Epic Games Digugat Orangtua di Kanada, Fortnite Dituding Bikin Kecanduan Anak

Para penggugat menambahkan, Epic Games sengaja merancang Fortnite untuk membuat ketagihan pemainnya

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 15 Des 2022, 07:30 WIB
Fortnite. (Doc: Epic Games)

Liputan6.com, Jakarta - Hakim Kanada menyetujui gugatan class-action diajukan sejumlah orangtua terhadap Epic Games, yang isinya mengeluhkan gim Fortnite membuat anak-anak mereka kecanduan.

Gugatan pertama kali diajukan atas nama dua anak orangtuanya mengklaim, sifat adiktif Fortnite membuat anak-anak mereka bermain gim secara kompulsif. Epic Games pun disalahkan atas hal ini.

Fortnite sendiri merupakan salah satu gim free-to-play yang paling sukses dari Epic, dengan banyaknya pemain login setiap hari, termasuk di antaranya adalah anak-anak.

Segmen gim anak inilah jadi sasaran gugatan orangtua-orangtua itu di tahun 2019. Tiga orangtua mengajukan gugatan terhadap Epic Games dengan tudingan, anak-anaknya telah kecanduan Fortnite dan mengalami kerugian sebagai akibatnya.

Dikutip dari Gamerant, Kamis (15/12/2022), para penggugat ini menambahkan, pengembang gim tersebut sengaja merancang gim itu untuk membuat ketagihan pemainnya.

Kerugian yang dituduhkan termasuk menghabiskan banyak uang untuk V-Bucks, penarikan diri dari keluarga, dan efek psikologis seperti serangan panik.

CTV News melaporkan, hakim Quebec percaya bahwa klaim penggugat "tampaknya tidak sembrono atau secara nyata tidak beralasan," dan dengan demikian, mengesahkan gugatan ini.

Faktor relevan yang disebutkan hakim sebelumnya adalah klasifikasi kecanduan video game oleh World Health Organization sebagai penyakit.

Ini dinilai sebagai referensi yang tepat mengingat salah satu orangtua di gugatan ini mengajukan laporan soal diagnosis putranya.

 

 


Respon Epic Games

Deretan karakter Marvel yang hadir di musim baru Fortnite. (Dok. Epic Games)

Sementara itu, Epic Games kepada CTV News dengan pernyataan yang menegaskan, kontrol orangtua Fortnite memungkinkan orangtua melacak waktu bermain anak, dan memberlakukan batasan pengeluaran untuk pembelian dalam gim.

Perusahaan juga menggambarkan kasus tersebut sebagai "tidak pantas" dan menyatakan niatnya untuk membawanya ke pengadilan.

Pengesahan akun ini terjadi selang beberapa hari, setelah Epic Games meluncurkan sistem akun baru khusus anak, yang mereka beri nama Cabined Accounts.

Cabined Accounts diluncurkan sebagai akun Epic tipe baru, yang diklaim akan memberikan pengalaman yang disesuaikan, serta aman dan inklusif untuk pemain di bawah umur.

Akun ini sudah mulai diluncurkan pada beberapa gim yaitu Fortnite, Rocket League, dan Fall Guys pada pekan lalu. Cara kerjanya, semua pemain secara global, akan diminta untuk memberikan tanggal lahir mereka saat login.

 


Luncurkan Cabined Accounts

Fortnite. (Doc: Epic Games)

Jika seseorang menunjukkan dirinya berusia di bawah 13 tahun atau usia persetujuan digital negara mereka yang mungkin lebih tinggi, akun yang dibuatnya akan menjadi Cabined Accounts.

Mereka pun akan diminta untuk memberikan alamat email orangtua atau wali, untuk memulai proses izin orangtua.

Sembari menunggu persetujuan ini, pemain anak masih bisa menikmati Fortnite, Rocket League, atau Fall Guys dengan akses penuh ke konten dalam gim yang sudah dibeli atau diperoleh sebelumnya.

Hanya saja, dalam Cabined Accounts, akan ada beberapa fitur yang dimatikan seperti chat maupun pembelian. Sementara, orangtua atau wali pemain akan mendapatkan email yang memberitahu mereka tentang akun Epic anaknya.

 


Fitur yang Dikontrol Orangtua

Pengembang gim Fortnite menuntut anak berusia 14 tahun karena berbuat curang. (Doc: Epic Games)

Dengan mengikuti tautan yang ada, mereka akan bisa melihat informasi tentang praktik privasi, memberikan persetujuan fitur tambahan, menyiapkan Parental Control, dan akan diminta verifikasi bahwa mereka adalah orang dewasa.

Setelah pemain menerima persetujuan orangtua, mereka tidak akan lagi berada di Cabined Accounts, dan pengalaman mereka akan menghormati pengaturan kontrol orangtua pilihan orangtua atau wali.

Jadi, seperti dikutip dari IGN, apabila ingin melakukan microtransaction, maka anak-anak harus mendapatkan persetujuan dari orangtua atau wali mereka. Begitu pula jika ingin mengobrol dengan teman melalui voice chat.

(Dio/Ysl)

Infografis dampak bermain video game berlebihan (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya