Liputan6.com, Jakarta - Dahsyatnya hari kiamat dikisahkan dalam berbagai riwayat. Al-Qur'an juga menggambarkan dahsyatnya kiamat dalam berbagai surah.
Salah satunya dalam surah Az-Zalzalah. Surah Az-Zalzalah adalah surat ke-99 dalam Al-Qur'an. Surat ini terdiri atas 8 ayat dan tergolong pada surat Madaniyah. Surat ini diturunkan setelah surah An-Nisa'.
Nama Surah Az-Zalzalah diambil dari kata Zilzaal yang berarti 'guncangan' dan terdapat pada ayat pertama surat ini. Surah ini menggambarkan dahsyatnya kiamat.
Dalam skala kecil, ayat 1-5 Az-Zalzalah juga menggambarkan bencana alam, berupa gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Baca Juga
Advertisement
Berikut adalah lafal surah Az-Zalzalah ayat 1-5, beserta arti dan tafsirnya dari laman Kemenag, quran.kemenag.go.id/surah/99.
اِذَا زُلْزِلَتِ الْاَرْضُ زِلْزَالَهَاۙ ١
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat,
Tafsir Wajiz
Banyak kejadian dahsyat yang terjadi di bumi ketika kiamat tiba. Apabila bumi diguncangkan oleh malaikat atas perintah Allah dengan guncangan yang dahsyat setelah Israfil meniupkan sangkakala pertama,
Tafsir Tahlili
(1) Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan bahwa bumi bergeletar dan berguncang sedahsyat-dahsyatnya, sebagaimana diterangkan firman Allah dalam ayat lain: يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْۚ اِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيْمٌ ١ Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu; sungguh, guncangan (hari) Kiamat itu adalah suatu (kejadian) yang sangat besar. (al-¦ajj/22: 1) اِذَا رُجَّتِ الْاَرْضُ رَجًّاۙ ٤ Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya.
(al-W±qiah/56: 4).;Keterangan ini menunjukkan tentang dahsyatnya keadaan ketika itu. Hal itu dimaksudkan untuk menarik perhatian orang-orang kafir agar memikirkan dan merenungkannya. Seakan-akan dikatakan kepada mereka bahwa apabila bumi sebagai benda padat bisa bergeletar dengan dahsyat pada hari itu, maka mengapa mereka sendiri tidak mau sadar dari kelalaian dengan meninggalkan kekafirannya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Surah Az-Zalzalah Ayat 2-3
وَاَخْرَجَتِ الْاَرْضُ اَثْقَالَهَاۙ ٢
bumi mengeluarkan isi perutnya,
Tafsir Wajiz
dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandung-nya, baik kekno_ayatan yang ada di dalamnya atau mno_ayatt-mno_ayatt yang terkubur,
Tafsir Tahlili
(2) Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa pada hari terjadi kegun-cangan itu, karena dahsyatnya, bumi menghamburkan isi perutnya yang terpendam berupa logam, harta simpanan, dan mayat-mayat dari kubur. Dalam ayat lain, Allah berfirman: وَاِذَا الْاَرْضُ مُدَّتْۙ ٣ وَاَلْقَتْ مَا فِيْهَا وَتَخَلَّتْۙ ٤ Dan apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong. (al-Insyiq±q/84: 3-4);Contohnya, sebagaimana terjadi dengan letusan gunung Krakatau pada tahun 1883, gempa dan tsunami di Aceh pada tahun 2004, lumpur panas di Sidoarjo Jawa Timur sejak tahun 2006, dan lain-lain yang begitu dahsyat sehingga mengeluarkan lava dan isi perut bumi. Guncangan pada hari kiamat jauh lebih dahsyat lagi.
وَقَالَ الْاِنْسَانُ مَا لَهَاۚ ٣
dan manusia bertanya, “Apa yang terjadi dengannya (bumi)?”
Tafsir Wajiz
dan pada saat itu manusia bertanya dengan penuh kekalutan dan ketakutan, “Apa yang terjadi pada bumi ini? Mengapa bumi berguncang sedemikian dahsyat dan mengeluarkan apa saja yang dikandungnya? Apakah ini hari kiamat?”
Tafsir Tahlili
(3) Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan bahwa orang-orang yang mengalami dan menyaksikan kejadian yang dahsyat dan membuat terperanjat orang-orang yang melihatnya, berkata, “Apa gerangan yang terjadi pada bumi. Ini belum pernah terjadi sebelumnya?” Dalam ayat lain, Allah berfirman: وَتَرَى النَّاسَ سُكٰرٰى وَمَا هُمْ بِسُكٰرٰى Dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk. (al-¦ajj/22: 2).
Advertisement
Surah Az-Zalzalah Ayat 4-5
يَوْمَىِٕذٍ تُحَدِّثُ اَخْبَارَهَاۙ ٤
Pada hari itu (bumi) menyampaikan berita (tentang apa yang diperbuat manusia di atasnya)
Tafsir Wajiz
Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya kepada manusia, mengapa bumi berguncang dan mengeluarkan semua kandungannya. Pada hari itu pula bumi bersaksi kepada Allah dengan rinci apa saja yang telah manusia lakukan di atasnya: kebajikan atau keburukan, besar atau kecil.
Tafsir Tahlili
(4-5) Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa ketika terjadinya keguncangan yang dahsyat itu, saat bumi bergetar dan mengalami kehancuran serta kerusakan, seakan-akan ia menjelaskan kepada manusia bahwa kejadian yang belum pernah terjadi ini tidak menurut ketentuan yang berlaku bagi alam semesta dalam keadaan biasa. Allah menjelaskan bahwa sebab terjadinya keguncangan tersebut adalah atas perintah-Nya semata.
Ketika bumi diperintahkan hancur, maka bumi akan hancur luluh. Pada dasarnya ayat 1-5 di atas berkenaan dengan hari kiamat. Namun dari skala lebih kecil ayat-ayat tersebut dapat ditafsirkan dengan proses geologi terjadinya gempa, yang sudah barang tentu besarannya jauh lebih kecil dibanding kejadian kiamat kelak. Seperti telah dijelaskan sebelumnya menurut kajian ilmiah bahwa lempengan-lempengan kulit bumi bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Pada tempat-tempat saling bertemu, pertemuan lempengan ini menimbulkan gempa bumi.
Sebagai contoh adalah Indonesia yang merupakan tempat pertemuan tiga lempeng: Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia. Bila dua lempeng bertemu, maka terjadi tekanan (beban) yang terus menerus, dan bila lempengan tidak tahan lagi menahan tekanan (beban) tersebut, maka lepaslah beban yang telah terkumpul ratusan tahun itu, dan dikeluarkan dalam bentuk gempa bumi.
Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Beban berat yang dikeluarkan dalam bentuk gempa bumi, merupakan satu proses geologi yang berjalan bertahun-tahun. Begitu seterusnya, setiap selesai beban dilepaskan, kembali proses pengumpulan beban terjadi. Proses geologi atau berita geologi ini dapat direkam baik secara alami maupun dengan menggunakan peralatan geofisika ataupun geodesi (lihat juga an-Naml/27: 88, a¯-°µr/52: 6). Telaah tentang gempa bumi dapat dilihat pula pada Surah an-Naba'/78: 17-20.
بِاَنَّ رَبَّكَ اَوْحٰى لَهَاۗ ٥
karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya.
Tafsir Wajiz
Bumi menyampaikan kepada manusia apa yang terjadi padanya dan bersaksi di hadapan Allah tentang apa saja yang manusia lakukan di atasnya karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan padanya untuk berbuat demikian.
Tafsir Tahlili
(4-5) Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa ketika terjadinya keguncangan yang dahsyat itu, saat bumi bergetar dan mengalami kehancuran serta kerusakan, seakan-akan ia menjelaskan kepada manusia bahwa kejadian yang belum pernah terjadi ini tidak menurut ketentuan yang berlaku bagi alam semesta dalam keadaan biasa. Allah menjelaskan bahwa sebab terjadinya keguncangan tersebut adalah atas perintah-Nya semata. Ketika bumi diperintahkan hancur, maka bumi akan hancur luluh.
Pada dasarnya ayat 1-5 di atas berkenaan dengan hari kiamat. Namun dari skala lebih kecil ayat-ayat tersebut dapat ditafsirkan dengan proses geologi terjadinya gempa, yang sudah barang tentu besarannya jauh lebih kecil dibanding kejadian kiamat kelak. Seperti telah dijelaskan sebelumnya menurut kajian ilmiah bahwa lempengan-lempengan kulit bumi bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Pada tempat-tempat saling bertemu, pertemuan lempengan ini menimbulkan gempa bumi.
Sebagai contoh adalah Indonesia yang merupakan tempat pertemuan tiga lempeng: Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia. Bila dua lempeng bertemu, maka terjadi tekanan (beban) yang terus menerus, dan bila lempengan tidak tahan lagi menahan tekanan (beban) tersebut, maka lepaslah beban yang telah terkumpul ratusan tahun itu, dan dikeluarkan dalam bentuk gempa bumi.
Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Beban berat yang dikeluarkan dalam bentuk gempa bumi, merupakan satu proses geologi yang berjalan bertahun-tahun. Begitu seterusnya, setiap selesai beban dilepaskan, kembali proses pengumpulan beban terjadi. Proses geologi atau berita geologi ini dapat direkam baik secara alami maupun dengan menggunakan peralatan geofisika ataupun geodesi (lihat juga an-Naml/27: 88, a¯-°µr/52: 6). Telaah tentang gempa bumi dapat dilihat pula pada Surah an-Naba'/78: 17-20.
Tim Rembulan