Liputan6.com, Jakarta Holy Spider terinspirasi dari kisah nyata tragedi pembunuhan 16 PSK jalanan di Mashhad, kota yang dianggap suci, di Iran, dan menggemparkan dunia pada tahun 2000 dan 2001.
Dalam film Holy Spider, pelakunya pria taat agama yang merasa punya kewajiban “membantu” Tuhan untuk membersihkan kota suci dari wanita-wanita yang dianggap (maaf) rusak moral.
Modusnya pun terbilang nyentrik. Tersangka berpura-pura jadi pria hidung belang lalu mengajak PSK yang ditarget ke sebuah tempat. Ketika hendak “main,” PSK itu dicekik sampai mati.
Baca Juga
Resensi Film The Curse of Rosalie: Trailer dan Poster Bernuansa Horor, Isinya Malah Petualangan Fantasi
Resensi Film The Fabelmans: Surat Cinta Steven Spielberg untuk Gambar Bergerak, Terasa Tulus dan Personal
Resensi Film Triangle of Sadness: Granat Meledak di Kapal Pesiar, Nasib Penyintas Tergantung Petugas Kebersihan
Advertisement
Di tangan sutradara Ali Abbasi, Holy Spider menjadi drama kriminal dengan ketegangan konsisten menanjak. Penampilan Zar Amir Ebrahimi mengunci perhatian penonton. Berikut resensi film Holy Spider.
Simpul Ganda
Adalah Somayeh (Ariane Naziri) orangtua tunggal yang mesti membesarkan seorang putri. Impitan ekonomi memaksanya menjadi PSK jalanan. Suatu malam, seorang pria yang kemudian diketahui bernama Saeed (Mehdi Bajestani) memesannya.
Tiba di apartemen, Somayeh merasa ada yang janggal. Ia lantas membatalkan transaksi. Apes, Saeed bergerak cepat membanting tubuh Somayeh lalu mencekiknya hingga tewas. “Jangan aku mohon, aku punya seorang anak,” pintanya sebelum meninggal.
Mayat Somayeh ditemukan terbungkus kain hitam. Jilbab membentuk simpul ganda melilit lehernya. Insiden ini menarik perhatian jurnalis perempuan Rahimi (Zar Amir Ebrahimi) untuk menginvestigasi dibantu Sharifi (Arash Ashtiani).
Advertisement
Sampai Muntah
Penyelidikan tak mudah lantaran polisi Rostami (Sina Parvaneh) hingga ulama enggan bersikap terbuka. Saeed sendiri punya istri Fatima (Forouzan Jamshidnejad), anak laki-laki, Ali (Mesbah Taleb) plus dua anak perempuan.
Rumah tangga “sempurna” tak membuatnya sehat secara mental dan terobsesi berjihad dengan membantai PSK. Suatu malam, Rahimi bertemu Soghra (Ariane Naziri) yang muntah di toilet restoran. Ia curiga Soghra PSK jalanan dan berencana mengorek informasi darinya.
Beberapa hari kemudian, Rahimi dikabari ada mayat di pinggir jalan. Rahimi mendatangi TKP dan syok mendapati jasad itu adalah Soghra. Saking syok, Rahimi muntah-muntah di lapangan. Ia lantas menyusun rencana nekat karena jumlah PSK yang tewas mencapai 16.
Dibenturkan Keadaan
Tanpa lelembut dan adegan bersimbah darah, Holy Spider menghadirkan ketegangan lewat penokohan yang kokoh. Ada jurnalis dengan latar belakang kelam main kucing-kucingan dengan pria yang sebenarnya berlatar baik-baik saja.
Kontradiksi latar belakang dan gender yang sengaja dibenturkan membuat Holy Spider terasa intens sekaligus mencekam. Ali Abbasi yang bertindak sebagai produser, sutradara, dan penulis naskah tahu betul harus diapakan cerita pembunuh berantai ini.
Dibuka kronologi kejadian dalang pembantaian bersama korban yang disajikan tidak terlalu detail, alur kemudian mengajak penonton merunut kepingan-kepingan puzzle hingga membentuk wajah seorang pembunuh.
Advertisement
Detail Yang Hilang
Ali Abbasi memperlihatkan detail yang hilang di awal dengan memanfaatkan TKP dan korban lain. Dengan begitu, penonton bisa menarik benang merah terkait karakteristik korban, cara membunuh, dan motivasi pelaku yang selalu menelepon redaksi koran setelah beraksi.
Ini tak akan jadi drama kriminal menarik jika pemeran utamanya bermain buruk. Zar Amir Ebrahimi memberikan performa terbaik dengan sikap keras, prinsip, hingga latar keluarga yang tidak harmonis. Bukan tipe jurnalis ideal namun dapat diandalkan dalam situasi krisis.
Saeed di tangan Mehdi Bajestani menjadi monster berwujud family man. Caranya memperlakukan istri dan anak membuat penonton tak terima bahwa kepala keluarga sekalem ini dalang di balik tragedi kaum hawa. Di sinilah sumbu ledak film ini.
Bukan Thriller Bunuh-bunuhan
Holy Spider bukan thriller bunuh-bunuhan dengan babak akhir berisi ritual menyingkap pelaku. Di babak awal, identitas pelaku terpampang nyata. Itu sebabnya kami percaya diri menuliskannya di resensi ini.
Seni film ini, bagaimana keluarga korban mendapat keadilan. Pasalnya, kasus besar macam ini rawan dipolitisasi dengan bungkus agama dan atas nama iman. Butuh perjuangan panjang bagi perempuan untuk mendapatkan hak setara.
Ini “sesimpel” Rahimi tak bisa menginap di hotel hanya karena dia perempuan, belum nikah, dan sendirian. Izin menginap baru didapat setelah ia mengeluarkan senjata pamungkas (baca: kartu pers). Itu pun masih ada syarat dan ketentuan yang berlaku. Rahimi diminta menutupi rambutnya.
Advertisement
Sebuah Pengingat
Ia menolak dengan berujar, “Urus saja urusan lo sendiri!” Atas performanya yang konsisten, dan meyakinkan, Zar Amir Ebrahimi diganjar piala Aktris Terbaik di Festival Film Cannes 2022. Holy Spider film bagus dan penting. Ia cermin perjuangan, konflik dan pergolakan sosial.
Di atas semua itu, Holy Spider adalah pengingat betapa di era milenium, masih ada zona-zona hitam yang menempatkan perempuan sebagai makhluk kelas dua. Ironisnya, hambatan perempuan dalam meraih kesetaraan justru datang dari sesama kaum hawa. Dan sistem sosial.
Catatan: Film ini tidak tayang di bioskop. Anda bisa menyaksikannya secara legal lewat platform KlikFilm.
Pemain: Mehdi Bajestani, Zar Amir Ebrahimi, Arash Ashtiani, Forouzan Jamshidnejad, Alice Rahimi, Mesbah Talebm
Produser: Sol Bondy, Jacob Jarek, Ali Abbasi
Sutradar: Ali Abbasi
Penulis: Ali Abbasi, Afshin Kamran Bahrami
Produksi: Profil Pictures, One Two Films
Durasi: 177 menit