Liputan6.com, Jakarta - PT Cakra Buana Resources Energi Tbk, perusahaan bergerak di bidang Angkatan laut dalam negeri untuk barang umum melepas 738 juta saham dengan nilai nominal Rp 25 per saham.
Mengutip laman e-ipo, ditulis Selasa (14/12/2022), PT Cakra Buana Resources Energi Tbk melepas saham setara 16,26 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Harga penawaran saham perdana tersebut Rp 100-Rp 110 per saham. Dengan demikian, perseroan akan meraup dana sekitar Rp 73,80 miliar-Rp 81,18 miliar dari hasil IPO.
Advertisement
Selain itu, perseroan juga menerbitkan saham sebanyak-banyaknya 1,328 miliar waran seri I yang menyertai saham baru perseroan. Jumlah saham yang ditawarkan tersebut setara 34,96 persen dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh.
Waran seri I diberikan cuma-cuma sebagai insentif bagi pemegang saham baru yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham pada tanggal penjatahan. Setiap pemegang lima saham baru perseroan berhak memperoleh sembilan waran seri I dengan satu waran seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru perseroan yang dikeluarkan dalam portepel. Waran seri I yang diterbitkan mempunyai jangka waktu dua tahun.
Waran seri I adalah efek yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham biasa atas nama yang bernilai nominal Rp 25 per saham. Harga pelaksanaan Rp 250-Rp 400 yang dapat dilakukan selama masa berlakunya pelaksanaan yaitu enam bulan atau lebih sejak efek diterbitkan yang berlaku 5 Juli 2023-3 Januari 2025.
Pemegang waran seri I tidak mempunyai hak sebagai pemegang saham kadaluarsa, tidak bernilai dan tidak berlaku. Masa berlaku waran seri I tidak dapat diperpanjang lagi. Total hasil pelaksanaan waran seri I maksimal Rp 531,36 miliar.
Dana IPO
Perseroan memakai dana IPO sebesar 40 persen untuk belanja modal berupa penambahan satu set kapal tug dan barge dengan ukuran 300 ft. Sekitar 60 persen untuk modal kerja dalam rangka mendukung kegiatan operasional perseroan secara umum.
Hingga Juni 2022, perseroan meraup pendapatan Rp 12,07 miliar. Pendapatan tersebut naik 255,04 persen dari periode sama tahun sebelumnya (tidak diaudit-red) Rp 3,40 miliar. Perseroan meraup laba bruto Rp 5,72 miliar hingga 30 Juni 2022 dari periode semester I 2021 rugi kotor Rp 4,32 miliar. Selain itu, perseroan membukukan laba usaha Rp 2,77 miliar hingga Juni 2022 dari periode sama tahun sebelumnya alami rugi usaha Rp 933,71 juta.
Perseroan mencatat laba bersih tahun berjalan Rp 2,62 miliar hingga Juni 2022. Kondisi ini berbeda dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp 1,57 miliar. Perseroan mencatat total ekuitas Rp 86,46 miliar hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 1,32 miliar. Total liabilitas perseroan tercatat Rp 13,22 miliar hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 85,90 miliar.
Perseroan mencatat aset Rp 99,68 miliar hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 87,23 miliar. Perseroan kantongi kas dan bank Rp 2,45 miliar hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 1,64 miliar.
Advertisement
Jadwal Sementara IPO
Terkait dividen, perseroan berencana bagikan dividen maksimal 35 persen dari laba bersih tahun berjalan yang dimulai 2025 berdasarkan laba tahun berjalan tahun buku 2024.
Pemegang saham perseroan setelah IPO dan pelaksanaan waran seri I yaitu PT Omudas Investment Holdco sebesar 47,29 persen, PT Republik Capital Indonesia sebesar 8,74 persen, PT Bima Harsa Rahardja sebesar 2,91 persen, Herlienna Qisthi sebesar 5,83 persen dan masyarakat sebesar 12,58 persen dan waran seri I sebesar 22,54 persen.
Selain itu, Perseroan telah menunjuk PT RHB Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Jadwal sementara IPO:
-Masa penawaran awal pada 13-16 Desember 2022
-Perkiraan tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 26 Desember 2022
-Perkiraan masa penawaran umum pada 28 Desember 2022-3 Januari 2023
-Perkiraan tanggal penjatahan pada 3 Januari 2023
-Perkiraan tanggal distribusi saham dan waran seri I pada 4 Januari 2023
-Perkiraan tanggal pencatatan saham dan waran seri I di BEI pada 5 Januari 2023
-Perkiraan periode awal perdagangan saham dan waran seri I pada 5 Januari 2023
-Perkiraan periode akhir perdagangan waran seri I:
Pasar regular dan negosiasi pada 27 Desember 2024
Pasar tunai pada 2 Januari 2025
-Perkiraan periode awal pelaksanaan waran seri I pada 5 Juli 2023
-Perkiraan periode akhir pelaksanaan waran seri I 3 Januari 2025
BEI Catat 42 Perusahaan Masih Proses IPO
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 42 perusahaan yang masih dalam proses penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) hingga 9 Desember 2022.
“Sampai dengan 9 Desember 2022 terdapat 42 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna kepada wartawan, Senin (12/12/2022).
Ia menambahkan, hingga 9 Desember 2022, ada 58 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan jumlah dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 32,7 triliun. Saat ini terdapat 1 perusahaan yang sedang melakukan proses penawaran umum di sistem e-IPO, yaitu PT Venteny Fortuna International Tbk (VTNY). Bila sesuai jadwal, Venteny Fortuna International akan dicatatkan 15 Desember 2022.
Nyoman menuturkan, jika saham Venteny Fortuna International tercatat pada pertengahan Desember 2022 akan bawa saham yang tercatat di BEI pada 2022 naik 9 persen dibandingkan 2021.
“Apabila saham VTNY telah tercatat di BEI, maka total saham yang tercatat di BEI tahun 2022 berjumlah 59 saham atau naik 9 persen dibandingkan tahun 2021 yang berjumlah 54 saham dan lebih tinggi dibanding rekor all time high BEI pada tahun 2018 yang berjumlah 57 saham,” ujar dia.
Nyoman menuturkan, dengan mempertimbangkan waktu hingga akhir 2022 sudah semakin pendek, kemungkinan terjadi perubahan jadwal pencatatan yang sebelumnya direncanakan 2022 menjadi 2023.
Berikut adalah klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline pencatatan saham dengan rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 2 Perusahaan dari sektor Basic Materials
• 2 Perusahaan dari sektor Industrials;
• 4 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistic;
• 2 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals;
• 7 Perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals;
• 6 Perusahaan dari sektor Technology;
• 3 Perusahaan dari sektor Healthcare;
• 5 Perusahaan dari sektor Energy;
• 2 Perusahaan dari sektor Financials.
• 6 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate.
• 3 Perusahaan dari sektor Infrastructures.
“Berdasarkan data di atas, perusahaan pada sektor Consumer Cyclicals, Technology, Energy, Properties & Real Estate paling banyak pada pipeline pencatatan saham, sedangkan sisanya tersebar pada sektor lainnya,” ujar Nyoman.
Advertisement