Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Rabu, (14/12/2022) setelah bursa saham di Amerika Serikat atau wall street catat penguatan dalam dua hari ini. Penguatan wall street setelah rilis inflasi AS lebih “dingin” dari yang diharapkan.
Investor juga mengantisipasi keputusan suku bunga oleh bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed). Pelaku pasar berharap kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin. Besaran suku bunga tersebut lebih rendah dari empat kali kenaikan suku bunga sebelumnya. Demikian mengutip dari CNBC, Rabu pekan ini.
Advertisement
Di Jepang, indeks Nikkei 225 menguat 0,26 persen, sedangkan indeks Topix mendaki 0,24 persen. Indeks Kospi Korea Selatan bertambah 0,7 persen. Di Australia, indeks ASX mendatar. Indeks dolar AS berada di posisi 103,98, sedangkan terhadap yen di posisi 135,53.
Sementara itu, bursa saham China akan menjadi perhatian seiring pertemuan kebijakan ekonomi di negara tersebut dilaporkan ditunda sementara karena Beijing hadapi lonjakan kasus COVID-19.
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kompak menguat pada perdagangan Selasa, 13 Desember 2022. Penguatan wall street ini setelah rilis data inflasi Amerika Serikat, dan pelaku pasar menanti keputusan kebijakan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 103,60 poin atau 0,3 persen ke posisi 34.108,64. Indeks S&P 500 bertambah 0,73 persen ke posisi 4.019,65. Indeks Nasdaq naik 1,01 persen menjadi 11.256,81.
Menanti Pertemuan The Fed
Pada awal sesi perdagangan, indeks Dow Jones naik 707,24 poin atau 2,08 persen. Indeks S&P 500 bertambah 2,7 persen, dan indeks Nasdaq menguat 3,84 persen. Pada awal perdagangan, wall street menguat setelah indeks harga konsumen menunjukkan kenaikan hanya 0,1 persen dari bulan sebelumnya, dan kenaikan 7,1 persen dari tahun lalu, demikian laporan Departemen Tenaga Kerja AS pada Selasa, 13 Desember 2022.
Ekonom yang disurvei Dow Jones memperkirakan kenaikan bulanan 0,3 persen dan kenaikan 7,3 persen selama 12 bulan terakhir. Ini tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, CPI Inti naik 0,2 persen pada bulan tersebut dan 6 persen pada basis tahunan, dibandingkan dengan perkiraan masing-masing 0,3 persen dan 6,1 persen.
Namun, indeks utama keluar dari level terbaiknya. Investor mengantisipasi keputusan kenaikan suku bunga the Federal Reserve pada akhir pertemuan kebijakan dua hari pada Rabu, 14 Desember 2022 waktu setempat. Sebagian besar pelaku pasar berharap kenaikan suku bunga 50 basis poin, sedikit penurunan dari empat kenaikan suku bunga sebelumnya sebesar 75 basis poin.
“Sementara input inflasi yang masuk ke pertemuan the Fed itu sedikit lebih baik, kami masih tidak tahu pasti apakah the Fed akan menaikkan suku bunga 50 basis poin, apakah mereka akan menaikkan tingkat terminal mereka. Jadi kami, dengan cepat mengalihkan ke mode “tunggu dan lihat” untuk pertemuan the Fed besok,” ujar Chief Market Strategist B.Riley Wealth, Art Hogan dikutip dari CNBC, Rabu (14/12/2022).
Advertisement
Saham Maskapai di Wall Street Tertekan
Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun tergelincir setelah laporan inflasi CPI dan menyentuh level terendah 3,421 persen. Saham energi memimpin kenaikan dengan saham Chevron mencatat kinerja terbaik di indeks Dow Jones.
Saham-saham teknologi terpukul akibat kenaikan inflasi dan suku bunga pada 2022. Saham Meta dan induk usaha Google yaitu Alphabet masing-masing naik 4,7 persen dan 2,5 persen.
Saham maskapai berada di bawah tekanan pada perdagangan Selasa, 13 Desember 2022 dengan saham Global Jets ETF melemah 2,9 persen. Penurunan terjadi setelah Jetblue mengatakan, dalam pengajuan sekuritas kalau dampak merugikan dari waktu kalender liburan kuartal IV lebih besar dari perkiraan sebelumnya.
Saham JetBlue turun lebih dari 8 persen, United Airlines melemah lebih dari 6 persen, dan American Airlines tergelincir 5,7 persen.