Liputan6.com, Jakarta Badan Antariksa Eropa (ESA) pada 23 November lalu mengumumkan “parastronot” pertama dalam sebuah langkah besar, memungkinkan orang-orang dengan disabilitas fisik untuk bekerja dan tinggal di luar angkasa.
John McFall, pelari sprint Paralimpiade asal Inggris kemudian terpilih oleh Badan Antariksa Eropa. Ia direkrut sebagai astronot difabel pertama di dunia.
Advertisement
McFall direkrut untuk ikut serta dalam sebuah studi kelayakan untuk mempersiapkan parastronaut masa depan.
Badan beranggotakan 22 negara itu mengatakan, pihaknya telah menunjuk pelari sprint Paralimpiade asal Inggris John McFall untuk ikut serta dalam sebuah studi kelayakan dalam pelatihan astronot, untuk menilai kondisi yang dibutuhkan penyandang disabilitas untuk dapat dilibatkan dalam misi luar angkasa ke depan.
“Ketika diumumkan bahwa mereka sedang mencari kandidat dengan disabilitas fisik, saya merasa itu adalah kesempatan yang sangat menginspirasi dan menggembirakan. Saya kemudian melihat spesifikasinya dan saya berpikir, 'Wow, ini sungguh aspiratif. Ini adalah hal yang sangat berani dan tegas untuk dilakukan'," papar McFall seperti dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (13/12/2022).
"Dan dengan latar belakang ilmiah saya yang luas dan berbagai pengalaman, saya merasa terdorong untuk mencoba dan membantu ESA menjawab pertanyaan ini: Bisakah kita meminta seseorang dengan disabilitas fisik untuk melakukan pekerjaan yang berarti di luar angkasa?", sambungnya lagi.
Pengumuman itu dilakukan seiring penunjukan sederet astronot baru oleh ESA untuk pertama kalinya sejak 2009, setelah menyeleksi 22.500 pendaftar.
257 Pendaftar Posisi Astronot Difabel
ESA membuka lowongan tahun lalu bagi siapa pun yang sepenuhnya mampu lulus tes psikologis, kognitif dan tes ketat biasa lainnya, yang hanya dicegah menjadi astronot apabila perangkat keras yang ada menjadi kendala mengingat disabilitas yang dialami.
Lembaga itu lantas menerima 257 pendaftar untuk posisi astronot difabel.
"Ya, ini sangat penting bagi kami. Keragaman datang dalam berbagai bentuk dan Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan bahwa ada sekitar 15% populasi dunia yang hidup dengan disabilitas dan mungkin 2%-nya yang benar-benar terpengaruh oleh kondisi itu," ujar David Parker, Direktur Eksplorasi Manusia dan Robotik ESA.
"Tentu saja menjadi astronot adalah hal yang sangat eksklusif, tapi disabilitas yang Anda miliki tak sepatutnya mengecualikan Anda, dan itu yang justru menjadi bagian dari proyek sangat istimewa yang kami luncurkan ini," imbuh Parker.
Advertisement
Kehilangan Kaki Saat Kecelakaan
McFall merupakan pelari sprint Paralimpiade asal Inggris yang kehilangan kakinya dalam sebuah kecelakaan sepeda ketika berusia 19 tahun. Ia akan bekerja sama dengan para teknisi ESA untuk mempelajari perubahan perangkat keras seperti apa yang diperlukan untuk membuka penerbangan luar angkasa profesional kepada kelompok yang lebih luas dari kandidat yang memenuhi syarat, kata badan tersebut.
“Saya rasa pesan yang ingin saya berikan kepada generasi masa depan adalah bahwa sains itu untuk semua orang dan perjalanan luar angkasa pun mudah-mudahan bisa untuk semua orang," kata McFall.
Peningkatan Anggaran
Negara-negara Eropa sepakat untuk meningkatkan anggaran mereka sebesar 17% untuk program luar angkasa selama beberapa tahun mendatang karena persaingan yang semakin ketata dengan AS dan China, tetapi gagal menelurkan paket kebijakan yang diharapkan karena dibayangi isu perang di Ukraina.
Badan Antariksa Eropa mengatakan bahwa para menteri dari ke-22 negara anggotanya setuju untuk menganggarkan 16,9 miliar euro untuk berbagai proyek, dari eksplorasi planet Mars hingga penelitian iklim pada 2023-2025, dari yang sebelumnya sebesar 14,5 miliar euro.
Advertisement