Liputan6.com, Beijing - Pemerintah Republik Rakyat China menyiapkan lebih banyak fasilitas perawatan intensif untuk menghadapi lonjakan kasus COVID-19. Persiapan ini diambil setelah pemerintah melonggarkan aturan zero-COVID yang kontroversial.
Dilaporkan CNBC, Selasa (13/12/2022), pekan lalu pemerintah China telah mengadakan pertemuan untuk "mobilisasi penuh" kepada rumah sakit, serta meminta agar staf memastikan efektif dalam beroperasional. Pemerintah juga menambah persediaan obat-obatan.
Baca Juga
Advertisement
Para pejabat diberi pesan agar memantau kesehatan warga berusia 65 tahun ke atas.
Provinsi Shaanxi telah menyiapkan 22 ribu kasus rumah sakit untuk COVID-19 dan kapasitas perawatan intensif ditambah 20 persen.
Beijing masih terus melaksanakan tes COVID-19. Masih belum jelas berapa pertambahan kasus, namun berbagai wawancara dan netizen menyebut ada penularan di tempat-tempat bisnis dan sekolah. Sejumlah restoran juga harus tutup.
Salah satu lokasi tes virus di Beijing bahkan tutup karena semua pegawainya terinfeksi.
Secara resmi, angka penularan dilaporkan menurun, namun testing sudah tidak mencakup banyak area karena tes wajib dihentikan di berbagai tempat. Perubahan ini menunjukkan China mulai mengikuti Amerika Serikat dan negara-negara lain yang mengakhiri berbagai pembatasan dan mencoba hidup bersama COVID-19.
Pada hari Minggu (11/12), pemerintah melaporkan 10.815 kasus baru di China, termasuk 8.477 kasus tanpa gejala. Jumlah itu turun dari pekan sebelumnya yang mencapai 40 ribu kasus. Selain itu, Angka 10 ribu kasus terkini hanya mewakili orang-orang yang dites setelah masuk rumah sakit atau saat bekerja di sekolah dan lokasi risiko tinggi lainnya.
Update COVID-19 12 Desember 2022: Kasus Baru Tambah 1.225
Kasus baru COVID-19 di Indonesia hari ini, Senin, 12 Desember 2022 mengalami penambahan 1.225. Tambahan hari ini membuat sudah ada 6.700.015 kasus COVID-19 selama lebih dari 2,5 tahun pandemi melanda.
Bila merujuk data Kementerian Kesehatan hingga pukul 12.00 WIB, penambahan kasus COVID-19 hari ini, DKI Jakarta menyumbangkan kasus terbanyak yakni 438. Provinsi tetangga yakni Jawa Barat menambahkan 290 sebagai terbanyak kedua.
Kasus aktif saat ini ada 37.155. Mereka tengah menjalani isolasi mandiri dan ada juga yang berad di rumah sakit karena sakit COVID-19.
Kasus sembuh hari ini dua kali lipat lebih banyak dari kasus baru COVID-19. Tercatat ada 3.848 orang sembuh dari infeksi virus SARS-CoV-2. Total sudah ada 6.502.605 kasus kesembuhan selama pandemi mendera.
Meski terjadi penurunan kasus baru COVID-19, jumlah rang yang eninggal masih di angka puluhan. Tercatat hari ini ada 31 orang meninggal akibat COVID-10. Sehingga sudah ada 160.255 orang meninggal karena SARS-CoV-2.
Advertisement
Capaian Vaksinasi
Indonesia memiliki target sasaran vaksinasi COVID-10 sebesnar 234,6 juta. Vaksinasi pertama hingga hari ini, 12 Desember 2022 sudah mencapai 203,8 juta orang. Sisanya teurs digenjot demi meningkatkan imunitas terhadap COVID-19.
Berikut rincian penambahan vaksinasi hari ini:
Vaksinasi 1
Tambah 6.031, Akumulasi 203.833.159
Vaksinasi 2
Tambah 10.064, Akumulasi 174.449.231
Vaksinasi 3
Tambah 16.959, Akumulasi 67.522.970
Vaksinasi 4
Tambah 1.377, Akumulasi 1.018.280
Dokter Reisa Ingatkan Lansia yang Hendak Booster Kedua COVID-19 Harus Dalam Kondisi Sehat
Vaksinasi COVID-19 booster kedua sudah mulai diberikan pada masyarakat umum sejak November 2022. Namun, sementara ini vaksin booster kedua khusus diberikan pada warga lanjut usia (lansia). Untuk mendapat vaksinasi penguat itu, lansia harus dalam kondisi sehat.
"Baiknya memang ketika hendak dilakukan vaksinasi, apa pun vaksinasinya, kita dalam kondisi yang sehat, begitu pula dengan lansia. Jadi, pastikan dulu bahwa kondisi kesehatannya memang bisa untuk menerima vaksin booster," ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 dr Reisa Broto Asmoro dalam Tanya Jawab Seputar Vaksinasi Booster Kedua Lansia yang diikuti secara daring, Senin, 12 Desember 2022.
Individu usia 60 tahun ke atas yang telah memenuhi syarat mendapat booster kedua disarankan untuk memeriksakan kesehatannya terlebih dahulu. Demikian pula dengan lansia yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes melitus.
"Sebelum mendaftar vaksinasi, kalau e-ticketnya sudah keluar bisa konsul dulu ke dokter pribadinya," kata Reisa.
Reisa menjelaskan, jika kondisi penyakit penyerta atau komorbid yang dimiliki lansia dalam kondisi terkontrol, maka lansia biasanya direkomendasikan untuk mendapat vaksin COVID-19 booster kedua.
"Nah, kalau seperti itu, dokternya pasti akan memberi rekomendasi, boleh dilakukan vaksinasi," ujarnya.
Anggota keluarga yang mendampingi bisa meminta surat keterangan pada dokter mengenai kondisi lansia yang akan menjalani vaksinasi COVID-19 agar merasa aman dan nyaman.
Advertisement