Masih Terapkan Industri 2.0, IKM Indonesia Perlu Sentuhan Teknologi

Kementerian Perindustrian terus berupaya untuk mendorong Industri Kelas Menengah (IKM) bertumbuh dan naik kelas melalui pemanfaatan teknologid engan 10 prioritas strategi dalam Making Indonesia 4.0.

oleh Tira Santia diperbarui 13 Des 2022, 22:28 WIB
Rata-rata IKM di Indonesia masih berada di Industry 2.0. Sedangkan Pemerintah mendorong IKM untuk naik kelas menuju Industry 4.0 sehingga perlu adanya perubahan menuju kesana dengan melakukan integrasi mesin.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian terus berupaya untuk mendorong Industri Kecil dan Menengah (IKM) bertumbuh dan naik kelas melalui pemanfaatan teknologi. Hal tersebut selaras dengan 10 prioritas strategi dalam Making Indonesia 4.0.

Langkah nyata yang dilakukan yakni mengintegrasikan pelaku IKM dengan startup penyedia teknologi untuk menciptakan transformasi yang menjadikan IKM modern, produktif, efisien dan berkualitas melalui Startup4Industry (S4I).

Salah satu program S4I adalah kompetisi, dimana tahun 2022 ini, 20 finalis IKM yang masuk dalam kompetisi S4I tentu memiliki keunggulan berbeda-beda dan menginspirasi industri serta masyarakat di Indonesia.

Salah satunya PT Engineering Solution Technology yang membantu IKM lewat modifikasi mesin produksi manual menjadi otomatis.

CEO PT Engineering Solution Technology Devrian Tandrianto mengungkapkan rata-rata IKM di Indonesia masih berada di Industry 2.0. Sedangkan Pemerintah mendorong IKM untuk naik kelas menuju Industry 4.0 sehingga perlu adanya perubahan menuju kesana dengan melakukan integrasi mesin.

“Banyak IKM yang masih menggunakan mesin manual atau dengan tombol ON/OFF, untuk itu kami bergerak di bidang modifikasi dan upgrade mesin dengan target pasar IKM yang masih menggunakan tenaga konvensional atau belum memanfaatkan teknologi,” ungkapnya.

Dalam kompetisi ini, Devrian menceritakan pihaknya harus mampu menciptakan transformasi teknologi yakni dengan melakukan modifikasi alat-alat produksi yang telah dimiliki mitra IKM dengan berbagai capaiannya. Memodifikasi dan mengintegrasikan 3 mesin yang ada di IKM pembuat keju agar menghemat biaya, waktu dan tentu tetap berkualitas.

“Dua mesin pembuat keju kami modifikasi sesuai takaran mulai 100gr – 1.000 gr dimana mitra kami masih memakai mesin manual yakni tombol ON/OFF oleh seorang operator. Mesin itu harus ON/OFF setiap 18 menit sekali karena menjaga keamanan water heater. Kami integrasikan menjadi 1 software yang bisa auto reset tergantung kebutuhannya tanpa harus bolak balik setiap 18 menit lagi dan suhu tetap terkontrol serta ada sirine jika proses selesai,” kata Devrian yang mendapat Juara ke II.

 


Otomatiskan Mesin

Revolusi Industri 4.0. Dok: engineersjournal.ie

Devrian mengatakan hasil potongan dari mesin pemotong yang kami buat pun tidak ada bekas dibanding sebelumnya. Modifikasi yang dilakukan bisa dilakukan di mesin apa aja karena dirinya akan mempelajari serta buat Research and Development (RnD).

“IKM di Indonesia ke Industry 3.0 saja belum, sehingga kita harus lebih banyak mengotomatiskan mesin-mesin manual agar IKM segera dapat naik daripada beli mesin baru yang tentu akan memakan biaya lebih mahal lagi,” katanya.

Hal senada juga dilakukan PT Inovasi Anak Negeri (Inagi) yang membuat mesin-mesin untuk para IKM dengan harga yang terjangkau tentunya.

Direktur Inagi Farizqi Bayu P. menjelaskan Inagi adalah perusahaan riset dan manufaktur mesin-mesin inovasi teknologi dengan mengembangkan produk yang sesuai kebutuhan pasar, antara lain mesin sterilisasi, pengolahan susu dan turunannya, mesin F&B hingga mesin agroindustri lainnya.

“Dalam kompetisi ini kami mampu menciptakan sebuah mesin sterilisasi makanan dimana makanan yang tadinya tahan hanya 6 bulan sebelum dibuka, menjadi satu tahun. Kami senang sekali bisa menciptakan suatu inovasi yang mampu mendukung pertumbuhan IKM untuk berdaya saing tinggi,” jelasnya.

 


Mesin

Pekerja memproduksi produk di PT Rahmat Perdana Adhimetal di Cikarang, Jabar, Senin (11/1/2019). Dukungan Astra Ventura untuk Industri Kecil Menengah (IKM) diharapkan dapat bersaing secara kompetitif di tengah disrupsi teknologi dan menjadi connecting dari para stakeholder. (Liputan6.com/HO/Eko)

Tidak hanya membuat mesin steril, Farizqi memaparkan pihaknya juga menciptakan mesin kristalisasi dengan tingkat efektifitas mencapai 300 persen, mesin dehidrator mampu meningkatkan efektifitas hingga 500 persen serta mesin diskmill (penepung) food grade yang menciptakan efektifitas dan efisiensi sampai 200 persen.

“Kami membuat mesin-mesin produksi yang sebelumnya dilakukan manual dengan alat sederhana ditransformasi pada teknologi tepat guna, seperti untuk IKM pembuat tempe misalnya kan rebus kedelai dulu dan skalanya pasti masih rendah sehingga kami buatkan mini boilernya,” paparnya.

Inagi yang berbasis di Malang ini, membandrol mesin-mesin buatannya mulai dari Rp2juta untuk blender, Rp5juta untuk spinner dan masih banyak lagi.

“Dirinya berharap IKM akan lebih melek teknologi dan mendukung Pemerintah menuju Making Indonesia 4.0,” ungkapnya.

Sejauh ini, Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kementerian Perindustrian telah membiayai 55 proyek implementasi teknologi di industri yang dikerjakan oleh tech startup Indonesia.

Startup4industry berupaya menciptakan success story implementasi teknologi melalui proyek kompetisi teknologi sesuai tema yang diusung yaitu Inspiring Industry Transformation.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya