Liputan6.com, Jakarta Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) berharap adanya evaluasi terhadap program deradikalisasi pasca kejadian bom Astana Anyar, Bandung, beberapa waktu lalu.
"Pelaku merupakan napiter aksi bom panci di Cicendo Bandung 2017 lalu, artınya ada sesuatu yang salah dan perlu dievaluasi dari program deradikalisasi hingga pengawasan deteksi dini," kata Koordinator Bidang DPP KNPI, Rasminto dalam keterangannya, Senin (12/12/2022).
Baca Juga
Advertisement
Karena itu, pihaknya menyayangkan masih ada kejadian terorisme berupa bom bunuih diri, terlebih dalam kondisi masih dibayangi pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi.
"Aksi terorisme ini dapat berdampak luar biasa negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di tengah situasi resesi global dan bangkit dari pandemi Covid-19. Selain itu, upaya Presiden Joko Widodo beserta Para Menteri Kabinetnya dalam menumbukan kepercayaan internasional dalam iklim investasi bisa sia-sia karena kejadian aksi bom bunuh diri tersebut," klaim Rasminto.
Dia berharap, tak ada lagi peristiwa serupa. Pihaknya berencana akan melakukan diskusi untuk memberikan masukan kepada stakeholder terkait hal ini.
"Sehingga akan menjadi rumusan formulasi kebijakan yang dapat jadi bahan masukan berharga bagi Kapolri dan Presiden Joko Widodo," kata Rasminto.
Penjelasan BNPT
Sebelumnya, Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris, juga menepis pihaknya kebobolan dengan aksi mantan napiter tersebut. Menurut dia, pelaku Agus tak mau dibina pihaknya alias enggan mengikuti programnya.
"Tidak mau dideradikalisasi. Program deradikalisasi bukan paksaan," kata dia kepada Liputan6.com, Kamis (8/12/2022).
Dirinya mengklaim, bahwa pihaknya selalu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program yang dijalankan pihaknya, meski tak ada paksaan.
"Semua program yang dilaksanakan selalu ada monitoring dan evaluasi. Monitoring evaluasi bersama biro perencanaan memantau pelaksanaan giat yang telah dilaksanakan terkait sasaran, strategi, capaian, kinerja, dan lain-lain," ungkap Irfan.
Bahkan, dia mengungkapkan, pihaknya tak diam saja jika ada napiter yang memang tak mau ikut program deradikalisasi ramuan BNPT tersebut.
"Semua napi dan mantan napi dalam semua level terus diupayakan dengan berbagai pendekatan agar mereka dapat mengikuti program deradikalisasi sebagai proses menuju kehidupan moderat," kata Irfan.
Advertisement