Liputan6.com, Jakarta - Meski masih dalam kondisi pandemi Covid-19, Pemerintah Kabupaten Trenggalek terus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan warga melalui program-program unggulan. Salah satu program yang menjadi andalan Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin adalah Gerakan Tengok Bawah Masalah Kemiskinan atau Gertak.
Program ini bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan di Kabupaten Trenggalek. Arifin berharap, program Gertak dapat menekan angka kemiskinan di Trenggalek meskipun bukan program baru. Program Gertak ini fokus dengan gerakan yang disebut 3 sedekah.
Advertisement
Pertama, sedekah informasi. Jadi jika melihat seseorang yang membutuhkan bantuan bisa langsung dilaporkan ke posko-posko Gertak, untuk ditindaklanjuti.
"Jadi tolong kalau ada warga yang miskin yang belum menerima bantuan itu bisa datang ke pos pelayanan kita," katanya saat Arifin saat berkunjung ke SCTV Tower, Senayan, Senin (12/12/2022).
Kedua, sedekah partisipasi. Dia mengajak semua pihak untuk terjun langsung menuntaskan masalah kemiskinan. Salah satunya dengan membentuk pasukan pink, relawan yang bekerja secara sukarela. Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan pihak lainnya seperti Ansor dan Muhammadiyah.
"Semuanya saling membantu kalau ada rumahnya yang jelek kita rehab bareng-bareng, kalau belum ada sanitasi yang bagus kita kerjakan bareng-bareng," ungkapnya.
Ketiga, sedekah rezeki. Arifin menjelaskan jika memiliki rezeki lebih, silahkan bantu saudara-saudaranya yang membutuhkan. Bisa dengan memberikan modal usaha sampai jaminan hidup.
"Karena enggak semua orang miskin masih produktif ada yang memang butuhnya bisa mendapatkan jaminan hidup yang layak mulai dari gizi, kesehatan termasuk yang belum terdata BPJS, BPJS-nya kita bayarin dulu. Sampai kemudian kita usulkan ke data terpadu yang ada di pusat, sehingga mereka bisa mendapatkan kartu KIS," Bupati Trenggalek ini melanjutkan.
Bagi yang ingin melapor, bisa mengakses Gertak ini melalui website, bisa langsung datang ke lokasi atau lewat hotline. Bisa juga dengan mengirim pesan ke Instagram @poskogertak. Nantinya, semua pengaduan akan dicek untuk memastikan apakah layak untuk dibantu atau tidak.
Mengatasi Kemiskinan
Arifin mengakui tingkat kemiskinan di Trenggalek cukup tinggi, pernah mencapai 14-15 persen, bahkan, di saat Covid-19 melanda, tingkat kemiskinan di Trenggalek terus meningkat. Namun, dengan adanya program penuntasan kemiskinan, salah satunya Gertak, laju angka kemiskinan bisa ditekan.
"Waktu covid kedua digit dan sekarang turun dua digit lagi jadi cukup baik meskipun garis kemiskinan naik karena ada inflasi, harga kenaikan komoditas jadi sebenarnya garis kemiskinannya semakin naik, tapi jumlah penduduk miskinnya semakin turun. Ini artinya kesejahteraan masyarakat juga mulai meningkat," jelasnya.
Arifin mengatakan di Trenggalek tingkat kemiskinan ekstrem hanya di sekitaran 1,8 persen dari 10 persen. Itu artinya masyarakat Trenggalek, banyak masyarakat yang hidup di sekitar garis kemiskinan.
"Tapi yang benar-benar miskin banget hanya 1,8 persen yang orangnya mungkin hanya sekitar 11 ribuan jiwa dan itu yang akan diintervensi secara keroyokan. Kalau mereka masih produktif nanti apa yang akan dikerjakan baik dari pertanian kemudian dari pesisir perikanan nanti kita kerjakan bareng-bareng," ujarnya.
Selain dengan program Gertak untuk mengurangi masalah kemiskinan, yang menjadi fokus Arifin lainnya yakni, menggerakan perekonomian melalui pariwisata desa wisata. Bahkan, pada 2024, dia menargetkan membangun 100 desa wisata di Trenggalek karena saat banyak turis yang lebih memilih liburan ke desa untuk mendapatkan ketenangan jiwa.
"Pariwisata kenapa kita dorong, karena pariwisata itu yang paling banyak kasih multiplier effect. Satu desa wisata yang berhasil biasanya minimum meng-create 108 kerja, 100 lapangan kerja baru di desa itu minimal baik dari sisi kuliner, handicraft, bahkan sektor hulu yang awalnya dulu itu mereka menanam untuk tidak dijual tapi karena ada wisata di situ hasilnya bisa jadi penghasilan," ujarnya.
Saat ini terdapat 10 desa wisata yang benar-benar siap dari 30 desa wisata yang ada. "Kalau yang 30 itu jualan tapi masih struggling tapi yang benar-benar konsisten ada backpacker dari mancanegara, hampir setiap minggu ada yang outbound, hampir setiap hari ada yang datang mungkin itu ada 10," katanya.
Desa wisata ini juga bertujuan mengajak warga untuk melestarikan sungai dan lahan hijau. Ketika lingkungan sudah terjaga, maka alam akan mendatangkan manfaat bagi warga.
"Ketika sudah bersih sudah asri, ketika dijual menjadi desa wisata lebih mudah dibandingkan desa-desa wisata yang enggak pernah concern sama lingkungan dan kalau concern sama lingkungan mereka meng-preserve culture-nya juga kemudian budaya-budaya lokal menjadi muncul. Kuliner-kuliner lokal muncul dan akhirnya itu bisa menjadi paket," katanya.
Sumber: Merdeka.com
Reporter: Raynaldo Ghiffari Lubabah
Advertisement