutup sumur dengan kayu atau jaring kawat. Warga setempat mengaku pencemaran tersebut sudah berlangsung sejak beberapa pekan terakhir. Sementara untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari, mereka harus berjalan lebih dari setengah kilometer.
Menanggapi hal itu, PT Kereta Api Indonesia membenarkan bahwa ada kebocoran tangki solar berkapasitas 35.000 liter pada lima tahun silam. Meski kebocoran telah diperbaiki, PT KAI mengakui ada sejumlah besar solar yang merembes ke dalam tanah. Dengan munculnya keluhan warga di sekitar Stasiun Tugu, PT KAI berjanji melakukan survei dan berdialog dengan penduduk setempat.(ANS/Wiwiek Susilo)