Catat, Tarif KRL Jabodetabek Tak Naik hingga Akhir 2022

Peningkatan tarif operasional KRL Jabodetabek selalu terjadi akibat inflasi yang menyebabkan terjadinya peningkatan komponen-komponen biaya yang dibutuhkan.

oleh Arief Rahman H diperbarui 13 Des 2022, 16:34 WIB
Sejumlah penumpang naik kereta rel listrik (KRL) di Stasiun Manggarai, Jakarta, Kamis (19/5/2022). Penambahan kapasitas penumpang KRL menjadi 80 persen dibuat menyesuaikan aturan terbaru Surat Edaran (SE) Kementerian Perhubungan Nomor 57 Tahun 2022 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang dalam Negeri dengan Transportasi Perkeretaapian pada Masa Pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memastikan tarif KRL Jabodetabek tidak akan naik hingga akhir tahun ini. Hingga saat ini, Kemenhub masih mengkaji besaran tarif tersebut.

Hal ini disampaikan Plt Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Risal Wasal. Risal memastikan Kemenhub masih mengkaji besaran tarif agar tidak memberatkan masyarakat pengguna KRL Jabodetabek.

“Semoga tahun depan akan ada kabar baik mengenai tarif KRL ini,” ujar Risal dalam keterangannya, Selasa (13/12/2022).

Risal menjelaskan kajian tentang penetapan tarif tersebut memang memperhatikan tingkat kemampuan dan kemauan masyarakat untuk membayar tarif KRL. Sekaligus menimbang beban operasional KRL dan kebutuhan subsidi Public Service Obligation (PSO) yang akan dianggarkan.

“Peningkatan tarif operasional KRL Jabodetabek selalu dan pasti terjadi setiap tahunnya, sehingga membuat beban PSO terus meningkat untuk menstabilkan tarif KRL ini,” ujarnya.

Risal memaparkan, peningkatan tarif operasional KRL Jabodetabek selalu terjadi akibat inflasi yang menyebabkan terjadinya peningkatan komponen-komponen biaya yang dibutuhkan. Hal ini menyebabkan subsidi PSO terus bertambah dan menjadi kontraproduktif terhadap upaya pembangunan yang masih terus berlangsung.

Menurut Risal, besaran anggaran yang dialokasikan ini akan lebih produktif jika disalurkan untuk pembangunan prasarana dan peningkatan pelayanan perkeretaapian di seluruh Indonesia.

“Tarif KRL hari ini adalah hasil hitung-hitungan pada tahun 2015, tentu sudah tidak relevan dengan hitungan hari ini. Namun kami memahami bahwa ekonomi masyarakat sangat terdampak dengan adanya pandemi, sehingga kajian lebih lanjut masih kami lakukan untuk menimbang penyesuaian tarif ini,” bebernya.

 


MRT Jakarta Mau Caplok KCI

Kepadatan calon penumpang kereta Commuter Line (KRL) di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Rabu (12/1/2022). Kementerian Kesehatan memprediksi penyebaran kasus COVID-19 varian Omicron di Indonesia akan terus terjadi hingga mencapai puncaknya pada Februari 2022. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyinggung soal rencana akuisisi PT Kereta Cepat Indonesia (KCI) oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, melalui MRT Jakarta.

Menurut dia, rencana tersebut perlu ditinjau ulang lebih matang. Pasalnya, ia tak ingin tarif KRL (Kereta Rel Listrik) naik bila ikut terintegrasi dalam program tarif JakLingko milik Pemprov DKI.

"Semuanya harus diitung, harus digabungkan. Sekarang kembali, begitu digabungkan nanti tarif keretanya naik, mau enggak? Ya itu kan poinnya," ujar Erick Thohir, dikutip Minggu (30/10/2022).

Untuk diketahui, Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah meluncurkan tarif integrasi JakLingko dengan nilai maksimal Rp 10.000 pada Jumat, 7 Oktober 2022.

Tarif integrasi JakLingko berlaku untuk penggunaan lebih dari satu transportasi publik, seperti Transjakarta, kereta MRT Jakarta, dan kereta LRT Jakarta. KRL Jabodetabek yang dikelola PT KCI pun tengah dibidik untuk termasuk di dalamnya.

 


Ganggu Daya Beli

Calon penumpang menaiki bus Transjakarta di Halte Plaza Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Kamis (2/6/2022). Untuk mengantisipasi penumpukan penumpang di Stasiun Manggarai akibat rute baru KRL, PT Transjakarta melakukan penyesuaian layanan serta menambah 32 armada yang beroperasi untuk melayani tiga rute yang tersedia. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Lebih lanjut, Erick menilai, kenaikan tarif KRL Jabodetabek bisa turut mengganggu daya beli masyarakat, utamanya para pengguna transportasi publik. Terlebih kondisi perekonomian global saat ini sedang tidak baik-baik saja.

"Kan dunia ini kan supply chain-nya lagi seperti ini. Kita enggak bisa semua main memaksakan daya beli masyarakat," tegas Erick.

"Inget loh, pertumbuhan ekonomi kita kan mayoritas dari domestic consumption. Kalau kita terus tekan daya belinya, enggak ada, bahaya dong. Nah, itu yang mesti dihitung," ungkapnya.

 


Tak Naik Meski Fasilitas Meningkat

Sejumlah penumpang naik kereta rel listrik (KRL) di Stasiun Manggarai, Jakarta, Kamis (19/5/2022). Penambahan kapasitas penumpang KRL menjadi 80 persen dibuat menyesuaikan aturan terbaru Surat Edaran (SE) Kementerian Perhubungan Nomor 57 Tahun 2022 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang dalam Negeri dengan Transportasi Perkeretaapian pada Masa Pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) memastikan tarif kereta rel listrik (KRL) belum alami kenaikan. Meski, diketahui Kementerian Perhubungan akan melakukan pembenahan di Stasiun Manggarai.

Sejumlah kemudahan diklaim akan bisa dinikmati oleh pengguna KRL. Baik yang transit maupun tidak transit di Stasiun Manggarai. Di samping itu, pembangunan double-double track juga akan meningkatkan headway tiap kereta.

"Soal tarif sampai saat ini tarif KRL masih sama, belum ada kenaikan," kata VP Corporate Secretary KCI Anne Purba salam Ngobrol Bareng Komunitas Kereta Api (Ngobras) Persiapan Switch Over (SO) 5 stasiun Manggarai, Rabu (25/5/2022).

Ia menyampaikan, dengan adanya pembangunan dan peningkatan fasilitas itu akan juga memperhatikan tarif yang berlaku. Pihaknya memastikan layanan yang lebih baik untuk pelanggan KRL.

"Yang perlu kamu sampaikan adalah dalam memberikan pelayanan itu kita bisa berdasarkan memang apa yang dibayarkan teman-teman penumpang dan dari subsidi," katanya.

Sementara itu, ia mengakui hal ini masih jadi perbincangan bersama dengan Kementerian Perhubungan. "Masih terus dievaluasi," katanya.

Di sisi lain, ia juga memastikan menwadahi berbagai masukan dari banyak pihak terkait penyesuaian tarif ini. Ia mengaku kerap menggandeng komunitas pengguna KRL sebelum melakukan penyesuaian nantinya.

"Kami juga bekerja sama dengan ahli menggelar FGD, melakukan survei seperti apa sih kesiapan kita baik dari kemampuan kita ketersediaan kita untuk menaikkan tarif, ini masih dalam tahap kajian sosialisai kepada komunitas," katanya.

"Sampai saat ini berdasarkan masukan-masukan tersebut nanti belum dilakuakn penaikan tarif. Nanti kita update lagi," imbuh Anne.

Diketahui, pemerintah berencana untuk menaikkan tarif KRL dari semula Rp 3.000 per 25 km pertama menjadi Rp 5.000 per 25 km pertama. Sementara, tarif tetap Rp 1.000 setiap 10 km selanjutnya.

Infografis Journal: Jumlah Penumpang KRL di Jabodetabek Tahun 2010-2021 (Liputan6.com/Trie Yasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya