Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 15 perusahaan rintisan siap disuntik dana usai mengikuti program inkubasi Startup Studio Indonesia (SSI) batch 5. Pelatihan ini dilakukan selama 5 bulan.
Ke-15 startup ini terpilih dari ribuan pendaftar. Mereka berkesempatan mempresentasikan bisnis dan pencapaiannya selama mengikuti program SSI, di hadapan pemangku kepentingan, seperti lembaga pemerintah dan venture capital.
Advertisement
Sekadar informasi, Startup Studio Indonesia merupakan program Kemkominfo untuk mendampingi dan membina startup tahap awal selama 15 minggu.
SSI telah menuntaskan 5 batch pelatihan dengan total 80 alumni startup berprestasi. Berdasarkan data, sebanyak Rp332,1 miliar pendanaan telah tersalurkan ke startup alumni SSI batch 1-3, hingga Mei 2022. Sekitar 30-40 persen startup dari batch sebelumnya telah mendapatkan pendanaan tahap awal.
Koordinator Startup Digital Sonny Hendra Sudaryana mengatakan, lanskap startup digital terus berubah. Padahal sejak awal startup dituntut untuk mengejar profit dan pertumbuhan.
"Penting bagi para founders untuk memiliki visi jangka panjang, memaksimalkan kesempatan yang ada dan menciptakan solusi tantangan ekonomi dan sosial yang inovatif," kata Sonny.
Sonny menambahkan, Kominfo berkomitmen mendukung startup yang ingin menyelesaikan tantangan riil di masyarakat. Caranya dengan menentukan regulasi yang tepat, pelatihan talenta, membentuk komunitas, dan memberi akses terhadap jaringan ahli melalui SSI.
Setelah batch 5 selesai, Kominfo terus memantau kemajuan masinng-masing startup melalui Program Alumni. Startup kemudian akan melakukan sesi coaching tambahan dan pertemuan rutin tiap bulan selama satu tahun dengan tim SSI. Kurikulum yang dirancang pun berdasarkan kebutuhan unik startup di tiap batch, agar alumni bisa mendapatkan solusi yang tepat sasaran.
Adapun startup batch 4 yang telah jadi alumni adalah Alterstay, Automa, Bioma, Broom, FazPass, DotX, Eduku, Eratani, Kanva, Metion, MyRobin.id, MySkill, Nona Woman, Shafiq, dan Tripwe.
Kominfo pun akan melanjutkan program Startup Studio Indonesia dengan target meluluskan 150 startup digital di tahun 2024.
Perlu Biasakan Bootstrapping
Dengan kondisi makro yang kurang kondusif, sebagian orang menyebut bahwa periode ini merupakan tech winter. Tech winter merupakan fase di mana bisnis sektor teknologi mengalami penurunan pertumbuhan dan pendanaan.
Oleh karenanya, startup perlu merestrukturisasi perusahaan, mengevaluasi bisnis secara keseluruhan, dan melakukan beberapa perubahan fundamental.
Apalagi, per Desember 2022, lebih dari 20 startup Indonesia melakukan PHK terhadap ratusan karyawan demi efisiensi biaya operasional.
CEO dan Co-Founder Dekoruma, Dimas Harry Priawan, mengungkap, berbeda dengan 8 tahun lalu, investor saat ini ingin melihat net revenue yang positif setelah semua biaya marketing dan subsidi, dengan begitu perusahaan bisa lebih cepat raup untung.
Advertisement
Fokus Bangun Bisnis
"Hal ini sudah kami lakukan sejak dulu sehingga kami tidak memerlukan investasi dalam jumlah besar untuk mengembangkan Dekoruma. Fokus kami selalu membangun fondasi bisnis yang sustainable," kata Dimas.
Menurutnya, bootstraping bisa menjadi strategi yang baik untuk mengenal partner bisnis, fokus hiring roles esensial, dan belajar berbagai aspek lain di awal.
Bukan hanya itu, startup yang baru menerima dana segar perlu memprioritaskan penggunaan untuk pertumbuhan berkelanjutan alih-alih hanya untuk mengejar kompetitor.
Jangan Pakai Suntikan Dana untuk Bayar Utang
Dana yang didapat bisa digunakan dengan formula 60-30-10. 60 persen untuk mengembangkan fitur, 30 persen untuk inovasi fitur baru, dan 10 persen untuk eksperimen solusi baru.
Co-Founder dan CMO Biteship Afra Sausan menyebut, pihaknya menghindari penggunaan dana investasi untuk menutupi biaya operasional atau utang. Hal ini membuat startup bergantung pada dana eksternal untuk menjalankan bisnis.
Ia juga mengajak startup untuk tidak buru-buru membuat keputusan. Pasalnya, perkembangan di tahap awal adalah masa krusial.
Advertisement