6 Fakta Menarik Malta, Negara dengan Ibu Kota Terkecil di Eropa

Malta adalah negara pulau yang terletak di tengah Laut Mediterania, ibu kotanya Valletta merupakan yang terkecil di Eropa.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 14 Des 2022, 08:30 WIB
Bendera Malta (AFP PHOTO)

Liputan6.com, Jakarta - Malta adalah negara pulau yang terletak di tengah Laut Mediterania. Negara ini terdiri dari lima pulau, Malta merupakan yang terbesar, Gozo, Comino, dan pulau tak berpenghuni Kemmunett (Comminotto) serta Filfla yang terletak sekitar 58 mil (93 km) selatan Sisilia. 

Pulau-pulau Malta didominasi oleh formasi batu gamping dan sebagian besar garis pantainya terdiri dari tebing batugamping yang curam atau vertikal yang diinjak oleh teluk, ceruk, dan teluk kecil. Negara ini hanya memiliki wilayah sebesar 316 km2 dengan jumlah penduduk sekitar 450 ribu jiwa, membuatnya menjadi salah satu negara terkecil di dunia dengan penduduk yang paling padat.

Mengutip dari Britannica, Rabu (14/12/2022), Malta mempunyai satu bahasa nasional yaitu bahasa Malta dan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi. Malta berbatasan dengan Libya di sebelah utara sekitar 180 mil (290 km) dan di sisi timur dengan Tunisia sekitar 180 mil (290 km), sementara di ujung timur bagian terbatas Laut Mediterania yang memisahkan Italia dari pantai Afrika. 

Ibu kota negara Malta adalah Valletta, dengan luas daerah sekitar 0,8 km2, ini merupakan ibu kota terkecil di Uni Eropa. Masih banyak hal tentang Malta, berikut 6 fakta menarik Malta yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber pada Rabu, (14/12/2022). 

1. Sistem Pemerintahan

Malta adalah sebuah negara Republik dengan sistem parlementer dan administrasi publiknya mirip dengan sistem Westminster. Negara ini memiliki jumlah pemilih tertinggi kedua di dunia dan tertinggi untuk negara-negara tanpa pemungutan suara wajib, berdasarkan jumlah pemilih dalam pemilihan majelis rendah nasional sejak 1960--1995.

Parlemen unikameral terdiri dari Presiden Malta dan Dewan Perwakilan Rakyat. Presiden Malta, menempati posisi yang sebagian besar bersifat seremonial, ditunjuk untuk masa jabatan lima tahun oleh resolusi Dewan Perwakilan Rakyat. Presiden Republik saat ini adalah George Vella, yang diangkat pada 2019 usai dicalonkan oleh Partai Buruh dan Partai Nasionalis sebagai oposisi.

 


2. Sejarah

Malta/dok. Alexander

Malta telah dihuni sekitar 5900 SM, sejak kedatangan pemukim dari pulau Sisilia. Sebuah budaya Neolitikum prasejarah di Malta ditandai dengan struktur Megalitik yang berasal dari 3600 SM, yakni terdapat di pulau-pulau dengan bukti keberadaan kuil Bugibba, Mnajdra, Ġgantija, dan lainnya.

Orang Fenisia menjajah Malta antara 800 dan 700 SM yang membawa bahasa dan budaya Semit. Mereka menggunakan pulau-pulau sebagai pos terdepan untuk memperluas eksplorasi laut dan perdagangan di Mediterania sampai penerus mereka, Kartago, digulingkan Romawi pada 216 SM dengan bantuan penduduk Malta.

Malta jatuh di bawah kekuasaan Bizantium dan pulau-pulau tersebut kemudian diserbu oleh Aghlabid pada 870 M. Nasib penduduk setelah invasi Arab pun menjadi tidak jelas tetapi tampaknya pulau-pulau telah dihuni kembali pada awal milenium kedua pemukim dari Sisilia yang dikuasai Arab yang bicara bahasa Siculo-Arab.

Jauh setelah itu Prancis di bawah Napoleon menguasai pulau-pulau Malta pada 1798. Malta kemudian merdeka pada 21 September 1964. Di bawah konstitusi 1964, Malta awalnya mempertahankan Elizabeth II sebagai ratu dengan gubernur jenderal menjalankan otoritas atas namanya. 

 


3. Pernah Jadi Bagian Afrika

Ilustrasi Malta (dok.unsplash/ Hasmik Ghazaryan Olson)

Ibu kota Malta diketahui merupakan salah satu kota Eropa pertama yang direncanakan dalam pembangunannya di Eropa. Valletta, sebagai ibu kota Malta, diyakini telah dipetakan pada 1564. Pada saat itu, negara diperintah oleh Knights of St John.

Sebelum kedatangan para ksatria, daerah itu hanyalah sebuah daratan gersang dengan sebuah menara pengawas kecil bernama St. Elmo. Para Ksatria merencanakan kota itu untuk tempat perlindungan untuk merawat tentara dan peziarah yang terluka selama Perang Salib di abad ke-16. Valletta juga menjadi salah satu ibukota terkecil yang ada di Eropa.

Sekitar 17 ribu tahun yang lalu, Malta membentuk bagian dari punggungan bawah laut yang menghubungkan Afrika Utara dan Sisilia (Spanyol), tetapi saat ini semua itu sudah tenggelam di dalam air. Di negara ini, para arkeolog menemukan sisa-sisa hewan asli Eropa dan Afrika Utara, termasuk gajah dan kuda nil.

4. Terkenal dengan Lebah Madunya

Orang Yunani kuno menamakan pulau itu Μελίτη (Melitē) yang artinya 'madu manis', mungkin karena Malta memproduksi madu unik dari sebuah jenis lebah unik yang tinggal di pulau itu. Lebah itu bernama apis mellifera ruttneri, adalah subspesies dari lebah madu barat.

Orang Romawi kemudian memanggil pulau Malta dengan nama Melita. Adapun lebah jenis ini berwarna relatif hitam. Lebah beradaptasi dengan baik untuk suhu tinggi dan musim panas yang kering dan musim dingin yang sejuk.

Koloni berkembang biak sepanjang tahun dan dengan respons yang baik terhadap musim di pulau-pulau tersebut. Ini adalah subspesies yang sangat defensif terhadap tawon, tikus dan kumbang dan bisa sangat agresif.

 


5. Pariwisata

Desa Popeye ternyata berada di Malta, Eropa Selatan. Di desa ini terdapat rumah dengan cat yang berwarna-warni. (Foto: Odditycentral)

Malta terkenal sebagai tujuan pariwisata populer khususnya bagi orang Eropa, dengan iklim yang hangat, monumen bersejarah dan arsitektur. Beberapa monumen terkenal seperti tiga Situs Warisan Dunia UNESCO antara lain Valletta dan tujuh kuil megalitik, beberapa di antaranya adalah struktur tegak bebas tertua di dunia

Valetta, tidak lain merupakan ibu kota negara itu sendiri. Hal pertama yang membuat Valetta wajib dikunjungi yaitu benteng kokoh yang mengelilingi kota. Dibangun sejak abad ke-16, benteng tersebut masih berfungsi sebagaimana mestinya walaupun pernah mengalami revitalisasi.

Keunikan lain yang dimiliki Valetta yakni konsep bahan bangunan yang terdiri dari batu karang dengan warna kekuningan. Sebanyak 80 persen bangunan di kota tersebut masih orisinal dan terus berupaya dipertahakankan. Di sini, pelancong juga bisa mengunjungi dua pelabuhan besar Malta yaitu Grand Harbour dan Marxamsell Harbour, serta Katedral Saint John.

Tepatnya di Pulau Gozo, ada sebuah desa dengan bangunan yang didominasi oleh material kayu dan dicat warna-warni. Letaknya di pinggir pantai, cocok dengan slogan ‘Popeye Si Pelaut’. Di sini, wisatawan bisa menumpangi perahu menyusuri laut, menjajal permainan trampolin air, sunbathing di dek kapal, hingga menikmati kuliner dan wine khas desa tersebut.

6. Kuliner

Pulpetti tal-makku adalah hidangan ikan tradisional yang berasal dari Malta dan sangat populer selama musim panas. Hidangan ini terdiri dari gorengan ikan teri dan biasanya dibuat dengan kombinasi ikan teri, telur, jus lemon, peterseli, mint, garam, bawang merah, dan bawang putih.

Ikan teri dibumbui dengan garam dan merica, kemudian dicampur dengan telur kocok, mint, peterseli, dan tumis bawang bombay dan bawang putih. Campuran tersebut digoreng dengan minyak zaitun di kedua sisinya, kemudian disajikan selagi masih panas, sering kali dengan perasan jus lemon segar.

Ful bit-tewm adalah sup tradisional yang berasal dari Malta. Rebusan biasanya dibuat dengan kombinasi kacang panjang, bawang putih, cuka, minyak zaitun, peterseli, garam, dan merica. Bahan-bahannya cukup direbus dalam panci dan direbus sampai kacang matang sepenuhnya dan airnya benar-benar berkurang.

Rebusan kacang ini biasanya disajikan panas, namun bisa juga dinikmati dingin atau dengan suhu ruangan keesokan harinya. Direkomendasikan untuk menyajikan hidangan dengan roti Malta, minyak, dan tomat di sampingnya.

 

Infografis Destinasi Wisata Berkelanjutan di Indonesia dan Dunia (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya